kisah ini sekuel dari novel Karma pemilik Ajian Jaran Goyang.
Adjie merasakan tubuhnya menderita sakit yang tidak dapat diprediksi oleh dokter.
Wati sang istri sudah membawanya berobat kesana kemari, tetapi tidak ada perubahannya.
Lalu penyakit apa yang dialami oleh Adjie, dan dosa apa yang diperbuatnya sehingga membuatnya menderita seperti itu?
Ikuti kisah selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pov Jali
Lampu senter yang berada dikeningnya menembus rintik hujan yang semakin deras serta hari yang semakin gelap ditengah hutan pinus. Langkahnya terlihat sangat hati-hati karena jalanan yang licin.
Kedua tangannya memegang botol mineral kosong berukuran dua liter dan hal itu membuatnya harus menyeimbangkan tubuhnya dari tanah yang licin.
Ia tiba ditepi jalanan lintas setelah cukup jauh berjalan dan sesekali ia menyeka wajahnya yang tertimpa air hujan.
Ia menoleh ke kiri dan kanan untuk memastikan apakah ada kendaraan yang melintas, sehingga ia harus menyeberangi jalanan.
Setelah memastikan tak ada kendaraan, ia berlari menyeberangi jalan, sebab jurang yang tadi senja ia lihat ada aliran sungai berada disisi kanannya.
Ia mulai menuruni jurang dengan sangat hati-hati. Semua ia lakukan karena tanggungjawabnya sebagai seorang pemilik rental mobil dan memastikan hak penyewa terpenuhi.
Kondisi jurang sangat licin. Ia harus berpegangan dari satu tumbuhan perdu, ke tumbuhan perdu lainnya untuk membuatnya tidak terpeleset hingga ke dasar jurang dan berakibat fatal jika sampai terguling dan langsung nyebur ke kali yang diprediksi sangat dalam jika dilihat dari arusnya yang tenang.
Bahkan banyak bebatuan ditebing jurang dan ia harus extra waspada.
Kuuuk... Kuuuuk... Kuuuuk...
Terdengar suara burung hantu yang berdendang dengan suara mengerikan dan membuat bulu kuduknya meremang. Ia celingukan ke kanan dan kiri untuk melihat dimana hewan nokturnal itu bertengger, namun hanya suara yang mengerikan ia dengar.
Pria itu mengusap tengkuknya. Entah mengapa ia merasa sangat tak nyaman saat ini, seolah ada yang sedang mengintainya, dan itu terjadi saat mereka tersesat dihutan pinus yang cukup jauh masuk kedalam jalanan simpang karena ulah applikasi maps.
Pria itu menyapu pandangan kesekelilingnya. Perasaannya mulai tak tenang. Gemuruh didadanya terdengar menderu bersama degub jantungnya yang berdetak dua kali lebih kencang. Bahkan angin bertiup kencang yang membuat ia semakin waspada.
Jali semakin berhati-hati untuk menuruni jurang. Ia terus berpegangan pada tumbuhan perdu yang ia temui. Hingga akhirnya ia hampir mencapai dasar jurang yang tidak terlalu terjal, namun langkahnya terhenti saat ia melihat sosok wanita berdiri membelakanginya.
Sontak saja pria itu merasa curiga dan kedua matanya membola saat menyadari jika itu bukanlah manusia, sebab mengeluarkan aroma kembang kantil yang tercium semerbak, namun kini bercampur anyir darah.
Jali tersentak kaget. Ia merasakan deguban jantungnya memburu. Kali ini ia merasa jika firasatnya adalah benar bahwa sosok tersebut bukanlah manusia. Ia memutuskan untuk memilih mundur dan pergi meninggalkan lokasi yang menanjak.
Namun keanehan terjadi. Saat ia berusaha untuk menanjak, kakinya terasa seperti ada yang menariknya. Jemari tangan wanita itu sangat dingin, namun juga terasa kasar seperti hanya tulang belulang saja.
Jali tersentak kaget. Ia melihat sosok wanita yang tadinya berada didasar jurang, kini merangkak naik dengan rambutnya yang terurai kedepan dengan tangannya yang memanjang mencengkram pergelangan kakinya.
Kedua matanya memutih saat terkena sorot lampu senter.
"Hah! Pergi, Kau!" ia berusaha menendang sosok mengerikan itu, tetapi sayangnya justru membuat kedua kakinya dicengkram dengan kuat, sehingga ia harus memberontak dan tenaganya kalah imbang.
Sosok itu membawa tubuh Jali turun ke dasar jurang dengan cara diseret.
Pria itu menderita karena kepalanya harus terbentur batu ataupun pepohonan yang dilaluinya. Pria itu berteriak meminta tolong dan beraharap ada mobil yang melintas dan memberinya bantuan.
Kekuatan tangannya untuk mempertahankan dirinya yang menarik tumbuhan perdu tak sebanding dengan sosok berwajah hancur tersebut yang mana tenaganya sepuluh kali lipat darinya.
"Aaaaaaaa....," Jali berteriak kembali dengan suara yang sangat kencang agar didengar oleh pengendara yang melintas, akan tetapi hujan yang turun semakin deras, membuat suaranya tersamarkan, ditambah deru mesin yang cukup kuat.
Tak cukup sampai disitu, Jali juga harus merasakan siksaan yang cukup mengerikan saat sosok itu melemparkannya ke batang pohon pinus dan sebuah cakaran yang melayang dengan sangat kuat merobek dadanya, lalu menembus jantungnya.
Pria itu harus sekarat dan membeliakkan kedua matanya, lalu pergi untuk selamanya.
Sosok itu menghilang setelah menyelesaikan tugasnya untuk kembali ke Tuannya.
Saat Jali sudah tak bernyawa. Maka qorin Jali memisahkan dirinya dan menatap jasad itu dengan seksama. Ia melihat jika sesuatu yang memisahkan ia dengan jasad tersebut begitu keji.
Sang Qorin masih mengingat sebuah tugas yang saat ini belum selesai. Ia melihat dua botol air mineral kosong yang tergeletak didasar jurang.
Qorin yang menemani Jali selama hidupnya, memungutnya, lalu mengisinya dengan penuh dan membawanya menuju mobil yang tadi ia tinggalkan.
Sosok itu terus berjalan dan terlindas bus yang melintas, namun tak menghalanginya dan tak membuatnya terluka.
Setelah berada didalam mobil, ia terus melakukan tugasnya mengantarkan Wati dan Adjie yang saat ini sedang membutuhkan pertolongan.
Tak hanya sampai disitu, ternyata Begu Ganjang yang merupakan peliharaan Opung Saragih ikut serta mengantarkan perjalanan sepasang suami istri yang saat ini sedang berjuang untuk mencari kesembuhan.
Saat Jali tiba dirumah Opung Saragih, beliau sudah menyadari jika Jali bukanlah lagi manusia, melainkan jin yang mendampinginya selama hidup.
*****
Saat shalat subuh telah berakhir, beberapa peternak sapi dan kambing mencari rumput untuk pakan ternak mereka.
Seperti biasanya, mereka akan berkelompok jika harus pergi sepagi itu untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
Dua orang pencari rumput sudah terbiasa melakukan pekerjaan ini dan terkadang mereka berjanji satu sama lain untuk mencari pakan bersama.
Ditempat yang sudah lama mereka tinggalkan, dan tentunya rumput sudah tumbuh kembali, mereka berjalan menuju lokasi.
Hingga saat lampu senter yang mereka pakai sebagai penerangan melihat ceceran darah dari rerumputan dan batang pohon.
Seketika mereka berteriak saat melihat satu onggok tubuh tanpa nyawa telah terbaring dibawah sebatang pohon pinus dalam kondisi mengenaskan, bahkan lampu senter masih menyala dan memperlihatkan jika kejadiannya pasti belum lama.
Tak ingin sembarangan, mereka akhirnya berlari kejalanan untuk memberikan informasi kepada pengendara lain jika mereka menemukan seseorang yang tergelatak tak bergerak dan diduga mayat yang menjadi korban perampokan.
Beberapa mobil truck berhenti dan berinisiatif untuk menghubungi pihak kepolisian agar mengevakuasi jasad tersebut dan melakukan penyelidikan.
Tak berselang lama, suasana yang semula hening menjadi ramai karena peristiwa tersebut.
Polisi datang dengan membawa kantong jenazah, lalu mengidentifikasi jasad dan menanyai saksi.
Setelah memeriksa kondisi korban dan mencari informasi tentang identitasnya, pihak petugas menemukan ponsel dan juga kartu penduduk serta kartu surat ijin mengemudi yang jelas memperlihatkan siapa korban tersebut.
Polisi memeriksa panggilan terakhir korban dan melihat nama Radit yang terakhir kali dipanggilan keluarnya, maka mereka menghubungi pria itu untuk memberikan informasi tentang kejadian yang menimpa korban.
Radit dan bersama salah satu warga lainnya bergegas menuju alamat tersebut dengan cara mengebut dijalanan.
Tak berselang lama, mereka melihat jasad korban sudah dievakuasi meski kesulitan karena kondisi tanah yang licin dan menanjak.
Radit akhirnya memilih ikut bersama mobil ambulance ke rumah sakit untuk menjalani prosedur yang ada dan ia menjadi perwakilan keluarga untuk mengurusnya.
Saat bersamaan, mobil yang ditumpangi oleh Adjie dan juga Wati melintas ditempat yang sama dan wanita itu merasa penasaran dengan keramaian yang terjadi.
Ketika itu, ia mendengar suara panggilan Jali yang sangat lirih dan ia merasa itu sangat memilukan.
Namum, Wati tidak peka, sebab saat itu Jali sedang bersamanya dan masih menyetir mobil.
Hingga akhirnya mobil ambulance yang ditumpangi oleh Radit dan juga jasad Jali melaju melewati mobil milik pria malang itu.
Semua tragedi itu karena Anton yang merasa tidak senang dengan siapapun yang berusaha mengobati Adjie.
~Setiap manusia memiliki jin pendamping yang disebut Qorin. Jin ini mendampingi manusia hingga akhir hayatnya, dan akan berpisah setelah manusia meninggal dunia.
Jika manusia tela meninggal dan keluarga melihat almarhum berada dirumah, maka itu bukan arwah tetapi jin qorin pendamping, sebab arwah kembali ke Sang Pencipta-Nya.
tp kenp mndkdk mengerikNsi cintia itu nahhh mengerikNya seperti apa cobA
apa kek labubu yg sedang makan bbuah naga dgn warna merah di bagian wajah nya apakah sperti nenek2 peot karna khlgan ilmu nya
semogah Adjie lekas sembuh
semangat 💪
itu Cynthia bisa hidup normal lagi enggak ya ...?? kok ngeri banget sih .. kepala sama organ bisa lepas gitu...
lanjutkan Bng Sofyan
kannnn kok bisa yaaaa... aq lihat di pelem2 thai itu dia cNtik dan sllu pke sall agar menutup leher nya