bagaimana jika anak kembar di perlakukan berbeda? satu di sayang bagai ratu dan satu lagi di perlakukan layaknya babu.
perjuangan Alana di tengah keluarga yang sama sekali tak pernah menganggap nya ada, ingin pergi namun kakinya terlalu berat untuk melangkah. Alana yang teramat sangat menyayangi ayahnya yang begitu kejam dan tega padanya, mampukah Alana bertahan hingga akhir? akankah Alana mendapat imbalan dari sabar dan tabah dirinya sejauh ini?
cerita ini hanya fiktif belaka ya, kalo ada yang namanya sama atau tempat dan ceritanya itu hanya kebetulan, selamat membaca😊❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alana 13
pagi sekali, Alana sudah bersiap untuk pergi ke sekolah. pulang sekolah nanti niatnya ingin mencari pekerjaan baru karena baru kemarin Alana di pecat, dirinya yang hilang tanpa kabar membuat beberapa hal kacau dan membuatnya di harus terkena omelan dan berakhir dipecat
Alana melawati Ayah dan empat saudaranya yang sedang menikmati sarapan pagi itu dengan acuh, sejak kemarin sikap Alana sedikit berubah lebih banyak diam dari biasanya, Alana juga benar-benar menghindari mereka meski pagi ini sempat memasak untuk mereka.
"Berhenti!" ucap Kunan dengan tak senang, Alana yang berjalan tanpa menyapa nya seperti biasa itu membuatnya merasa kesal
Alana menghentikan langkah kakinya, kebetulan hari ini ada mapel penjas jadi Alana mengambil kesempatan untuk menggunakan seragam olahraga dari rumah, dalih untuk menutupi beberapa luka memar di betisnya
"apa?" tanya Alana berbalik
"Anak sialan!! mau jadi anak durhaka kamu hah! bahkan tidak mengucap salam!" bentak Kunan, tatapannya yang tajam bertemu dengan mata Alana yang juga menatapnya malas, ya.. Alana menatap Ayahnya dengan malas.
"oh, Assalamualaikum" ucap Lana yang kemudian pergi begitu saja
perubahannya semakin terlihat jelas pagi ini, Kunan meremas keras garpu di tangannya.
"Alana..!!!!"
kesalnya dan marah, Kunan berteriak kencang untuk membuat Alana kembali. tapi sepertinya Alana sama sekali tidak peduli bahkan meski mendengarnya sekalipun, Pharta menarik nafasnya dalam Pagi ini benar-benar kacau. awalnya masih damai sampai setelah Alana melewati mereka dengan acuh
Alana berjalan dengan riang menuju sekolah, mulai sekarang dia akan melepas semua beban di hatinya, hidup tanpa mengharapkan apapun lagi pada siapapun, Alana akan memulai hidup barunya dengan tak lagi melibatkan kesedihan yang selalu mengurungnya menjadi pendiam, walau mungkin akan sangat sulit tapi Alana tidak ingin menjadi boneka mereka, Jinan benar dirinya berharga bahkan meski orang lain tidak menginginkan dirinya
"Jinan.. I'm Coming!" teriak Alana memasuki kelasnya
Jinan beberapa saat terpaku dengan sikap Alana pagi ini, seorang Alana ceria? Jinan sedikit was-was dengan mendekati sahabatnya itu
"lo gak lagi sekarat kan Lan? lo gak bakalan ninggalin gue mati kan?" tanya Jinan begitu serius mengguncang pelan kedua lengan Lana
"hah?" Alana malah bingung dengan reaksi Jinan yang begitu absurd
"Apaan sih Nan!" dorong Alana, Jinan yang bertingkah aneh itu membuatnya sedikit badmood
"lo kok tiba-tiba ceria? gue seneng sih tapi gue jadi takut, perubahan lo ini bukan karena lo mau ning.. "
"ssstt.. lo ngomong apaan sih, aneh banget! Alana yang kemarin udah gue buang jauh-jauh, dan sekarang yang didepan lo ini Alana baru, Alana yang berbeda dengan sebelumnya" potong Alana, dia bahkan berputar menunjukkan pada Jinan tentang perubahannya
"jangan ungkit apapun di masa lalu, karena gue yang sekarang cuma mau liat kedepan" lanjut Alana tersenyum
"iya, kita cuma perlu liat kedepan.. gue seneng liat lo berubah Lan.. jangan lemah lagi oke?" sahut Jinan merasa bangga dengan Alana
'tapi bukan berarti gue bakalan lepasin mereka! gue bakalan tetep ngawasin mereka sampai waktu di mana gue akan hancurin mereka sampai berkeping-keping!' batin Jinan yang kini memeluk Alana
hari itu Alana benar-benar berubah, menjadi sangat periang bahkan Gilang dan Nata terkejut dengan sikap Alana. mereka yang tau dengan perubahan Alana cukup senang meski tak berhenti tertegun karena ini kali pertama mereka mendengar gelak tawa Lana yang nyaring tanpa di buat-buat. Gilang tak henti melakukan aksi konyol atau menceritakan hal yang tidak mauk akal untuk membuat Alana lebih banyak tertawa, rasanya Gilang ikut hanyut dalam perasaan bahagia Alana
"anu.. Nan, temenin gue cari kerja ya? madam kemarin marah terus mecat gue hehe" ucap Lana di sela-sela Riangnya
"gue tau tempat kerja yang cocok buat lo, gaji nya juga gede lo mau gak?" sahut Gilang semangat
"mau, apa aja gue mau tapi jangan maling aja gue gak bisa lari cepet soalnya" jawab Lana yang malah di sambut tawa lagi oleh mereka
"haha ya kali lo gue jadi maling, maling mah harus jago kabur, lo lari aja kek angsa njir geol kanan geol kiri haha" celetuk Gilang yang menambah mood tawa mereka, Jinan bahkan sampai mengeluarkan air mata karena ucapan Gilang
"gila lo" imbuh Nata juga yang tak berhenti cekikikan
"aduh udah, perut sakit sumpah.." sahut Lana memeluk perutnya sendiri
Aluna yang melihat mereka dari jauh hanya diam, perubahan Alana yang sejak kemarin membuat perasaan sedikit bingung, tak mengerti mengalami dirinya merasa aneh dan campur aduk saat ini, Aluna ingin menyapa adiknya itu tapi rasanya cukup malu untuk mendekat.
"Lana.. " gumamnya tanpa sadar
"namanya HAPPY CAFFE, tempatnya juga gak jauh-jauh amat dari sini. ntar gue yang anter deh sekalian gue juga pengen mampir kesana" ucap Gilang setelah tawa mereka mulai mereda
"thanks ya, sumpah lo baik banget gue gak akan lupa" sahut Lana menepuk pundak Gilang
"yee, gue mah selalu baik sepanjang hari bro, nama gue aja Gilang Budi Hartono.. " sahut Gilang membanggakan diri
"iya deh si paling budiman yang baik hati tidak sombong dan suka mainin cewek" celetuk Jinan menahan tawa
"hahaha iya lagi" lanjut Alana kembali tertawa
"terus.. terus.. " ucap Gilang kesal dengan dua gadis di depannya
"makanya, setia jadi orang" sahut Nata yang ikut mengejeknya
"kalo gue dapet Lana, gue bakalan setia" jawab Gilang menaik turunkan alisnya pada Lana
"gak selera gue sama lo" celetuk Lana
"bangke Lo, cowok sekeren dan tampan gue lo tolak mentah-mentah?! awas lo kesemsem sama gue" marah Gilang tak terima
hari itu menjadi awal yang memuaskan untuk Lana, memang Jinan dan dua orang itu membuatnya merasa senang dengan keputusannya. walau mungkin dalam lubuk hatinya yang terdalam masih terus mengharapkan sesuatu yang tak pernah di rasakan nya sejak kecil
pulang sekolah, Lana tak langsung pulang dia ikut bersama Gilang untuk mendapatkan pekerjaan baru, Lana sangat menyayangkan pekerjaanya yang kemarin, bidang itu cukup Lana kuasai dan bahkan Lana sangat senang berja di sana tapi sepertinya takdir mengatakan jika dia juga harus mencoba hal lain
Gilang memperkenalkan Lana pada manager Caffe, terlihat cukup akrab saat Gilang menyapa Manager itu. Gilang tidak banyak bicara tapi Lana sudah di terima di sana, tentu Lana merasa sedikit aneh dengan Gilang
"kok bisa?" tanya Lana penasaran
"hehe, gue kenal, pemilik Caffe ini temen gue" jawab Gilang nyengir
"wihh, jadi gue masuk lewat jalur orang dalam nih ceritanya" ucap Lana melihat beberapa pelayanan Caffe yang sepertinya sedang berbisik tentangnya
"tenang aja, mereka bisa jadi temen lo kok" jawab Gilang tenang
"hmm, makasih ya Lang, lo mau gue berterimakasih pake apa?" tanya Lana yang merasa berhutang budi
"gimana kalo lo jadi pacar gue?" tawar Gilang tersenyum genit
"jadi, lo mau gue tonjok atau gue jambak?" tanya balik Lana yang muak dengan rayuan Gilang
"hehe galak banget, gue gak butuh apa-apa.. lo cukup kerja dengan baik aja udah, sebenernya gue suka nolongin orang apalagi cewek, bukan karena gue sok baik ya, gue suka aja dari dulu gue emang pengen banget punya sodara cewek sayang banget Mak gue gak mau hamil lagi, jadi gue anak terakhir deh" jawab Gilang panjang lebar
"kayaknya seru deh di repotin sama sodara cewek, lo jadi adek gue aja gimana?" lanjut Gilang dengan nada bercandanya