Zoe Harper, seorang agen rahasia elit dari Norwegia, menerima misi rahasia dari mentornya, Johan Jensen, untuk mencuri "Scriptum Mortis", sebuah buku rahasia yang berisi informasi tentang operasi kartel terbesar di Meksiko. Buku tersebut berada di tangan Axel von Bergen, seorang pengusaha kaya dan berpengaruh.
Namun, misi ini diwarnai dengan kehadiran Axelrod River (Maverick), pemimpin kartel berbahaya yang menguasai jalanan Meksiko. Axelrod River dikenal sebagai pria yang kejam, cerdas dan memiliki jaringan yang luas. Mentor Zoe memperingatkan bahwa Axelrod River adalah musuh yang tidak terduga dan harus diwaspadai.
Dengan kecerdasan, keberanian dan kemampuan analisis yang tajam, Zoe harus menghadapi Axelrod River dan mengungkap kebenaran tentang buku tersebut. Sementara itu, dia juga harus menghadapi konflik internal tentang motifnya sendiri dan moralitas misinya.
Apakah Zoe berhasil menyelesaikan misinya dan mengungkap kebenaran tentang "Scriptum Mortis"?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebastian
Zoe dengan berani melambungkan tinju ke arah Sebastian, dan memukulnya berkali-kali. Pria malang itu di buat sangat terkejut dengan apa yang terjadi. Saat dia melihat ke arah Maverick untuk meminta penjelasan, pria itu malah lekas menertawakan.
Sebastian, yang tidak mengerti apa-apa berakhir membalas pukulan Zoe sebagai upaya penyelamatan diri. Sekali lagi, saat dia menoleh ke arah Maverick, pria itu malah memberi isyarat pada Sebastian untuk segera menembak Zoe dengan dua revolver yang saat ini dia pegang.
Saat Sebastian mengangkat kedua tangannya dengan patuh, Zoe menendang pergelangan tangannya dengan kuat dan berakhir menjatuhkan revolver tajam itu ke tanah.
Revolver berwarna silver itu berderak ke samping dan menjauh. Kedua mata Sebastian beralih pada revolver lincah tersebut, dengan tangan yang refleks turun untuk mengambilnya. Namun, Zoe dengan cepat menendang Revolver itu ke belakang untuk memberikannya pada Maverick.
"Haa.. Axelrod River, apa hanya segini kemampuanmu? Apa kau benar-benar seorang pemimpin Kartel terbesar?"
Zoe mengangkat rambutnya ke atas. Dengan tampang yang luar biasa percaya diri, dia tersenyum begitu angkuh. Ejekannya begitu dangkal sampai membuat Axelrod River yang asli menggigil karena terdengar begitu memalukan.
Sementara itu, Sebastian yang murni tidak tahu apapun hanya terdiam dengan alis yang terangkat. Dia sadar bahwa tuan yang dia layani selama ini sedang bermain drama dan berniat mengorbankannya.
Karena kesetiannya terhadap Maverick, dia mengikuti alur dari permainan gila itu. Dia tersenyum miring, dan ikut mengangkat rambutnya ke atas dengan percaya diri.
"Yah, aku tidak biasanya turun langsung ke lapangan hanya untuk menangkap seekor serangga, jadi ini cukup mengejutkan."
Sahutan itu terdengar sembrono, namun membuat Maverick kagum. Dia hanya menikmati pertunjukan itu dari belakang dengan garis senyum yang di tarik pasti.
Melihat sikap angkuh Sebastian, Zoe mengerutkan dahinya dengan kuat. Matanya tajam dengan aura hitam yang melekat di sekitarnya. Dia berjalan mendekat dan bertanya, "Lalu, apa kau yang menyimpan bom di kamarku?"
Sebastian yang berperan sebagai Axelrod River, pria gila yang tak kenal ampun itu semakin terlihat sombong. Dia tertawa begitu keras seolah sedang mengejek secara terbuka. "Mungkin?"
"Brengsek!"
Zoe berseru dan kembali memukuli Sebastian dengan tenaga yang tersisa. Setiap pukulan yang dia lambungkan begitu kuat sampai membuat Sebastian hampir tumbang. Namun, sebelum pria itu terkapar tak berdaya, Maverick lebih dulu mendekat dan menendangnya. Begitu kuat sampai membuat Sebastian yang malang itu jatuh ke sungai yang membentang di bawah mereka.
Duakk!
Zoe kembali di buat terkejut. Dia membatu dengan pertanyaan yang terus bergulir di kepalanya. Tentang, Kenapa Maverick tiba-tiba berdiri begitu dekat dengannya dan tentang kaki Maverick yang sebelumnya terluka, kini bisa di gunakan untuk mendorong pria dengan berat badan kurang lebih 70kg.
"Mav--"
Sebelum dia berhasil menanyakan hal tersebut, Maverick lebih dulu menarik tangannya dan membawa dia masuk ke dalam mobil yang sebelumnya di bawa oleh Sebastian.
"Kita harus pergi sebelum anak buah Axelrod River muncul."
Zoe tidak membuat tanggapan. Dia hanya duduk dengan tenang di kursi penumpang. Namun, entah kenapa dia merasa ada sesuatu yang salah disini. Bagaimana mungkin seorang pemimpin kartel terkuat di sepanjang jalanan Meksiko dapat di kalahkan dengan mudah, bahkan tanpa bantuan peluru?
Hanya ada dua kemungkinan. Pria itu memang payah dalam duel tanpa senjata, atau dia bukan Axelrod River yang asli.
Sambil terus memikirkan dua kemungkinan itu, Zoe tampak begitu tenang di bawa kemanapun oleh Maverick. Memang sudah tidak tersisa apapun dalam dirinya selain pakaian. Jika Maverick tidak membawanya, mungkin dia akan menjadi seorang gelandangan?
Di antara keheningan itu, Maverick tiba-tiba bertanya, "Zoe, apa yang kamu pikirkan?" dengan nada yang berbeda.
Zoe tersadar dan menoleh dengan cepat. "Aku hanya penasaran.." Dia tampak ragu untuk melanjutkan.
"Apa yang membuatmu penasaran? Kita sudah mengalahkan Axelrod River, jadi tidak perlu memikirkan hal lain."
Saat Maverick menyahut, Zoe berhenti membuat tanggapan. Dia hanya menunduk dan terus memikirkan kemungkinan terburuk bahwa pria yang jatuh ke sungai itu sebenarnya bukanlah Axelrod River.
Sadar Zoe kembali tenggelam dalam pikiran, Maverick kembali bertanya, "Apa kamu sudah makan siang?"
"Belum." Zoe menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu, aku akan membawamu ke bar."
Mendengar jawaban itu, Zoe kembali mengangkat kepalanya. "Apa?!" Dia berseru tanpa sadar. Orang bodoh mana yang membawa perut kosong ke sebuah bar? Pria itu benar-benar sudah gila.
"Haha.. Kau bisa mendapat makanan dan tempat tidur di bar itu."
Maverick memberi penjelasan singkat. Meski begitu, Zoe masih tetap tidak percaya. Sebuah bar tentu saja hanya menyajikan minuman beralkohol. Kecuali tempat itu memang sebuah akomodasi yang luar biasa.
"Apa itu sebuah hotel?" Zoe kembali bertanya untuk memastikan. Sementara itu, Maverick mengangguk dengan yakin untuk memberi jawaban singkat.
"Lalu kenapa kau menyebutnya sebuah bar? Hotel dan bar sangat jauh berbeda."
Maverick kembali menertawakan gadis itu. Dia menghentikan mobilnya tepat di lampu merah, lalu mendekat pada Zoe. Mata ke mata saling menatap dalam jarak yang cukup dekat. Zoe yang gugup beringsut mundur dengan waspada, namun Maverick menarik tengkuknya dan berbisik. "Sebenarnya itu sebuah penginapan kecil untuk bulan madu."