NovelToon NovelToon
Transisi

Transisi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:553
Nilai: 5
Nama Author: Ida Riani

cerita tentang perubahan para remaja

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13

"Tangkap penjahat itu," kali ini Jihan sudah menerima zidan dirumahnya, mereka bermain bersama, jihan berperan sebagai pahlawan dan zidan sebagai penjahat.

"Kakak aku lapar" ucap gadis itu.

"Iya, aku juga capek" jawab zidan.

Setelah lelah bermain mereka kemudian masuk dalam rumah untuk beristirahat.

"Kakak ini untukmu" jihan memberikan dua tusuk sate ayam pada zidan.

"Terimakasih, ini untukmu" zidan membalasnya dengan memberikan satu bagian telur dadar miliknya.

Bu kiki dan lian terharu melihatnya, mereka sudah akrab saling menerima satu sama lain sebagai saudara.

"Sudah-sudah, kalian makan yang banyak biar sehat" ucap bu kiki.

"Ini untukmu dan ini untukmu" lian memberikan satu telur dadar untuk zidan dan memberikan dua tusuk sate ayam, sebagai ganti karena mereka sudah saling memberi.

"Terimakasih ayah" ucap zidan.

Jihan menatap zidan dengan ekspresi meledek, mulutnya komat-kamit menirukan gaya bicara zidan.

"Kenapa, kamu tidak suka" tanya lian pada jihan yang terlihat meledek zidan.

"Ayah kalian memasak semua ini dengan penuh cinta, jadi, jangan ada yang bilang, kalau masakannya tidak enak" ucap bu kiki menasehati kedua bocah itu.

"Ayo! makan lagi" ucap lian lagi terkekeh.

Mereka berdua menjawab dengan anggukan.

Dirumah Rangga. Sebelum Rangga berangkat sekolah dan pak hari yang akan berangkat bekerja, mereka berdua, menyempatkan diri sarapan pagi dan duduk bersama di meja makan

"Ayo, sarapan, oh iya, bagaimana dengan sekolah kamu" tanya pak hari pada rangga.

"Alhamdulillah baik" jawab Rangga.

Terlihat bu titin datang dari kamar rangga dengan ekspresi sangat marah.

"Apa ini?. kapan kamu menemukan kembali foto ini?" bu titin kesal dan menunjukkan foto yang pernah di buang pada putranya.

"Astaga, kenapa foto yang bagus jadi terlihat seperti ini?" tanya pak hari. Setelah melihat foto bekas sobekan tersebut. Rangga langsung merebut foto itu dari tangan ibunya dan menyembunyikan di balik jaket.

"Berikan pada mama" ucap bu titin.

"Sayang, apa salahnya jika rangga menyimpannya, kita hanya punya foto ini, biarkan rangga menyimpan sebagai kenangan, ya!" ucap pak hari.

"Rangga, mau berikan atau tidak?" ucap bu titin meninggikan nada bicaranya.

"Rangga, ini sudah siang, pergilah sekolah, cepat" pinta pak hari.

"Kamu mau berikan atau tidak" ucap bu titin sambil menarik tangan rangga kemudian memukulinya.

"Titin, lepaskan, apa yang kamu lakukan, tidak seharusnya kamu bersikap seperti ini pada putramu sendiri" teriak pak hari menghentikan bu titin.

"Kenapa, seharusnya aku yang mati pada saat itu" teriak bu titin.

"Bisakah kau tidak mengungkitnya lagi?, itu hanya kecelakaan, itu bukan salah kamu dan juga bukan salah rangga, tidak usah saling menyalahkan" ucap pak hari memperingatkan istrinya.

Rangga sangat shock, dan terlihat ketakutan melihat kedua orang tuanya kembali berdebat di depannya.

"Benar, kamu tidak menyalahkanku, aku harus berterima kasih padamu, asal mas tau, mas tidak ada di sana waktu itu, jadi dengan mudahnya mas berkata demikian, semua itu salahku, semua memang salahku" teriak bu titin.

"Cukup, hentikan, bisakah kita tidak membicarakan masalah ini lagi?, jalani saja hidup dengan baik, ya!" ucap pak hari tegas.

"Bisa-bisanya mas bilang tidak usah membahas tentang ini lagi, mas tidak ada di rumah setiap hari, aku belum bisa terima kenyataan, aku sangat menderita dengan hal ini, dan kamu, kenapa kamu biarkan adikmu bermain sendirian?" ucap bu titin. Wanita itu menangis histeris kala mengingat peristiwa dimana putrinya terjatuh saat bermain.

"apa yang kamu bicarakan, jangan menyalahkan rangga" ucap pak hari.

"Semua karena dia, dia yang menyebabkan anakku meninggal" ucap bu titin menunjuk rangga sebagai penyebab adiknya meninggal.

Rangga sangat sedih mendengarnya dan air matanya seketika tumpah.

"Kenapa kamu membiarkan adikmu bermain sendirian". ucap bu titin kesal.

"Berhenti membicarakan tentang semua ini" ucap pak hari.

"Dia yang menyebabkan putriku meninggal" teriak bu titin.

"Plak"

Tamparan keras mendarat dipipi wanita itu, Rangga tidak sanggup mendengar ataupun melihatnya, hatinya begitu perih, ditambah lagi ia harus melihat ayahnya menampar ibunya dihadapannya.

Suasana pagi yang cerah menjadi sangat mencekam.

"Kakak, tunggu" ucap jihan pada rangga, tidak bisa mengikuti langkah bocah lelaki itu, usai pulang sekolah.

"Kakak tunggu sebentar, jalanya jangan cepat-epat" ucapnya lagi sambil menggandeng tangan bocah itu. Namun Rangga tidak menghiraukan, ia justru menepis tangan gadis itu dan berjalan semakin cepat, Jihan terus mengikuti langkahnya dengan berlari.

"Assalamualaikum, bibi, kami sudah pulang sekolah" ucap jihan pada bu titin yang hendak melangkah pergi meninggalkan rumah.

"Ibu mau kemana" tanya Rangga saat melihat ibunya terdiam dihadapannya.

"Mama" panggil rangga.

Bu titin, tidak menjawab pertanyaan putranya, ataupun salam dari Jihan. Wanita itu melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan semuanya, apalagi menoleh sekedar memandang wajah putranya.

"Bibi tidak menginginkan kak rangga lagi" ucap jihan asal.

Wanita itu tetap melanjutkan langkahnya tidak perduli dengan putranya yang terus memanggilnya.

Jika bibi sudah tidak menginginkan kak rangga, berikan dia padaku, aku ingin dia menjadi kakakku sekarang" ucap jihan dengan lantang.

"Ambil saja, dia kakakmu sekarang" jawab wanita itu sambil terus melangkah.

"Alhamdulillah, ya Allah, aku punya dua kakak sekarang" ucap jihan sambil melompat kegirangan.

Hati rangga begitu sakit mendengarnya, ia merasa menjadi anak yang tidak berguna, pasalnya ibu yang sangat dicintainya tega meninggalkan dan memberikan pada orang lain yaitu jihan.

"Terimakasih ya Allah, aku punya dua kakak yang hebat sekarang" ucap gadis itu bangga.

***

Diwarung mi ayam lian

"Kalian tau tidak, tetangga kita titin, dulu, dia itu pergi berbelanja di minimarket, dia meninggalkan rangga kecil dirumah untuk menjaga adiknya. Anak perempuan kecil itu makan kue, biasanya rangga kecil memberikan banyak kue didepan adiknya dan tidak ada masalah, tapi kebetulan di hari itu, ada makanan yang menyangkut di tenggorokannya, rangga kecil tidak tau harus berbuat apa, ditambah lagi pintunya di kunci dari luar sudah tentu tidak bisa dibuka. Dia berteriak minta tolong, tapi tidak ada yang mendengarnya, ketika titin kembali dari berbelanja, bocah perempuan itu sudah wassalam" ucap bu kiki panjang lebar.

Lian yang mendengar ibunya bercerita tidak kuasa mendengarnya.

"Dari mana ibu bisa tau hal ini" ucap lian bertanya.

"Aku tau dari budhemu, melik yang tinggal ditulungagung, mereka dulu tinggal di sana. Titin pergi dari sana karena semua orang terus saja membicarakan nya, seandainya dia mengajak anaknya berbelanja semua tidak terjadi, sekalipun ditinggal pintunya tidak harus dikunci, sehingga bila terjadi apa-apa, rangga bisa meminta pertolongan dari tetangga dekat" tambah wanita itu.

"Itu sebuah kecelakaan, tidak ada yang mau semua itu terjadi" ucap lian.

1
Idar
Selamat Membaca
Idar
Selamat Membaca.
Idar
Selamat Membaca.
Ditunggu komentarnya.
Idar
Selamat Membaca.
Idar
Selamat Membaca
Idar
Selamat Membaca /Good/
Idar
Selamat Membaca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!