🏆Sekuel Pewaris Dewa Naga🏆
Tujuh tahun setelah perang besar, kedamaian di Benua Feng hanyalah ilusi. Dunia di luar perbatasan telah jatuh ke tangan iblis, dan seorang pria asing muncul membawa rahasia besar. Dunia jauh lebih luas dari yang mereka kira, dan apa yang tersembunyi di balik kabut sejarah mulai terungkap—termasuk rahasia tentang asal-usul Liang Fei sendiri.
Siapa sebenarnya orang tuanya? Apa kaitannya dengan Pemimpin Sekte Demonic? Dan bisakah Zhiyuan, murid yang terjatuh dalam kegelapan, masih bisa diselamatkan?
Dengan persekutuan lama yang diuji, musuh baru yang lebih kuat, dan petunjuk yang mengarah ke dunia yang terkubur dalam sejarah, Liang Fei harus meninggalkan takhta dan melangkah ke medan pertempuran yang lebih besar dari sebelumnya.
Dunia telah berubah.
Dan perang yang sesungguhnya baru saja dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27 Pagi Hari Yang Cerah: Shi Yue di Benua Feng
Benua Feng – Kekaisaran Fengyin
Pagi hari di Kekaisaran Fengyin, langit cerah dengan sinar matahari yang lembut menyinari kota. Aroma roti yang baru dipanggang memenuhi udara, bercampur dengan suara riang penduduk yang mulai menjalankan aktivitas mereka.
Murid-murid akademi berjalan berkelompok, mengenakan jubah akademik mereka dengan penuh semangat, saling bercakap-cakap tentang pelajaran dan teknik baru yang akan mereka pelajari hari ini.
Di antara hiruk-pikuk itu, Shi Yue berdiri di tengah jalanan berbatu yang tertata rapi. Matanya memandang ke sekeliling, menatap setiap bangunan, setiap wajah bahagia, dan setiap tawa yang terdengar di telinganya.
Udara pagi yang sejuk menerpa wajahnya, membawa ketenangan yang sulit ia percaya benar-benar nyata hingga butiran air mata menggenang di sudut matanya.
"Sudah berapa lama sejak aku terakhir kali merasakan ini?" batinnya.
Bertahun-tahun dalam pelarian, selalu dibayangi ketakutan, dikejar oleh iblis yang tak kenal ampun. Setiap hari adalah perjuangan untuk bertahan hidup, tanpa ada jaminan apakah esok hari akan tiba atau tidak.
Namun di sini, di Benua Feng, di bawah perlindungan Liang Fei, ia merasakan sesuatu yang telah lama hilang dari dirinya—kedamaian.
Saat ia masih tenggelam dalam perasaannya, langkah kaki ringan mendekatinya. Seorang wanita berambut merah panjang yang diikat setengah menghampirinya dengan langkah anggun. Jubah merah dengan aksen emas yang ia kenakan berkibar pelan dihembus angin pagi.
"Nona Shi Yue?" panggilnya lembut.
Shi Yue mengangkat kepalanya dan menatap wanita itu. Ia mengenali wajah ini—Lian Ruolan, salah satu orang kepercayaan Liang Fei.
"Yang Mulia memintamu untuk berkumpul di ruang tamu istana," lanjut Lian Ruolan dengan senyum tipis.
Shi Yue mengangguk sambil buru-buru menghapus jejak air matanya. "Terima kasih, aku akan ke sana."
Lian Ruolan mengamati ekspresi Shi Yue sejenak sebelum berjalan di sampingnya. "Aku sudah mendengar tentang Feng Xian..." katanya lirih.
Shi Yue terdiam, menunggu wanita itu melanjutkan.
"Aku yang bertanggung jawab mengawasi Feng Xian selama dia berada di benua ini," lanjut Lian Ruolan, nadanya penuh penyesalan. "Namun aku sama sekali tidak menyadari bahwa dia bukan manusia... Aku bahkan tidak pernah meragukan identitasnya."
Shi Yue menoleh ke arahnya dan tersenyum kecil. "Kau bukan satu-satunya yang tertipu. Aku mengenalnya jauh lebih lama, tapi tetap saja tidak menyadari bahwa dia sudah tidak ada sejak lama."
Lian Ruolan mendesah, matanya masih memancarkan rasa bersalah. "Tetap saja... aku merasa gagal dalam tugasku. Jika saja aku lebih waspada..."
Shi Yue menggeleng pelan. "Jangan menyalahkan dirimu sendiri, Nona Lian. Shanruo bukan iblis biasa. Dia bahkan bisa menipu iblis lain jika dia mau."
Lian Ruolan menatap Shi Yue sejenak, lalu tersenyum tipis. "Terima kasih... setidaknya, meskipun dia datang dengan niat jahat, kehadirannya telah mempertemukanmu dengan Yang Mulia."
"Ya... mungkin takdir memang memiliki jalannya sendiri," jawab Shi Yue sambil mengangguk pelan
Keduanya melanjutkan perjalanan menuju istana dengan langkah lebih ringan. Meskipun bayangan kegelapan masih mengintai di kejauhan, untuk saat ini, di pagi yang damai ini, mereka membiarkan diri mereka menikmati ketenangan yang diberikan oleh Benua Feng.
...
Di dalam ruang tamu yang luas dan megah, suasana terasa hangat dan penuh harapan. Sekelompok orang duduk melingkar, wajah mereka lebih cerah dibanding sebelumnya.
Lima belas orang itu adalah penyintas dari kelompok Shi Yue yang telah lama hidup dalam ketakutan di Benua Lingxu. Namun kini, di bawah perlindungan Liang Fei, mereka akhirnya bisa bernapas lega.
Pakaian mereka sudah tidak lusuh seperti sebelumnya. Kain sederhana yang mereka kenakan telah diganti dengan jubah bersih yang diberikan oleh istana. Beberapa di antara mereka bahkan tampak segar setelah mandi air hangat untuk pertama kalinya dalam waktu yang entah sudah berapa lama.
Percakapan riang terdengar di antara mereka, beberapa orang dewasa tersenyum, sementara para anak-anak tertawa riang. Sebuah pemandangan yang mustahil terjadi ketika mereka masih berada di Lingxu—tempat di mana setiap hari adalah perjuangan untuk bertahan hidup.
Shi Yue memperhatikan mereka dengan lega. Melihat kelompoknya yang akhirnya bisa makan dengan kenyang dan beristirahat tanpa dihantui rasa takut adalah kebahagiaan tersendiri baginya.
Tak lama kemudian, pintu besar ruang tamu terbuka. Langkah tegas menggema di ruangan saat seorang pria tinggi dengan aura dominan masuk ke dalam.
Liang Fei.
Semua orang langsung berdiri dengan hormat. Liang Fei melangkah ke tengah ruangan dengan sikap tenang, matanya menyapu orang-orang di sana sebelum akhirnya berhenti pada Shi Yue. Namun, bukan hanya dia yang masuk ke dalam ruangan.
Seorang wanita anggun berjalan di sampingnya. Ia mengenakan gaun putih dengan aksen emas, rambut putihnya yang panjang disanggul rapi dengan hiasan giok. Tatapan matanya lembut namun penuh wibawa, mencerminkan keanggunan seorang pemimpin.
Liang Fei tersenyum tipis sebelum akhirnya memperkenalkan wanita itu.
"Ini adalah Seo Fei," katanya dengan suara tegas. "Permaisuri Kekaisaran Fengyin, istriku."
Ruangan menjadi hening sesaat.
Shi Yue terdiam.
Matanya membesar sedikit, tidak menyangka mendengar kata-kata itu. Liang Fei... sudah menikah?
Ia menatap Seo Fei, memperhatikan bagaimana wanita itu berdiri dengan anggun di samping suaminya. Ada rasa kehangatan di antara mereka, sesuatu yang jelas menunjukkan hubungan mereka bukan sekadar formalitas politik, tetapi ikatan yang nyata.
Hati Shi Yue terasa sedikit berat. Sebagai sesama bangsa Lunaris—salah satu ras yang sangat langka—sebenarnya ia sempat berpikir bahwa mungkin, hanya mungkin, ia bisa bersanding dengan Liang Fei. Jika mereka bersama, mereka bisa melanjutkan keturunan dan memastikan bangsa Lunaris tidak punah begitu saja.
Namun harapan itu pupus begitu saja.
Shi Yue bukan orang yang mudah menyerah, tapi ia juga bukan wanita yang akan merebut kebahagiaan orang lain. Ia menarik napas dalam-dalam, menekan perasaan yang muncul di dadanya, dan tersenyum kecil.
Diterima di Kekaisaran Fengyin saja sudah merupakan berkah besar.
"Salam Ratu... aku sangat berterimakasih karena sudah mengizinkan kami untuk tinggal di tempat ini," ucap Shi Yue dengan nada tulus.
Seo Fei tersenyum lembut padanya. "Nona Shi Yue. Aku berharap kita bisa bekerja sama untuk melindungi tanah ini."
Shi Yue mengangguk mantap. "Tentu saja."
Liang Fei melirik sekilas ke arah Shi Yue, menyadari ekspresi yang sempat melintas di wajah wanita itu. Namun, ia memilih untuk tidak mengatakan apa pun.
Setelah beberapa saat, Liang Fei kembali fokus pada orang-orang yang ada di ruangan.
"Mulai sekarang, kalian adalah bagian dari Kekaisaran Fengyin," katanya. "Kalian tidak perlu lagi merasa ketakutan. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh kalian di tanah ini."
Mata beberapa penyintas berkaca-kaca mendengar janji itu.
"Aku akan memberikan tempat tinggal bagi kalian di kota, serta pekerjaan yang layak sesuai dengan kemampuan kalian. Sementara anak-anak akan memasuki akademi, apa tidak ada yang masalah dengan hal itu?" tanya Liang Fei.
emng dgn nama aneh beast sperti orng bakalan nyaman bacah malah buat pembaca bingung