Disha sudah lama mencoba untuk menarik perhatian seorang Ryan Alister, tapi usahanya selalu gagal dan tanpa Disha ketahui ternyata Ryan sudah lama mengawasinya. Hingga akhirnya sebuah jebakan Disha persiapkan agar ia bisa mendekati Ryan, tapi ternyata jebakan itulah yang membawa Disha terjebak pada seorang Ryan Alister.
Bagaimana kisah keduanya? apakah masalah keduanya akan terselesaikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Kita?
Hari ini adalah hari dimana Disha akan menikah dengan Ryan, pagi hari tadi pengawal Ryan menjemput Disha untuk di bawa ke gereja dan melangsungkan pemberkatan.
"Gue udah gila karena gue mau-maunya nikah sama dia," ucap Disha yang berada di ruangan bersama Meysa.
Ya, karena Meysa sudah tau mengenai hal ini maka Disha hanya mengundang Meysa untuk acara pentingnya kali ini.
"Ya mau gimana lagi, dia maksa gitu. Tapi, gue harap semoga pernikahan lo langgeng dan lo bisa bahagia sama Ryan Alister," ucap Meysa.
"Gue takut," ucap Disha.
"Jangan takut, gue percaya kalau Ryan bisa jagain lo, lo gak lihat pengawalnya banyak banget gitu mana ototnya wow," ucap Meysa.
"Ish, karena banyak pengawal gue jadi takut," ucap Disha.
"Lo bakal aman, jadi jangan takut. Gue bakal setia dengerin curhatan lo tentang pernikahan lo ini, oke," ucap Meysa.
"Makasih ya Mey, lo baik banget," ucap Disha.
"Iya dong, kita kan udah jadi saudara," ucap Meysa dan diangguki Disha.
"Gue jadi kangen sama Bu Meli, kalau sekarang Bu Meli disini pasti Bu Meli seneng banget karena akhirnya gue nikah," ucap Disha.
"Iya, Bu Meli pasti udah nangis dari kemarin, Bu Meli kaan pengen banget lo nikah," ucap Meysa dan diangguki Disha.
"Jangan nangis dong, masa pengantinnya nangis sih," ucap Neysa.
"Gue gak nyangka aja, gue sekarang mau kabur juga gak mungkin," ucap Disha.
"Lo kabur adalah hal yang gak mungkin terjadi, di setiap sudut di gereja banyak pengawal yang siap nangkap lo kapan aja tau," ucap Meysa.
"Nah itu," ucap Disha.
Tak lama pemberkatan pun di mulai, setelah pemberkatan mereka pun saling menatap para tamu yang hadir. Tamu undangan yang hadir bisa dihitung dengan jari bahkan Disha hanya mengundang Meysa dan suaminya Dimas lalu sisanya kerabat dekat Ryan yang entahlah Disha tidak tau.
"Selamat kawan, gue seneng karena akhirnya lo nikah juga. Gue kira lo gak normal," ucap Henry sahabat Ryan.
"Pergi sana," ucap Ryan.
"Jahat banget sahabat gue ini, selamat ya Kakak ipar," ucap Henry yang tersenyum pada Disha.
"Ah, iya. Terimakasih," ucap Disha.
"Si Lucas belum bisa datang, dia masih di luar negeri. Lo sih ngabarinnya dadakan jadinya dia gak bisa pulang," ucap Henry.
"Sengaja," ucap Ryan.
"Emang bener-bener jahat temen gue," ucap Henry dengan mendramatisir.
"Kakak ipar hati-hati sama dia, dia kalau marah suka gigit. Tapi, tenang gigitnya bikin enak kok gak bikin sakit," ucap Ryan.
"Pulang sana," ucap Ryan.
"Iya iya, Tuan mafia," ucap Henry dengan tersenyum puas melihat sang sahabat yang menatap tajam dirinya.
"Mafia," gumam Disha.
"Jangan di dengerin dia, dia emang kayak gitu orangnya, gila," ucap Ryan dan diangguki Disha.
Disha benar-benar gugup, bagaimana tidak karena sejak tadi Ryan terus menggenggam tangannya lebih tepatnya setelah pemberkatan Ryan tidak melepaskan genggaman tangannya pada tangan Disha.
'Bisa di lepas gak sih tangannya ini, gue deg-degan tau,' ucap Disha dalam hati.
Akhirnya acara pun selesai di siang harinya, Disha pun saat ini berada di mobil bersama dengan Ryan dengan keadaan Ryan yang masih menggenggam tangan Disha.
"Kuta mau kemana?" tanya Disha saat mobil yang ia tumpangi tidak mengarah pada tempat tinggalnya.
"Ke rumah kita," ucap Ryan.
"Rumah kita? terus kontrakanku gimana?" tanya Disha.
"Biarkan saja itu, sekarang kita sudah menikah dan seharusnya kamu tinggal sama aku," ucap Ryan dan mengecup punggung tangan Disha.
"Aaaaa gue mau terbang,' teriak Disha dalam hati.
Mobil tersebut pun sampi di mansion mewah milik Ryan, Disha yang baru pertama kali melihat mansion semewah itupun dibuat takjub.
"Ini rumah apa istana," gumam Disha saat ia keluar dari mobil.
Begitu Disha masuk ke dalam mansion, ia kembali di buat takjub karena karena melihat barang-barang mewah yang hanya ia lihat di sosial media.
"Ayo," ajak Ryan dan kembali menggenggam tangan Disha.
Disha di sambut oleh asisten rumah tangga dan juga pengawal yang ada di sana, "Selamat datang, Nyonya," ucap mereka.
Disha hanya mampu terdiam karena di perlakukan bak putri raja, "Mereka ini asisten rumah tangga dan pengawal disini, kalau ada apa-apa kamu bisa langsung bilang ke mereka karena mereka akan melakukan apapun yang kamu minta," ucap Ryan dan diangguki Disha.
Ryan pun mengajak Disha ke kamar untuk istirahat, sesampainya di kamar Disha dibuat heran karena kamar tersebut di dominasi warna abu-abu.
"Ini kamar kita, kamu bisa istirahat. Semua pakainmu di kontrakan sudah ditata rapi di walk in closet," ucap Ryan.
Disha pun menatap Ryan lalu berjalan mengikuti Ryan dan ia membuka salah satu lemari dan benar saja jika pakaiannya sudah ada disana. "Semua barang di kontrakan sudah di pindahkan?" tanya Disha.
"Iya, semuanya sudah di pindahkan," ucap Ryan dan diangguki Disha.
Disha pun memutuskan untuk membersihkan tubuhnya dan saat ia keluar dari kamar mandi, ia tidak melihat Ryan di kamar tersebut.
"Lah suami gue kemana? asik suami," gumam Disha.
Malam harinya, ia menunggu Ryan. Tapi, tetap saja sang suami belum juga dayang, sedangkan Disha sudah merasa lapar sehingga ia memutuskan untuk turun ke bawah.
"Udah laper banget, gue turun ke bawah aja deh," ucap Disha.
Disha pun sampai di meja makan dimana ia melihat para pelayan tengah memasak untuk makan malam, "Selamat malam, Nyonya. Untuk makanannya sedang di masak, apa Nyonya mau makan roti terlebih dahulu sembari menunggu makanan matang?" tanya Citra salah satu pelayan di mansion mewah tersebut.
"Hem, boleh," ucap Disha dan setelah itu, Citra pun mengambilkan roti untuk Disha, Disha lun memakan roti tersebut di ruang tamu.
Saat tengah menikmati rotinya tiba-tiba Ryan datang dan duduk di sebelah Disha, "Astaga kaget aku," gumam Disha.
"Enak rotinya?" tanya Ryan.
"Iya, enak," jawab Disha.
"Itu roti dari negara B, roti ini udah langkah dan harganya mahal," ucap Ryan.
'Dih, sombong. Terus lo mau gue gantiin apa gimana ngomong kayak gini,' ucap Disha dalam hati.
"Terus?" tanya Disha.
"Ya gapapa, kamu mengingatkan aku sama Mama, Mama juga suka banget roti ini. Tapi, aku gak suka roti ini," ucap Ryan.
"Terus kenapa beli roti ini kalau gak suka?" yanya Disha.
"Karena Mama suka roti itu dan dia selalu mengatakan di rumah harus ada roti itu makanya aku beli, aku gak mau kebiasaan Mama hilang walaupun Mama gak ada, baguslah kalau kamu suka karena aku gak akan buang lagi roti itu," ucap Ryan.
Entah Disha harus senang atau sedih mendengar apa yang dikatakan Ryan, tapi yang jelas ia merasa terharu karena Ryan begitu menyayangi orangtuanya.
"Maaf," ucap Ryan.
"Maaf untuk apa?" tanya Disha.
.
.
.
Tbc...
Terimakasih atas dukungannya semuanya😍
Jangan lupa dukung author dengan like, komentar, mau kasih hadiah juga gapapa, vote juga gapapa kok🤭 sama juga jangan lupa buat kasih author ⭐ di kolom komentar ya supaya author tambah semangat nulisnya.