6 tahun tidak bertemu banyak sekali hal yang berubah dalam pertemanan Adrian dan Ansara. Dulu mereka adalah sahabat baik namun kini berubah jadi seperti asing.
Dulu Ansara sangat mencintai Adrian, namun kini dia ingin menghapus semua rasa itu. Karena ternyata Adrian kembali dengan membawa seorang anak kecil.
"Hidup miskin tidak enak kan? karena itu jadilah sekretarisku," tawar Adrian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SYM Bab 1 - Tawaran Menjengkelkan
"Ansara, ada teman mu yang mulai datang. Temui lah sebentar."
"Benarkah? Kalau begitu aku antarkan pesanan ini dulu," jawab Ansara dengan bibir tersenyum lebar.
Ansara meninggalkan meja pantry dan membawa sebuah nampan berisi makanan untuk menuju meja nomor 11. Sejak lulus SMA, Ansara tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Ansara langsung dihadapkan pada berbagai macam dunia kerja, sampai akhirnya kini dia jadi salah satu pelayan di sebuah cafe yang cukup ternama.
Hari ini ada acara reuni SMA, diadakan di cafe tempat Ansara berkerja agar gadis cantik bertubuh mungil itu bisa ikut hadir.
"Ansara!" panggil salah satu teman yang pertama kali datang ke cafe.
Ansara tersenyum semakin lebar, tak mampu melambai karena kedua tangannya masih membawa nampan. "Duduklah di sana," jawab Ansara pelan, tak ingin menganggu para pengunjung yang lain.
Meja nomor 5, 6, 7, dan 8 sudah mereka booking untuk acara reuni sederhana ini. Sengaja tidak memesan lebih banyak meja karena biasanya yang bisa hadir untuk reuni hanya sedikit.
Apalagi sekarang sudah 6 tahun berlalu sejak mereka semua lulus SMA, rasanya makin sulit saja untuk mengumpulkan semua orang.
Selesai mengantarkan makanan, Ansara buru-buru mendatangi meja teman-temannya. Jika sesuai jadwal harusnya jam 5 sore ini semuanya sudah berkumpul, tapi sepertinya akan datang satu per satu.
"Langsung pesan makanan atau menunggu yang lain?" tanya Ansara, sudah ada 4 temannya yang datang.
"Menurutmu bagaimana?"
"Pesan saja dulu, biar aku tidak repot menyiapkannya," balas Ansara lalu terkekeh.
Teman Ansara yang lain ikut tertawa pula, jadi demi meringankan kerja Ansara mereka setuju untuk memesan makanan lebih dulu.
"Nanti kamu ikut duduk kan?" tanya salah satu teman yang lain.
"Lihat keadaannya dulu, jika sepi aku bisa duduk bersama kalian. Tapi kalau ramai aku harus melayani pelanggan."
"Oke deh, yang penting saat foto ada kamu."
Ansara mengangguk setuju.
Sekitar jam 6 sore barulah semua orang berkumpul. Sebenarnya tiap ada acara reuni begini Ansara merasa malu untuk ikut hadir, karena hanya dia yang memiliki pekerjaan seadanya, bukan bekerja di sebuah perusahaan besar.
Namun Ansara selalu berlagak ceria, selalu menyembunyikan rasa malunya.
"Ansara, ambilah istirahat sebentar dan bergabung dengan teman-temanmu," ucap atasan Ansara.
"Tapi Pak, masih banyak pengunjung."
"Tidak apa-apa, rekan kerjamu pasti paham."
"Terima kasih, Pak. Nanti saya akan ambil jam lembur," balas Ansara, tak lupa dengan bibirnya yang selalu tersenyum lebar.
Ansara akhirnya ikut bergabung dengan teman-temannya, diantara semua orang yang menggunakan pakaian bagus-bagus, Ansara justru menggunakan seragam kerjanya.
"Ansara, akhirnya kamu duduk juga, tapi bukannya masih banyak pelanggan yang harus dilayani?"
"Tidak apa-apa, bosku sudah memberi izin untuk istirahat," jawab Ansara.
"Ya ampun, untung saja bos mu baik. Jika tidak mana betah bekerja di sini? Iya kan?" tanya yang lain, namun dengan nada meremehkan.
Ansara hanya mampu mengangguk, juga terus tersenyum.
"Apa kamu tidak ingin mencari pekerjaan yang lebih baik Ansara? Ada loh lulusan SMA yang bekerja di perusahaan besar."
"Tentu saja mau, nanti aku akan coba cari-cari info lagi," jawab Ansara, karena baru sempat bergabung Ansara jadi pusat perhatian.
"Apa aku boleh bergabung?" tanya seorang pria yang tiba-tiba mendatangi meja mereka.
Pria yang nampak asing dan familiar sekaligus.
Deg! melihat pria itu justru membuat jantung Ansara sesaat berdenyut nyeri, lalu berdebar dan nyeri lagi.
"Adrian?" tanya yang lain dan pria itu tersenyum dengan kepala yang mengangguk, mengartikan bahwa dia memanglah Adrian.
Setelah lulus SMA Adrian bak hilang ditelan bumi, entah kemana rimbanya. Sampai sebuah desas desus mengatakan bahwa Adrian melanjutkan pendidikan di luar negeri.
Beberapa kali diadakan reuni Adrian tak pernah hadir, namun siapa sangka kini pria itu menunjukkan diri.
Adrian bahkan tidak hanya datang seorang diri, namun Adrian datang dengan menggendong seorang bocah kecil di salah satu tangannya.
Lama tak melihat kini Adrian benar-benar nampak berbeda, tubuh tinggi tegap dan nampak berotot di lengannya. Bukan Adrian bertubuh kurus saat SMA dulu.
Sekarang Adrian jadi sangat tampan dan ternyata dia telah memiliki seorang anak perempuan.
Ansara yang dulu pernah menaruh hati pada pria itu kini jadi membeku, jangankan menyapa, menatap pun rasanya sudah tak kuasa.
'Betapa memalukannya aku, menyukai Adrian dan masih sering memimpikannya hingga sekarang. Tapi ternyata Adrian sudah menikah dan kini dia nampak hidup dengan sangat baik,' batin Ansara.
Adrian datang dengan menggunakan setelan jas lengkap, menunjukkan jelas jika kini posisinya sudah tinggi.
Tentu saja, dulu pun ada kabar bahwa ayah kandung Adrian adalah seorang konglomerat dan sepertinya kabar itu adalah benar.
"Ya ampun Adrian, ayo sini duduk. Apa dia anakmu?"
Adrian mengangguk.
"Siapa namanya cantik?"
"Naula," jawab bocah itu dengan suaranya yang terdengar menggemaskan, usianya 4 tahun.
"Jadi benar kamu selama ini di Amerika?" tanya yang lain.
"Iya," jawab Adrian apa adanya dan pembicaraan jadi semakin menjalar ke mana-mana.
Menjelang jam 9 malam acara reuni itu pun usai. Saat megambil foto Ansara berada di paling belakang, nyaris tak terlihat sebab tubuhnya yang mungil.
Satu per satu mulai meninggalkan cafe tersebut dan Ansara mulai membereskan semua meja-meja.
"Ansara," panggil Adrian yang ternyata masih ada di sini.
Ansara gelagapan, perasaannya tadi Adrian pergi lebih dulu. Tapi ternyata pria ini kembali lagi. Adrian hanya datang sendiri, entah kenapa anak perempuannya tadi.
Karena terkejut Ansara sampai menjatuhkan sebuah gelas.
Pyar!
Untunglah gelas itu tidak pecah, namun karena masih berisi sedikit minuman jadi membasahi sepatunya dan milik Adrian.
"Astaga, maaf Adrian. Akan aku bersihkan sepatu mu," ucap Ansara, malu dan merasa sangat bersalah.
Ansara buru-buru mengambil gelas tersebut, meletakkannya di atas meja dan mengambil tissue untuk mengeringkan sepatu milik Adrian.
Sementara Adrian bergeming, membiarkan Ansara melakukan apapun yang diinginkannya.
Selama reuni tadi diam-diam Adrian memperhatikan Ansara dari tempat duduknya. Ansara yang hanya diam dan sesekali ikut tertawa saat ada hal lucu. Adrian tahu Ansara merasa malu dengan statusnya saat ini dibandingkan yang lain.
Padahal dulu Ansara selalu penuh percaya diri di hadapannya, tapi malam ini sekalipun Ansara tidak menatap ke arahnya.
"Celanamu juga sedikit basah, maafkan aku Adrian," ucap Ansara, dia menundukkan kepalanya sebagai permohonan maaf.
Namun reflek kepala Ansara mendongak saat mendengar Adrian memberi sebuah tawaran yang terdengar sangat menjengkelkan.
"Hidup miskin tidak enak kan? karena itu jadilah sekretarisku," tawar Adrian.
makanya ans tanya ans tanya sama Adrian biar kamu ga menduga2 terus
ga mudah di tindas
dari kecil udah kenyang sama hal2 seperti ini
tenang ans itu tak ada sangkutanya sama hubungan mu.
lanjut