"Berawal dari DM Instagram, lalu berujung sakit hati."
Khansa Aria Medina tidak pernah menyangka DM yang ia kirimkan untuk Alister Edward Ardonio berujung pada permasalahan yang rumit. Dengan munculnya pihak ketiga, Acha-panggilan Khansa-menyadari kenyataan bahwa ia bukanlah siapa-siapa bagi Al.
Acha hanyalah orang asing yang kebetulan berkenalan secara virtual.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bete
Rasanya Acha ingin menangis dan berteriak sekencang-kencangnya. Sejak kejadian kemarin, Acha sama sekali tidak bersemangat. Ingin sekali ia memutar waktu. Kalau bisa, ia juga ingin memberikan penjelasan pada Al. Tetapi, memangnya mereka punya hubungan spesial? Lagi-lagi, Acha tertampar mendengar kalimat Al kemarin.
Seharian ini, Acha memasang mimik wajah seolah-olah sudah bosan hidup. Ditanya pun hanya menjawab singkat atau bahkan hanya isyarat berupa gerakan kepala. Jangankan mengobrol, mengeluarkan sepatah dua kata saja membuat Acha berat untuk dilakukan. Otaknya masih memikirkan kejadian kemarin. Sedikit menyesal karena mengiyakan suruhan Serra, tetapi tidak mungkin Acha menyalahkan Serra. Ia tahu Serra hanya melakukan yang baik untuknya.
"Lo kenapa lagi? Masih kepikiran?" tanya Serra yang heran melihat sahabatnya terasa lesu dari pagi. Ia menyodorkan susu pisang pada Acha yang ia beli waktu istirahat tadi. "Noh, minum! Biar semangat!"
Acha menggeleng tanda menolak pemberian Serra. Ia duduk di kursi tunggu dengan lemas. Matanya menatap jari-jarinya sambil melamun. "Kalian tahu nggak, kemarin gue ketemu Al."
Maya langsung menyengir. "Serius? Ih, bagus dong! Te—" Maya langsung menghentikan kalimatnya ketika menyadari sesuatu. "Ketemu ... Andre, dong?"
Acha mengangguk pelan kemudian menyenderkan kepalanya di bahu Maya. Saking benarnya tebakan Maya, Acha sampai tidak bisa berkata-kata. Al pasti mengira Acha adalah gadis murahan yang mudah menghabiskan waktu dengan laki-laki lain di saat sedang menyukai laki-laki.
"Gagal udah deketin Al!" seru Acha sambil meraung tidak jelas. "Al ngelihat gue lagi bercanda sama Andre!"
"Eh, tapi gue penasaran." Serra mengguncang tubuh Acha agar gadis itu memperbaiki posisinya. Serra tidak menggubris rengekan Acha. "Waktu lo ketemu Al, ekspresi Al gimana?"
Maya langsung melotot. Ia sangat penasaran sekaligus menggebu-gebu. "Nah, iya juga! Al marah? Sinis? Judes? Atau biasa aja?"
Acha terdiam sebentar—tampak mengingat-ingat kejadian kemarin. "Dia sinis sih, sama judes. Tapi dia kan emang gitu anaknya. Waktu ketemu gue dua kali, nggak pernah nyapa. Kemarin waktu chat, fast respond, tapi balesnya singkat."
Serra dan Maya sama-sama menghela napas. Susah menebaknya jika Al memang cuek sejak awal. Mungkin lebih baik, Acha kembali mengejar daripada mencoba tarik ulur yang tidak diketahui hasilnya.
Ting! Ting! Acha menatap ponselnya yang menampilkan dua notifikasi pesan.
[bagass.radit]
[Lo di mana sekarang?]
[Udah balik ke rumah?]
Dalam hati, Acha bertanya-tanya mengapa Bagas tiba-tiba bertanya seperti itu.
[khansa.achaa]
[Masih di sekolah.]
[Tadi ada urusan, kenapa?]
[bagass.radit]
[Gue mau kasih sesuatu.]
[Gue ke sekolah lo ya, udah deket nih.]
[khansa.achaa]
[Oke, kalau sampai lobi, bilang gue.]
Acha semakin penasaran dengan apa yang akan Bagas berikan untuknya. Akhirnya, ia mengajak Serra dan Maya untuk menunggu di lobi saja. Toh, nanti akan mempermudah Pak Iman untuk menjemput Acha tanpa harus memarkirkan mobil. Awalnya Serra dan Maya bertanya-tanya, tetapi sengaja Acha tidak menjawab. Biarkan saja teman-temannya dirundung rasa penasaran.
Sesampainya di lobi, Acha melihat Bagas sedang berjalan dari arah parkiran menuju lobi. Sesegera mungkin, Acha memanggil nama dan melambaikan tangannya. Bagas yang melihat itu langsung tertawa geli.
"Ini buat lo, balasannya roti dulu," kata Bagas sambil memberikan sekantong berisi kue-kue kering yang dibelinya tadi.
Wajah Acha langsung semringah. Salah satu jenis kue kering itu ada yang ia sukai. "Makasih, ih! Kenapa nggak anter ke rumah langsung?"
"Pengen banget gue datang ke rumah lo?" Bagas memberikan cengiran nakal yang langsung mendapat pukulan ringan dari Acha.
Bagas menatap dua gadis yang berada di belakang Acha. Keduanya menatap Bagas dengan pandangan yang berbeda. Serra menatap Bagas dengan selidik dan mencari tahu motif apa yang membuat Bagas menghampiri Acha di sekolah. Sementara, Maya yang dari awal tertarik langsung menunjukkan senyum termanisnya.
"Hai, gue Bagas." Bagas mengulurkan tangan pada teman Acha yang berwajah ramah. Wajahnya berseri-seri melihat Maya.
Dengan senang hati, Maya membalas uluran tangan Bagas. "Aku Maya. Ah! Aku tahu kamu, kamu kan yang ketemuan sama Acha di Gandaria City?"
"Kok tahu?" Bagas menatap Maya dengan heran. Pasalnya, baru pertama kali ia bertemu Maya.
Buru-buru, Acha mengalihkan pandangan Bagas dari Maya. "Oh, anu ... gue yang cerita. Mereka parno kalau gue ketemu sama cowok asing, jadi gue tunjukkin foto lo."
"Terus, itu mau salaman sampai kapan?" celetuk Serra sambil menunjuk tangan Bagas dan Maya yang bersentuhan dengan dagunya.
Uluran tangan mereka langsung terlepas. Maya pun melototi Serra yang seenak jidat mengganggu momennya dengan Bagas. Yang dipelototi sama sekali tidak menunjukkan rasa penasaran.
"Eh, gue mau tanya." Serra menjentikkan jarinya. Ia mengingat sesuatu yang menurutnya penting. "Yang pertama kali nge-chat Acha itu lo atau Al? Lo, kan?"
"Kenapa nanya?" Bagas menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. Ia bingung dengan pertanyaan Serra.
"Jawab aja!"
"Serra, galak amat sih!" tegur Maya sambil mencubit pinggang Serra dengan pelan. Lalu, ia menatap Bagas. "Maaf, Bagas, dia emang gitu anaknya."
Bagas tertawa lalu melirik Acha yang sibuk mencoba kue kering pemberiannya tadi. Sepertinya gadis itu tidak tertarik dengan percakapan mereka. "Yang pertama itu Al, te—"
Belum selesai Bagas berbicara, Acha langsung memegang lengan Bagas seolah tak percaya. "Swerwius?!" tanya Acha dengan mulut yang penuh kue kering.
Bagas mengangguk sambil mengangkat dua jarinya. "Serius. Pertama itu Al, yang kedua itu gue. Terus selanjutnya Al lagi. Kenapa?"
Mata Acha terbuka lebar sambil melihat Serra dan Maya. Tanpa menjawab pertanyaan Bagas, ia bersorak heboh.
***
"Kok gagal, sih?!" Serra menatap Acha dengan jengkel. Soal taruhan mereka waktu itu, akhirnya mereka mendapat jawabannya hari ini. Tetapi jawabannya tidak sesuai dengan ekspektasi Serra maupun Acha. Alhasil, tidak ada yang menang ataupun kalah dalam taruhan ini. "Hah, nggak jadi beli Zara!"
Dibandingkan Serra yang merasa kesal, Acha justru merasa bahagia. Mood jelek tadi sudah hilang entah ke mana. Bukan wajah lesu lagi, tetapi wajah berseri-seri yang muncul. Mengetahui fakta bahwa Al yang pertama kali membalas chat-nya sudah membuat Acha semakin berharap.
"Duh, lo beliin gue Zara satu doang nggak apa-apa deh," paksa Serra. "Kan gue bener, Bagas yang nge-chat lo."
"Tapi yang pertama kan Al, bego!" dengus Acha. Kemudian, ia melirik Maya yang duduk di paling pojok. "Ew, ada yang bucin!"
Maya tidak menanggapi komentar Acha. Tadi siang, ia sempat berkenalan dengan Bagas bahkan saling bertukar media sosial. Kini, ia menghabiskan waktunya di rumah Acha sambil saling mengirim pesan dengan laki-laki itu.
"Hadeh, yang satu bucin Al, yang satu bucin Bagas," keluh Serra. Ia pun ikut mencari tempat pojok lain lalu membuka ponselnya.
Kini, mereka bertiga asyik dengan aktivitasnya masing-masing. Acha membuka ponselnya kemudian mencari username Instagram Bagas di kolom DM-nya. Lalu, ia mengetikkan sebuah pesan.
[khansa.achaa]
[Weh, awas lo nyakitin temen gue.]
[bagass.radit]
[Aman mah kalau sama gue.]
[khansa.achaa]
[Nggak percaya, lo kan playboy.]
[bagass.radit]
[Tapi gue setia, anjir.]
[khansa.achaa]
[Ya udah.]
[Bantu gue deket sama Al, please.]
[Barusan ini ... ahk sumpah, susah jelasinnya.]
[bagass.radit]
[Lo nggak bales chat dia ya?]
[khansa.achaa]
[Bukan itu sih.]
[Eh, kok tahu?]
[bagass.radit]
[AHAHAHAHA dia uring-uringan tuh.]
[khansa.achaa]
[HAH SUMPAH?!]
Acha menutup mulutnya tak percaya.
[bagass.radit]
[Kayaknya, nggak yakin juga.]
Senyum merekah terbentuk di bibir Acha. Ia memeluk ponselnya kuat-kuat sembari memutar-mutar tubuhnya di ranjang. Meski Bagas ragu-ragu, tetap saja ada kemungkinan Al memang uring-uringan karena Acha tidak membalas chat-nya, kan?
Fokus Acha kembali pada ponselnya. Lalu, Acha dan Bagas membentuk kesepakatan. Acha akan membantu Bagas melakukan pendekatan pada Maya, begitu sebaliknya. Kalau begini, Acha menarik kembali kalimatnya tentang ia yang tidak perlu Bagas.
Sepertinya, ia memerlukan Bagas lagi.