Wanita, seorang insan yang diciptakan dari tulang rusuk adamnya. Bisakah seorang wanita hidup tanpa pemilik rusuknya? Bisakah seorang wanita memilih untuk berdiri sendiri tanpa melengkapi pemilik rusuknya? Ini adalah cerita yang mengisahkan tentang seorang wanita yang memperjuangkan kariernya dan kehidupan cintanya. Ashfa Zaina Azmi, yang biasa dipanggil Azmi meniti kariernya dari seorang tukang fotokopi hingga ia bisa berdiri sejajar dengan laki-laki yang dikaguminya. Bagaimana perjalanannya untuk sampai ke titik itu? Dan bagaimana kehidupan cintanya? Note: Halo semuanya.. ini adalah karya keenam author. Setiap cerita yang author tulis berasal dari banyaknya cerita yang author kemas menjadi satu novel. Jika ada kesamaan nama, setting dan latar belakang, semuanya murni kebetulan. Semoga pembaca semuanya menyukainya.. Terimakasih atas dukungannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Siapa yang Janda?
Sebulan sudah Azmi bekerja sebagai admin pinjaman. Hari-harinya disibukkan dengan pekerjaan. Ia juga tahu, mengapa tidak ada karyawan yang mengganggunya. Hal itu disebabkan oleh jam terbang pekerjaan yang padat, membuat mereka tidak ada waktu untuk mengurusi hal sepele.
Berbeda dengan tempat kerja Azmi, disini pengawasan dilakukan lebih ketat. Semua pekerjaan didasarkan efisiensi waktu, sehingga tidak ada karyawan yang membuang waktu secara percuma. Maka dari itu, pelayanan yang diberikan di mess sangat lengkap untuk tetap menjaga produktivitas karyawan.
“Mi, kamu bisa buat laporan ini tidak?” Tanya Maira, admin fuel and oil.
“Aku memang pernah mengerjakan ini 2 kali, tetapi aku tidak bisa membantumu karena pekerjaanku masih banyak.” Azmi menjukkan file yang baru saja ia terima dari Novi.
“Itu tidak harus selesai hari ini, kan?”
“Memang tidak, tetapi aku juga masih ada pekerjaan lain. Maaf!”
“Sekali ini saja, Mi! Bisa ya?”
“Memangnya kamu mau kemana?” Tanya Novi yang baru saja datang dengan beberapa file ditangannya.
“Eh Mbak Novi!” Seru Maira yang terkejut.
“Aku ada urusan sedikit, Mbak. Tolong minta Azmi kerjakan sebentar, ya?” Imbuh Maira.
“Mencurigakan!”
“Tidak seperti yang kamu pikirkan, Mbak! Benaran!” Maira merasa gusar.
“Baiklah! Kamu boleh absen 1 jam, lebih dari itu absen hari ini aku hapus!” Ancam Novi.
“Siap, Mbak! Terima kasih, Azmi!”
Setelah memberikan file kepada Azmi, Maira segera keluar membawa tasnya. Novi hanya meminta Azmi untuk menunda pekerjaan yang diberikannya dan memprioritaskan file dari Maira, tanpa menjelaskan alasan Maira absen.
“Kenapa kamu mau mengerjakannya, Mi?” Bisik Hafis yang sedari tadi hanya diam.
Meja mereka bersebelahan sehingga memungkinkan keduanya untuk berbisik-bisik.
“Kalau Mbak Novi sudah beri perintah, bisa apa?”
“Kamu tahu alasannya?” Azmi menggeleng.
“Maira itu simpanan, Bos!”
“Maksud Kak Hafis?”
“Setiap beberapa hari sekali, Maira akan absen untuk menemui bos itu.”
“Hanya gosip saja mungkin, Kak!”
“Kamu anak baru, pantas saja kamu tidak tahu. Itu sudah bukan rahasia lagi! Makanya Novi memberikan izin, karena tidak bisa ambil resiko menyinggung bos.” Azmi terdiam.
“Kalau kamu mau mengerjakannya, lain kali kamu akan dimintai tolong lagi!”
“Biasanya siapa yang dimintai tolong, Kak?”
“Faiz. Tapi hanya yang urgent saja, seperti yang kamu pegang. Tanyakan padaku kalau kamu tidak mengerti.” Azmi mengangguk.
Keduanya mengakhiri bisik-bisik karena Novi kembali ke ruangan. Azmi mengerjakan laporan milik Maira dengan bantuan Faiz karena ada beberapa angka yang tidak sesuai dengan nominal meter yang ada di sistem.
Sementara itu, Maira sudah sampai di ruangan manajer yang sudah 1 tahun ini membantunya dalam karir.
“Akhirnya kamu sampai juga!” Seru Bos Jaka.
“Anak baru susah dimintai tolong!” Keluh Maira yang kemudian mengunci pintu ruangan.
“Anak baru?”
“Ya. Namanya Azmi, pinjaman dari Batukajang.”
“Oh! Aku ada mendengarnya. Kalau tidak salah dia janda, mantan suaminya seorang mekanik.”
“Siapa yang janda?” Tanya Maira tidak percaya.
“Azmi itu.”
“Yang benar?”
“Iya. Aku mendengarnya sendiri dari Suwito, bosnya di Batukajang.”
“Tapi tidak terlihat seperti janda.”
“Jelas saja. Pernikahannya hanya berlangsung dalam hitungan bulan! Sepertinya dia berulah, makanya dibuang kemari.”
“Sungguh kasihan!”
“Sudahlah.. Jangan membicarakannya lagi! Aku merindukanmu.” Bos Jaka memeluk Maira dengan erat.
“Sekarang kamu bilang merindukanku! Kemarin selama kamu cuti, tidak ada mengabariku sama sekali!” Maira pura-pura merajuk.
“Kamu tahu sendiri, jika cuti aku akan menghabiskan waktu dengan anak-anak.”
“Dengan istrimu juga!”
“Aku tidak mengelak! Tetapi hanya kamu yang bisa membuatku benar-benar bergairah.”
“Selalu itu yang kamu katakan!”
“Jangan merajuk lagi! Aku membawakanmu oleh-oleh dari Lombok.” Mata Maira berbinar melihat set perhiasan mutiara yang diberikan Bos Jaka.
Tak menunggu lama, Maira segera mengenakan gelang dan anting mutiara. Lalu Bos Jaka memakaikan kalung di leher Maira. Sembari memakaikan kalung, Bos Jaka menggoda titik sensitif Maira hingga keduanya berakhir dalam permainan.
Bos Jaka yang tinggal bersama keluarganya tidak bisa banyak berinteraksi dengan Maira yang tinggal di mess. Mereka akan melakukannya seperti sekarang atau saat Maira dan dirinya libur. Tak ada yang melaporkannya karena Bos Jaka adalah urutan nomor dua dalam kekuasaan manajemen. Siapa yang berurusan dengannya siap-siap saja di mutasi atau dihabisi.
“Kamu selalu bisa membuatku ketagihan!”
“Gombal!”
“Benar! Jika saja bukan di kantor, aku akan menghajar mu sampai kamu minta ampun!”
“Nanti istrimu tidak kebagian, bagaimana?”
“Kamu tahu sendiri sikap istriku. Dia hanya mau melayaniku jika dia mau. Jika tidak, kami tidur satu kamar tanpa melakukan apa-apa.”
“Tapi kamu masih bertahan.”
“Bagaimana bisa tidak bertahan? Anak-anak akan membenciku jika kami bercerai!”
“Dan kamu akan membiarkan hubungan kita seperti ini terus?”
“Seperti ini tak apa, kamu juga tidak ada keinginan untuk menikah.”
“Sekarang memang belum, tapi nanti siapa yang tahu!”
“Pikirkan nanti!” Keduanya merapikan kembali pakaian mereka dan berpisah.
Maira kembali ke ruangnya, meninggalkan Bos Jaka yang tersenyum puas. Ia bisa masuk kedalam perusahaan juga karena Bos Jaka. Maira adalah anak brokenhome yang tidak percaya dengan pernikahan. Maka ia akan terus menjalani hubungan seperti itu sampai ia menemukan laki-laki yang bisa membuatnya tertarik.
“Bagus, Mi! Terima kasih sudah mau mengerjakannya.” Kata Novi.
“Sama-sama, Mbak. Saya lanjut pekerjaan saya dulu.”
“Apa lebih bagus dari laporan yang aku buat?” Tanya Maira yang baru saja sampai.
“Mau jawaban jujur atau tidak?”
“Tidak perlu, aku sudah tahu jawabannya!” Maira melenggang kembali keruangan mengabaikan Novi yang menggelengkan kepalanya.
Di dalam ruangan, Maira mulai memperhatikan Azmi. Jika apa yang dikatakan Bos Jaka benar, Azmi memang janda dan menjadi incaran bosnya. Makanya saat menolak permintaan Bos, Azmi dikirim kemari. Jika sepertinya akan memilih melayani bos demi kelancaran karir. Tetapi, mengapa Azmi malah mengambil route yang berat? Maira menggelengkan kepalanya. Ia tak mau ambil pusing.
Sementara Azmi tidak peduli dengan tatapan Maira. Ia fokus mengerjakan pekerjaannya yang tertunda.
“Apa benar kamu janda?” Tanya Maira yang penasaran.
Ia sengaja menggeser kursinya agar bisa mendekati Azmi.
“Iya.” Jawab Azmi singkat.
“Kenapa kamu memilih jalur ini?”
“Maksud kamu?” Azmi menatap kearah Maira.
“Jika ada yang instan, mengapa kamu memilih jalur yang terjal?”
“Maira! Kembali ke posisimu!” Teriak Novi yang baru memasuki ruangan.
Maira kembali ke posisinya, meninggalkan Azmi yang bertanya-tanya apa maksud dari perkataannya. Azmi bermaksud menanyakannya nanti saya pekerjaannya selesai dan tidak ada tanggungan lagi. Tetapi sampai pulang bekerja, Azmi tidak memiliki kesempatan karena Maira sudah pulang lebih dulu di jemput mobil ranger.