Ares dan Rara bersahabat baik dari kecil. Tidak mau kehilangan Ares membuat Rara mempertahankan hubungan mereka hanya sebatas sahabat dan memilih Arno menjadi pacarnya. Masalah muncul saat Papa Rara yang diktator menjodohkan Ares dan Rara jatuh sakit. Sikap buruk Arno muncul membuat Rara tidak mempertimbangkan dua kali untuk memutus hubungan seumur jagung mereka. Ares pun hampir menerima perempuan lain karena tidak tahan dengan sikap menyebalkan Rara. Namun demi melindungi Rara ,memenuhi keinginan papa dan membalas Arno. Akhirnya Rara dan Ares menikah. Hari - hari pernikahan mereka dimulai dan Rara menyadari kalau menjadi istri Ares tidak akan membuatnya kehilangan lelaki itu. Lantas bagaimana kelanjutan hubungan mereka yang sebelumnya sahabat menjadi suami istri serta bagaimana jika yang sakit hati menuntut balas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Calistatj, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13
Aku memasuki rumah yang akan aku tinggali bersama Ares. Rumah ini adalah bangunan 2 lantai. Minimalis. Di dalam rumah ini terdapat 2 kamar tidur dan 2 kamar mandi. Cat putih mendominasi rumah ini. Semua perabotan sudah dilengkapi papa. Bahkan kamar anak sudah diisi dengan perabotan.
Kamar utama memiliki ranjang yang cukup besar dan closet room tersendiri juga kamar mandi dengan bath up. “Wah” Kataku senang.
Ares membaringkan tubuhnya lagi di atas kasur. “Kamu kenapa tidur disini?” Tanyaku melihatnya.
“Mau dimana lagi”
“Kamar sebelah”
“Kamu mau sampai kapan minta pisah kamar?”
“Sampai aku siap” Kataku ragu - ragu.
“Kamu nggak akan pernah siap, Rara. Aku tau kamu cuma menganggap aku sebagai sahabat. Makanya aku mati - matian menghindari kontak fisik sama aku. Udahlah, Ra. Kita udah nikah. Nggak ada yang perlu kamu takutkan”
Ares memang benar. Tidak mungkin selamanya aku menghindari kontak fisik dengan Ares. Ares dan aku sudah menikah. Aku tidak bisa terus menerus mangkir dari kewajiban ini. Aku berdiri dan mendekat ke arah Ares. Aku memberanikan diri untuk mencium bibir Ares dengan lembut.
“Ayo lakukan” Kataku sambil berusaha melepas kaos yang melekat di tubuhku. Aku sudah mati - matian menurunkan berat badan hanya untuk terlihat serasi dengan Ares.
Lelaki tampan itu menyambut tawaranku. Dia memelukku dan membalas ciumanku. Ares memutar tubuhku dan meletakanku di atas kasur. Dibawahnya. Ares menatapku dalam sebelum melanjutkan ciuman kami. Jemarinya perlahan - lahan turun untuk menyentuh semua bagian yang dia mau dan membuatku mendesah. Dia melepas kaos dan melemparnya asal serta melepas celana pendek.
“Ahh” Aku meringis ketika merasakan bagian bawahku terlalu perih, setelahnya aku
dihantam gelombang kenikmatan yang belum pernah aku rasakan.
Ares mendesah sebelum akhirnya rebah disampingku. “Makasih cantik” Dia
mengecup pipiku.
***
Bayangan kejadian itu sulit sekali aku hilangkan dari pikiranku dan membuatku sering kali merasakan keinginan berlebih untuk mengulang momen terakhir itu bersama Ares. Kami melakukan terlalu jauh, tapi aku sama sekali tidak menyesal.
Tentu saja aku menikah bersamanya bukan untuk diceraikan. Maka itu aku mencoba untuk serius dalam pernikahaan ini. Tidak ada yang bisa kami ubah. Pernikahaan dan kewajibannya sudah terlaksana.
“Aku harap kamu nggak akan pernah pergi, Rara” Kata Ares sambil mengusap - usap pipiku dengan lembut.
“Aku nggak akan pernah pergi”
“Jangan pernah minta cerai, Ra. Aku cinta sama kamu”
“Aku…”
“Kalau kamu masih ragu. Jangan bilang cinta sama aku. Kamu adalah orang yang aku suka dari dulu sampai sekarang dan aku benar - benar bahagia sama pernikahaan ini. Bilang cinta sama aku ketika kamu emang udah merasakan hal itu”
“Iya, Res. Sabar ya. Aku yakin kalau aku akan jatuh cinta sama kamu”
Ares membelai lembut rambutku dan mencium bibirku. “Kata papa minggu depan kita udah bisa berangkat ke Norway”
“Kalau gitu aku harus segera bilang terima kasih sama papa”
Aku berusaha meraih ponsel yang ada di samping tempat tidur. Tangan Ares menahanku. “Nanti aja” Dia menariku ke dalam pelukan hangatnya dan menciumku berkali - kali.
Ares membuka kancing teratas baju tidurku satu per satu. Aku menggigit bibirku merasakan sentuhannya di setiap inci tubuhku. Perasaan ini benar - benar tidak bisa aku kendalikan. Aku menikmati semua sentuhan Ares. Aku mendesah ketika jemari Ares menyentuh bagian sensitifku.
“Res. Aku nggak tahan”
Senyum tipis terulas di bibir lelaki itu. “Iya, Sayang. Sabar ya” Lelaki itu melanjutkan aktivitasnya dan aku merasa terbang entah ke dimensi mana.
***
Hubungan ini semakin lama semakin menyiksa untukku, karena aku jadi selalu mencari Ares dimanapun lelaki itu berada hanya untuk melepas hasrat. Aku jadi yakin kalau yang bisa menyenangkan dan memuaskanku hanya Ares. Tapi, sekarang lelaki itu entah dimana.
Aku merebahkan tubuhku di atas kasur dan memijat pelipisku yang berdenyut. Aku mengalihkan fokusku untuk mulai mencari baju untuk dibawa ke Norway. Disana sangat dingin, jadi aku membawa beberapa jaket dan baju tebal.
“Rara?” Suara Ares terdengar dari bawah.
Aku segera berlari menyambutnya. “Res”
“Kamu dari mana?” Tanyaku langsung begitu melihat Ares muncul di ambang pintu depan dengan senyum lebar.
“Aku ada kejutan buat kamu”
“Apa?” Tanyaku penasaran.
Dua orang lelaki memasuki rumah sambil membawa pianoku yang sebelumnya ada di rumah papa. Sudah lama sekali aku tidak memainkannya. Aku mendekati pianoku yang diletakan di ruang tamu di samping televisi. Aku membekap mulutku tidak menduga kalau Ares akan membawa piano dari rumahku.
“Sesuai janji aku… kalau kamu jadi istri aku. Kamu boleh memainkan piano ini sepuasnya”
Aku mendekat ke arah Ares dan memeluknya erat. “Makasih, Res”
“Sama - sama. Sayang” Kata Ares sambil menepuk - nepuk punggungku.
***
Hari yang paling aku tunggu pun tiba. Kami akan segera menuju salah satu tempat yang paling aku impikan. Norway. Disini aku bisa melihat Aurora. Perjalanan kami akan berlangsung selama 10 hari 7 malam. Penerbangan akan transit di Istanbul dan kota pertama yang akan kami singgahi adalah Oslo. Tapi yang paling aku tunggu adalah menuju Alta. Di Alta kami akan melihat Aurora dan berseluncur dengan kereta yang akan ditarik dengan anjing husky. Kemudian dilanjutkan menuju Lofoten.
Ares memesan taksi untuk menuju bandara dan memasukan koper besar kami ke dalam bagasi.
“Kamu senang kan, Ra?”
“Ya senang dong, Res. Ini salah satu impian aku”
“Habis dari sini mau kemana lagi?” Tanya Ares sambil meletakan kepalanya di bahuku.
“Amazon” Jawabku.
Ares langsung mengangkat kepala dan menatapku “Serius?”
“Kamu udah nurutin aku ke Norway untuk lihat Aurora. Jadi, aku harus temenin aku ke Amazon buat ketemu teman - teman kamu”
“Hah? Siapa teman - teman aku?”
”Cayman, Aligator, atau buaya” Kataku sambil tersenyum lebar.
“Bisa - bisanya samain aku sama buaya”
Aku mendekatkan diriku ke telinga Ares. “Main kamu jago. Belajar dari mana?”
”Ada dong”
Mendengarnya membuatku sebal. Aku langsung memasang muka bete. Ares meraih tanganku dan menggenggamnya. “Kamu yang pertama, Rara. You have nothing to worry”
Aku melihat ke arah Ares. “Aku tau. Orang kamu selalu sama aku. Mau sama siapa lagi?”
“Tuh tau. Jadi, tenang aja. Aku yang pertama buat kamu dan begitu juga sebaliknya”
Kata - kata Ares selalu berhasil membuatku merasa tenang.
Jarak rumah kami menuju bandara tidak terlalu jauh. Sesampainya di bandara. Kami segera menemui tour guide. Perjalanan ini menggunakan jasa travel agar semuanya menjadi lebih mudah.