Hasta dan Jesan menjalin hubungan tanpa di ketahui kedua orang tua Hasta karena sang Mama yaitu Sarah tidak merestui hibungan mereka karena status social yang mana Jesan hanya anak yatim piatu. Akan tetapi, Hasta tetap bertahan sampai tiga tahun lamanya membuat Sarah curiga dan mencari tau keberadaan Jesan hingga Sarah melakukan kekerasan pada Jesan hanya untuk menyuruhnya menjauhi Hasta.
Sarah menjodohkan Hasta dan Anjani sampai mereka menikah, tetapi pernikahan Anjani seperti di neraka baginya karena selama lima tahun mereka menikah Hasta tidak pernah sekalipun membalas cinta Anjani dan memilih kembali bersama dengan Jesan yang selama lima tahun tidak bertemu dan akhirnya mereka dipertemukan lagi. Lalu Hasta memutuskan menikah dengan cinta pertamanya.
Bagaimana kah nasib pernikahan Anjani, apakah gadis itu menerima jika suatu saat dirinya mengetahui pernikahan kedua suaminya?
happy reading😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 ( Bayar pake cinta kamu aja )
Hasta tidak lelah berjuang untuk mendapatkan hati Jesan walaupun selalu penolakan yang ia dapat. Sepertinya, Jesan memang tidak tertarik dengan pria itu, selain status sosial yang berbeda dari segi umur pun gadis yang baru berusia 18 tahun itu merasa umurnya masih terlalu muda untuk menjalin hubungan dengan pria dewasa seperti Hasta yang berumur 25 tahun.
Hari ini lagi-lagi Jesan harus lembur untuk menambah pemasukan keuangannya karena tidak lama lagi ia akan membayar uang kontrakan dan kali ini dia tidak ingin menunggak lagi bisa-bisa uang bonusnya akan habis lagi untuk tunggakkan sewa kontrakannya. Bagaimana nanti ia bisa mengumpulkan uang untuk kuliah. Karena jujur gadis itu sangat ingin kuliah.
“Tuan, restoran sudah mau tutup, apa anda ingin menginap di sini?” tanya Rama.
Sudah tiga jam Hasta berkutat di depan laptopnya di restoran tersebut hanya untuk menunggu Jesan pulang. Karena mama Hasta terus saja menelpon dan menanyakan keberadaan putranya yang sudah sebulan ini selalu pulang larut malam membuatnya khawatir terlebih lagi Hasta tidak pernah membalas pesan atau menerima telepon dari mama nya yang sangat posesif pada pria itu. Karena Hasta putra satu-satunya di keluarga Nugraha.
“Apa Jesan sudah pulang?” Hasta malah bertanya balik.
“Mana saya tau, Tuan. Saya dari tadi tidak memperhatikan karyawan di sini,” seru Rama.
Hasta segera menutup laptopnya dan membereskan barang-barangnya, ia memanggil satu karyawan wanita yang tidak lain adalah Weni. Dengan cepat gadis itu menghampiri pria yang sesekali berselancar di ponselnya.
“Aku minta bill nya,” ucap Hasta.
Weni memberikan bill tersebut dan Hasta langsung memberikan kartu hitam miliknya. Weni melangkah pergi sedangkan Hasta menunggu di kursinya sembari menghubungi Jesan yang sedari tadi tidak aktif.
Tidak lama Jesan keluar dari ruang karyawan menuju pintu keluar restoran tersebut dan Rama melihatnya. Ia menepuk-nepuk bahu Hasta memberitahu jika gadis yang ditunggu sudah menuju keluar restoran. Langsung saja Hasta mengejarnya dan Weni melihatnya juga sembari melangkah menghampiri Rama memberikan kartu hitam milik Hasta.
“Ini kartunya, Tuan,” ujar Weni.
Rama menerimanya dan langsung beranjak dari tempat duduknya menghampiri Hasta yang tidak lelah mengejar Jesan. Hingga Jesan terjatuh hingga lututnya sedikit terluka,”Hiks … sakit,” Jesan menangis sembari memegangi lututnya.
“Maaf, lagian kamu kenapa lari sih,” ujar Hasta.
“Kamu terus mengejar ku. Berhenti menemui ku karena sampai kapan pun aku gak akan nerima kamu. Tolong jangan menemui ku lagi biarkan aku hidup tenang,” mohon Jesan.
“Apa aku tidak pantas untukmu, Jesan?” lirih Hasta ia duduk tepat di hadapan gadis itu dengan tatapan sendu membuat Jesan mengerutkan dahinya sangat dalam.
“Apa kah dia benar-benar menyukaiku?” batin Jesan.
“Jujur saja baru kali ini aku tertarik dengan seorang wanita, sebelumnya aku …”
“Tertarik dengan pria?” sela Jesan membuat Hasta tertawa lepas
Deg
Jantung Jesan berdebar sangat cepat kala melihat Hasta tertawa. Pria itu terlihat sangat manis dan juga sangat tampan. Hidungnya mancung kedua matanya bulat dan alis tebalnya membuat Jesan mulai terpesona oleh Hasta. Apalagi saat tertawa terlihat gigi gingsul nya yang membuat wanita mana pun akan jatuh hati padanya.
“Kau ini sangat lucu, ya. Baiklah, sekarang aku yang akan putuskan. Mulai saat ini kita pacaran, ga ada penolakan oke!” tekan Hasta.
“Yey, pemaksaan itu namanya,” protes Jesan yang berusaha berdiri karena dirasa lututnya sudah tidak terasa sakit, tetapi tetap saja saat ia berjalan sedikit pincang karena masih nyeri.
Weni kebetulan datang melewati Jesan dan berhenti sejenak,”Jes, ayo pulang bareng,” ajak Weni memberikan gadis itu helm.
“Iya, Wen. Tuan, saya pamit dulu,” pamit Jesan.
“Nanti dulu, kita belum selesai bicara,” ujar Hasta yang ingin menarik kembali tangan Jesan, tetapi Rama keburu menahannya.
Jesan langsung menaiki motor temannya dan Weni pun langsung melajukan motornya meninggalkan Hasta yang tidak berkedip sedikitpun menatap kepergian gadis pujaan hatinya.
*
*
“Hasta, kamu dari mana saja? Mama perhatikan akhir-akhir ini kamu selalu pulang larut malam? Apa pekerjaan di kantor sebanyak itu sampai kau harus setiap hari lembur?” tanya Sarah.
“Iya, aku sedang sibuk di kantor,” jawab Hasta dengan singkat dan berlalu begitu saja meninggalkan Sarah yang sedari tadi menunggunya pulang.
Tidak seperti biasanya putranya mengabaikan dirinya seperti itu. Sarah ingin bertanya lagi, tetapi ia urungkan karena sudah sangat larut malam. Ia meraih ponselnya menghubungi seseorang seraya melangkahkan kakinya menuju kamarnya.
Pagi hari saat semua berkumpul di meja makan Hasta terlihat sudah siap-siap untuk ke kantor, tetapi ia tidak menghampiri orang tuanya di meja makan dan berlalu begitu saja melewati ruang makan itu sontak membuat Sarah menghampiri putranya.
“Tunggu … Hasta,” panggil Sarah.
Langkah Hasta terhenti dan berbalik menghadap sang mama,”Iya, kenapa, mah? Hasta sedang terburu-buru,” jawab Hasta sesekali menatap jam di tangan kirinya.
“Sarapan dulu, lagian ini masih pagi. Tumben sekali kau datang lebih pagi biasanya kan …”
“Aku sedang ada proyek yang harus selesai dalam waktu sebulan, mah. Jadi, ga bisa santai lagi. Aku pamit nanti sarapan di kantor saja, Rama sudah menunggu ku,” Hasta memeluk Sarah dan langsung melangkah keluar menuju mobilnya.
“Putramu sudah besar bukan anak kecil yang bisa kau atur, mah,” celetuk Adnan menghampiri Sarah sang istri.
“Aku hanya takut dia sibuk dengan pekerjaannya dan lupa jika dia sudah harus segera menikah,” ujar Sarah.
“Sudahlah jangan dikhawatirkan. Putramu baru 25 tahun lebih baik perhatikan aku yang selalu kau abaikan karena selalu fokus dengan putra kesayanganmu itu,” rajuk Adnan.
Sarah tertawa melihat suaminya seperti anak kecil yang merengek. Dengan anak sendiri saja dia cemburu, berbeda saat dulu mereka baru menikah Adnan sangat cuek dengan Sarah karena memang mereka menikah karena perjodohan, tetapi lama-kelamaan Adnan pun bisa mencintai Sarah dan merasa tidak ingin diabaikan oleh istrinya itu.
*
*
Di sebuah kamar terlihat seorang gadis masih bermimpi di tengah matahari yang menyorot jendela kamarnya. Akan tetapi, tidak sekalipun gadis itu terusik dalam tidurnya. Hingga saat seseorang mengetuk pintu secara brutal barulah gadis itu akhirnya terbangun dengan kedua mata yang masih tertutup
“Argghh … siapa sih pagi-pagi ketok pintu rumah gue!” geram Jesan dan langsung berlari membuka pintu tanpa mencuci wajahnya terlebih dahulu dengan rambut yang acak-acakan.
“Ini masih pa …”
Brak
Pintu tertutup kembali karena Jesan terkejut mendapati Hasta yang sudah berada di depan pintu pagi-pagi sekali mengganggu tidur nyenyak nya,”Gue pasti masih mimpi kan? Kenapa dia ada di sini?” gumam Jesan seraya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh pagi.
Sepuluh menit Hasta masih setia menunggu Jesan keluar, ia tidak mengetuk pintu lagi karena ia yakin Jesan sedang bersiap dan jika sudah selesai dengan sendirinya ia akan keluar untuk menemuinya. Benar saja tidak lama ia membuka pintu dan menyuruh Hasta masuk ke dalam dengan pintu terbuka karena takut jika menimbulkan fitnah dari tetangga.
“Mau apa pagi-pagi datang kesini? Ganggu hari libur saya aja,” ketus Jesan.
“Maaf, jika aku mengganggu libur mu, Jesan. Aku hanya ingin kita sarapan bersama. Bolehkan minta di temenin sarapan sama pacar sendiri,” pinta Hasta.
Jesan memutar bola matanya malas dan menuruti kemauan Hasta. Tidak munafik ia pun merasa lapar karena memang biasanya pagi-pagi begini ia langsung sarapan,”Boleh aku bertanya, Tuan,” ujar Jesan.
“Tuan, Tuan, ga ada panggilan lain apa? Kita kan udah pacaran. Panggil sayang kek gitu,” protes Hasta.
Jesan yang sedang makan pun hampir tersedak dan berusaha menelan makannya menatap heran pria yang jauh umurnya darinya yang masih terbilang masih kecil atau bisa juga di katakan perawan tanggung. Tidak peduli ia pun menghabiskan makannya lalu membereskan sisa makan yang ada di lantai.
Jesan dan Hasta makan bersama di lantai karena ia tidak punya kursi. Saat Jesan tengah sibuk membersihkan sisa makanan yang sedikit berserakan Hasta justru mengedarkan pandangannya menatap seluruh ruangan tersebut yang hanya dua petak dan satu kamar mandi. Sangat kecil dibandingkan rumah mewahnya.
“Kenapa memandangi kontrakan ku, sangat kecil ya dibandingkan rumah mewah mu? Sekarang ngerti kan kenapa aku menolak, Tuan. Kita ini sangat jauh berbeda dari segi apapun. Jadi, pikirkan lagi untuk memintaku menjadi pasangan Tuan karena mungkin saja keluarga Tuan tidak setuju aku menjadi menantunya,”
“Oh, jadi kamu sudah nerima aku jadi calon suami kamu,” ujar Hasta.
“Ck, sudahlah, Tuan aku sedang tidak ingin bercanda,” balas Jesan.
Hasta meraih kedua tangan Jesan yang hendak berdiri membuat gadis itu terduduk kembali. Kini mereka saling berhadapan dan sangat dekat,”Dengarkan aku, tidak penting dengan apa yang kamu omongin tadi. Bagiku status itu bukan penghalang kita bersama, aku sudah jatuh hati pada pandangan pertama denganmu saat di restoran sebulan yang lalu. Aku tau kau pasti menganggap ku hanya bermain-main denganmu karena umur kita jauh berbeda tapi ketahuilah Jesan tidak mudah bagiku untuk jatuh hati dengan seorang wanita sekalipun aku mempunya seorang sahabat yang sangat dekat denganku semasa kecil hingga sekarang, tetapi dia tidak bisa menggetarkan hatiku seperti dirimu,” terang Hasta panjang lebar
Jesan terdiam, ia benar-benar merasa tidak pantas dan dirinya masih ingin melanjutkan pendidikannya. Jesan takut jika Hasta akan mengajaknya menikah dengan cepat secara umur pria itu sudah terbilang mantap untuk menuju pelaminan.
“Tuan, aku sangat menghargai perasaanmu tapi aku takut menjalin hubungan dengan pria dewasa. Aku takut nanti kau mengajak ku menikah dan jujur saja aku masih ingin melanjutkan pendidikan ku,” ujar Jesan.
Hasta tersenyum,”Tenang saja, aku tidak akan memaksa menikah cepat dan akan membiayai kuliah mu. Pasti kau ingin melanjutkan kuliah kan? Aku akan menunggu sampai kau lulus dan mengejar cita-citamu asalkan kau setia padaku,” ujar Hasta.
“Tidak perlu, Tuan. Aku punya tabungan sendiri dan sepertinya sudah cukup minggu depan aku akan mulai daftar kuliah,” ujar Jesan.
“Simpan saja uang tabunganmu itu, aku tidak ingin penolakanmu, Jesan. Kalau begitu minggu depan aku akan mengantarmu mendaftar oke,” seru Hasta.
“Tapi …”
Tok
Tok
“Jesan waktunya bayar sewa. Saya ga mau kamu mengangguk lagi walaupun sebulan,” teriak bu Mia.
Jesan menghampiri ibu Mia dan tidak menyangka jika wanita paru baya tersebut sudah datang dan menagih uang kontrakan,”Ini baru pertengahan bulan bu. Kenapa sudah menagih?” tanya Jesan heran.
“Kebetulan saya habis kondangan jadi sekalian saja minta uang kontrakan. Sama aja kan mau akhir bulan kek, pertengahan bulan intinya sekarang bayar,” ujar Mia.
“Biar saya yang bayar uang kontrakannya,” Hasta tiba-tiba keluar membuat Mia terkejut ada seorang pria berada di dalam kontrakannya. Sedangkan Jesan ia sudah panik dan lupa akan keberadaan Hasta di dalam.
“Loh, Jesan. Kamu berani-beraninya bawa pria masuk ke dalam kontrakan saya!” marah Mia.
“Jangan salah paham, bu. Kami Cuma sarapan dan pintu juga terbuka. Perkenalkan saya kakak sepupu Jesan yang bekerja di luar negri dan baru datang untuk menemui Jesan,” bohong Hasta.
“Huh, syukurlah, saya kira kamu pacarnya. Bisa-bisa kontrakan saya jadi tempat mes*m nanti,” kesal Mia.
“Berapa nomor rekening nya saya akan transfer untuk uang sewa sampai satu tahun ke depan,” ujar Hasta yang mana mendapat tatapan terkejut dari Jesan.
“Ja-jangan. Biar ak-aku yang bayar,” sela Jesan sedikit menekan.
Akan tetapi, Mia tidak peduli dan memberikan nomor rekeningnya dan Hasta langsung mentransfer uang sewa selama satu tahun membuat Mia sangat senang dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
“Huh, nanti aku akan menyicil untuk membayarnya,” kesal Jesan.
“Bayar pake cinta kamu aja,” balas Hasta.
*
*
Bersambung.