NovelToon NovelToon
Ruang Hati Sang Kekasih

Ruang Hati Sang Kekasih

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor
Popularitas:620
Nilai: 5
Nama Author: Yarasary

Bagi Krittin, pernikahan ini bukanlah tentang cinta—melainkan tentang balas dendam. Bertahun-tahun ia menyimpan kebencian mendalam terhadap keluarga Velora, yang dianggapnya telah menghancurkan keluarganya dan merampas segalanya darinya. Kini, dengan perjodohan yang dipaksakan demi kepentingan bisnis, Krittin melihat ini sebagai kesempatan emas untuk membalas semua rasa sakitnya.

Velora, di sisi lain, tidak pernah memahami mengapa Krittin selalu dingin dan penuh kebencian terhadapnya. Ia menerima pernikahan ini dengan harapan bisa membawa kedamaian bagi keluarganya, tetapi yang ia dapatkan hanyalah suami yang memandangnya sebagai musuh.

Ruang hati sang kekasih adalah kisah tentang pengkhianatan, luka masa lalu, dan perjuangan antara kebencian dan cinta yang tak terelakkan.


bagaimana kisah mereka? yuk kepoin kelanjutan nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yarasary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Soglio 17- Februari

" Bibi biar aku yang memesan kue nya, bibi tinggal saja di sini dan bantu Celio, dia lebih terlihat sibuk dan kelelahan meladeni murid- murid nya. "

" Tapi tempat nya lumayan jauh, apa kau sungguh tak apa? "

" Tenang saja, aku janji akan tiba tepat waktu. "

" Tentu saja harus tepat waktu Lora, kalau kamu terlambat acara nya juga tidak akan berjalan. " Suara salah seorang berperawakan jakung dan labih muda itu menyahut, terlihat kesusahan untuk menoleh pada orang-orang di sana karena tengah membawa setumpuk dus berisi hadiah yang akan di serahkan pada anak- anak.

" Oh astaga... Ibu tidak bisakah membantu ku sebentar, kotak-kotak ini benar-benar menghalangi jalan ku. " Keluh Celio, berhenti melangkah namun tak berani menoleh ke belakang di mana dua wanita beda usia di sana terlihat tengah menertawai nya.

" Iya ibu datang, sebentar. " Seru sang ibu " Hati-hati lah Velora, jangan lupa bawa ponsel dan hubungi kami jika terjadi sesuatu di jalan. "

" Baik bibi. " Jawab Velora.

Velora bergegas ke luar dengan tas mini yang menyelempang indah di tubuh nya, melangkah riang menyusuri tempat yang sudah hampir dua bulan ini ia tinggali. Pemandangan rindang yang teduh sangat menjadi sorotan utama di kota Seglio, tempat di mana adik dari almarhum ibu nya tinggal bersama keluarganya. Setelah memutuskan untuk pergi dari Verona, Velora memilih untuk mencari saudara nya dan beruntung ia ingat di mana Margaret tinggal.

Sebuah mobil melaju kencang melewati Velora, namun perlahan beralih terdiam hingga langkah kaki Velora menggapai mobil itu. Kaca nya terbuka dan wajah seseorang yang tak asing muncul menyapa.

" Pagi Lora. "

Velora tersenyum, menunduk kan kepala sebagai tanda hormat pertemuan mereka di pagi ini " Pagi juga tuan Aiden. "

Aiden tersenyum, tak berapa lama ikut keluar berdiri fi samping Velora, " Tidak perlu begitu sungkan, panggil saja Aiden. "

" Baik tuan. " Velora seperti nya tak mengerti jika pria di hadapan nya meminta panggilan nama itu karena ingin terlihat lebih akrab dan dekat, namun Aiden tak mempersalahkan, dia adalah pria berpikiran matang yang paham betul arti penantian dari perjuangan jika ingin mendapatkan hati seseorang.

" Anda sedang berkeliling sekarang? " Tanya Velora.

Aiden mengangguk " Iya, aku ingin melihat-lihat lebih lama tempat yang rindang dan menyejukkan di sini sebelum kembali ke Verona."

Mendengar kota tempat kelahiran nya di sebut, Velora terdiam. Sudah lama ia tak memikirkan tempat itu, dan sudah lama juga ia tak mendengar kabar tentang orang-orang yang di sayang nya di sana. Hingga tanpa bisa di tahan lagi, dada Velora terasa sesak karena merindukan tempat tinggal nya, merindukan orang terkasih nya yang hampir setiap malam ia tangisi karena rasa bersalah juga penyesalan.

" Lora, ada apa? Kenapa tiba-tiba menangis? Apa kau merasa sakit? "

Terlalu larut dengan keluhan hati membuat Velora tak menyadari air mata yang jatuh, hingga membutuhkan tangan Aiden untuk menyeka pipi basah nya.

" Maaf, saya tidak apa- apa, maaf membuat anda khawatir." Cepat-cepat Velora menyudahi keterpurukan nya dan menampilkan senyuman lebar untuk memberitahu jika ia hanya sempat hilang kendali tapi tak ada hal yang serius terjadi.

Aiden memaklumi karena memang dia belum berada di hubungan yang terbilang pantas untuk menuntut kejujuran dari apa yang sebenarnya terjadi dengan wanita itu, meski diri nya ikut sakit setiap kali melihat Velora yang melamun dengan tatapan kosong, tapi dia harus bertahan untuk tetap menghargai hal privasi milik Velora.

" Baiklah, senang mendengar nya. "

" maaf... tidak bisa berbicara dengan anda lebih lama, saya harus pergi ke tempat lain untuk mengambil sesuatu. "

" Mau ku antar? " Tawar Aiden, sangat konyol padahal ia tahu Velora selalu enggan menerima bantuan nya.

" Tidak apa-apa Aiden, itu tidak jauh, aku hanya perlu berjalan kaki untuk sampai di sana. " Velora menolak dengan sopan, merasa tak enak karena orang di hadapan nya sudah terlalu banyak membantu keluarga Margaret- sang bibi tanpa meminta imbalan apa pun.

Mendengar nama nya di eja dengan begitu lembut, hati Aiden menghangat, 'kenapa aku jadi ingin tinggal lebih lama dengan nya' batin Aiden.

" Apa kamu malu? "

Kening velora bertaut "malu? T-tidak ada pikiran seperti itu, kenapa anda bertanya begitu? "

" Tentang rumor kita! "

Velora masih berpikir, hingga di detik berikut nya ia mengingat tentang kabar yang beredar di sekitar mereka jika Velora yang merupakan saudara jauh dari Margaret menargetkan tuan Aiden selaku pengusaha kaya dan sukses sebagai incaran nya agar terlepas dari hidup susah.

" Anda tidak perlu khawatir, aku bukan orang yang terlalu memikirkan pendapat orang lain."

" Jadi... kamu mau aku antar kan? " Aiden masih berusaha keras.

" Tapi tuan.... "

" Ayolah, apa aku sungguh terlihat begitu menyeramkan sampai kamu terus menolak ku? "

Melihat raut wajah kecewa membuat Velora merasa bersalah, ia seharusnya tak terlalu keras lagipula pria itu terlihat begitu tulus ingin membantu nya. " Baiklah, aku akan ikut. Maaf merepotkan anda lagi. "

Aiden tersenyum, membuka pintu mobil untuk mempersilahkan Velora masuk dan berjalan memutar untuk mengambil posisi pengemudi " kalau bisa, aku malah ingin selalu di repotkan. "

satu setengah jam berlalu, Velora dan Aiden sampai di rumah Margaret. kehadiran nya sudah di sambut Celio di depan pagar rumah, laki-laki bertubuh semampai nan wajah rupawan itu berdiri tegak dengan berkaca pinggang, lalu menengok arloji yang melingkar di pergelangan tangan nya tepat setelah velora ke luar dari mobil.

" terlambat lima menit lagi kau sungguh akan menghancurkan acara nya. " omel Celio yang hanya di balas senyuman indah oleh velora.

" maaf, kami sempat salah arah. "

Celio menerima sekontak kue dari tangan Velora " kau pasti pelaku nya? "

" aku lupa... "

" sudah ku duga, " tatapan Celio beralih pada Aiden yang ikut mendekat, menunduk kan kepala sebagai sapaan hormat " apa anda akan melihat acara nya juga tuan? "

Aiden tidak tahu, dia pemilik yayasan yang menampung sejumlah anak-anak di desa itu, dan Celio adalah salah satu guru terpilih yang di tempat kan untuk mengasuh. meski umur Celio terbilang sangat muda untuk seukuran guru, tapi bakat dan keterampilan laki-laki itu dalam menghandle semua perkerjaan pantas di apresiasi, apalagi Celio termasuk orang yang sabar dan mampu menarik perhatian anak kecil. Celio dan Margaret sangat di senangi oleh hampir seluruh anak murid di sana, dan karena itulah mengapa mereka mau mengadakan acara pesta perpisahan sebelum liburan di mulai, karena mereka merasa sangat dekat hingga tak ada batasan dalam hubungan mereka selayak nya keluarga.

Aiden merasa itu bukan tugas nya mengawasi setiap kegiatan atau hadir dalam acara apapun yang melibatkan yayasan, dia malas, tapi untuk saat ini ia ingin menyetujui nya karena kehadiran Velora di sana.

" apa boleh? " tanya Aiden yang langsung di jawab anggukan setuju oleh Celio.

" tentu saja, sangat boleh tuan, karena anda juga ikut andil dalam menyiapkan acara ini. kalau saja bukan karena anda yang memberi dana lebih, kami mungkin tak mampu membuat nya sampai semeriah dan semenyenangkan ini. "

Velora tersenyum senang melihat ekspresi semangat di wajah Celio, dia pun tak kalah senang karena bisa bertemu dengan pria sebaik Aiden yang mau membantu kerabat nya.

" itu tidak seberapa. " ucap Aiden tetap rendah hati, karena memang pada kenyataannya nilai yang ia beri tidak begitu besar kalau di bandingkan mobil mewah milik nya yang ia tampung puluhan macam di rumah.

" anda memang orang baik tuan." Celio sungguh memuji sosok Aiden, ingin sekali ia menjadi sukses dan membantu banyak orang seperti pria di hadapan nya. tapi pikiran itu terhalang karena ia tinggal di desa dan terjebak dalam sebuah takdir keluarga yang hidup nya pas pasan.

" sebaiknya kita masuk, mereka sampai menyusul karena tak sabar. " ujar Velora sambil melirik beberapa anak yang sudah berdiri di luar pintu rumah dan menatap ke arah mereka.

ketiga nya masuk, Celio meletakkan kue berbentuk bundar dengan krim putih dan bongkahan coklat yang menjadi hiasan di atas nya pada sebuah meja kecil di tengah ruangan. Margaret dengan sigap menyuruh anak-anak melingkar merapat, lalu Celio menghidupkan lilin nya dengan senyum yang tak luntur di wajah tampan itu.

" Zae, " panggil Margaret, pada seorang gadis yang memiliki umur paling muda di antara anak-anak di sana.

" kita wakil kan pada Zae untuk meniup lilin, tidak apa-apa kan sayang? "

" iya ibu. " sahut para anak-anak dengan kompak.

" oke dalam hitungan ketiga, semua nya harus tutup mata, ucapkan dalam hati apapun harapan kalian sampai bunyi dentingan terdengar. mengerti?"

" Yes sense! "

" satu, dua tiga.... "

semoga kalian bisa mencapai apapun yang kalian cita-cita kan, harapan apapun, dan keinginan pergi ke manapun, semoga kalian selalu di berkati kebahagiaan ke mana pun kalian pergi anak-anak ku. doa Margaret dengan tak kuasa menahan tangis, memperhatikan wajah wajah teduh nan polos anak-anak di sana yang masih terpejam rapat dengan tangan menangkup jadi satu di depan dada. hingga buru-buru ia menghapus jejak air mata nya ketika suara dentingan terdengar.

" Saat nya potong kue... " seru Celio yang di sambut sorakan penuh bahagia dan suasana yang semula sepi kini menjadi ricuh.

" Yeay. "

Next:

Jangan lupa komen, like dan subscribe. Bintang lima nya juga ya....

Terimakasih, lop yuu....

1
Nur Rohimah
emosi banget ni orang, 😑
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!