Jessica Adams harus mengalami hukuman selama enam tahun lamanya di dalam penjara karena dianggap lalai dalam mengemudi mobil, hingga menyebabkan seorang model bernama Natasha Linzky meninggal dunia.
Kekasih Natasha, Axel Ray Smith, menaruh dendam luar biasa hingga memaksakan sebuah pernikahan dengannya yang saat itu dalam keadaan lumpuh. Siksaan tubuh dan jiwa menyebabkan Jessica akhirnya mengalami trauma dan depresi, bahkan Axel menceraikannya dan membuangnya begitu saja tanpa mempedulikannya.
Namun yang tidak diketahui oleh Axel adalah bahwa ia telah menitipkan benihnya pada seorang wanita yang ia anggap sebagai musuhnya. Apakah masih ada benang merah yang mengikat keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IA PERGI
Dokter akhirnya mengijinkan Axel untuk pulang, meskipun ia belum memeriksa secara keseluruhan. Secara umum, Axel di-diagnosa kelelahan dan disarankan untuk beristirahat untuk sementara waktu.
“Kamu tinggal bersama Mommy dulu, okay. Mommy akan menjagamu,” kata Gia.
“No, Mom. Terima kasih. Aku berjanji akan beristirahat. Mungkin aku akan memilih berlibur dulu. Bisakah Mommy membantuku bicara dengan Daddy untuk mengambil alih kepemimpinan Perusahaan Smith?” tanya Axel..
“Baiklah, mommy akan bicara dengan daddy. Tapi berjanjilah akan menjaga kesehatanmu,” kata Gia.
“Thank you Mom.”
**
Axel kembali ke apartemennya. Ia meminta pada Win untuk menemani Dad Lexy untuk mengurus Perusahaan Smith, sementara ia sendiri akan beristirahat dan berlibur.
“Selamat siang, Tuan,” sapa Ruth, asisten rumah tangga yang dipekerjakan oleh Axel.
“Selamat siang, Aunty. Apa Aunty sudah selesai?”
“Sudah, Tuan. Semua sudah saya bersihkan,” jawab Ruth.
“Kalau begitu pulanglah, aku akan beristirahat.”
“Baik, Tuan.”
Ruth pun mengambil tas kantong miliknya dan meninggalkan apartemen Axel. Axel masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri. Namun, ia tidak beristirahat. Ia masuk ke dalam wardrobe dan mulai merapikan pakaiannya ke dalam koper.
Axel membuka ponselnya dan memesan tiket secara online. Ia akan pergi menggunakan pesawat komersil. Setelah selesai merapikan semuanya, Axel pergi ke dapur dan membuat makanan untuknya sendiri.
Ia memesan sebuah taksi online setelah makan, untuk membawanya ke bandara. Axel tak banyak bicara, ia melakukan semuanya dengan cepat, bahkan tanpa sepengetahuan keluarganya ataupun Win.
**
“Grandma!” teriak Vanilla ketika Jimmy selesai melakukan panggilan video dengan Tuan Lexy. Vanilla yang melihat wajah Grandpa-nya di layar, langsung berteriak memanggil Gia.
“Vanilla mau bicara dengan Grandma?” tanya Lexy.
“Aku mau Grandma datang ke sini. Jangan lupa bawa mainan,” jawab Vanilla dengan pipi menggembung.
“Sebentar Grandpa panggilkan Grandma.”
Lexy mengubah tampilan layar tadi yang mengarah pada dirinya, menjadi kamera belakang yang menampakkan kediamannya. Lexy mengarah ke ruang keluarga di mana Gia sedang duduk sambil memainkan ponselnya.
“Uncle Ax!” teriak Vanilla ketika ponsel Lexy mengarah beberapa detik pada sebuah foto keluarga Smith.
“Uncle Ax?” tanya Gia pada Vanilla. Ia telah mengganti tampilan layar kembali ke kamera depan.
“Uncle Ax?” Kini justru Gia yang bertanya pada Vanilla yang ada di layar ponselnya. Lexy yang ikut mendengarnya pun akhirnya tak jadi kembali ke ruang kerjanya. Ia memilih duduk di samping Gia.
“Aku akan menceritakannya pada anda nanti Tuan, Nyonya,” kata Jimmy yang tahu atasannya itu pasti bertanya-tanya.
Jimmy kembali memberikan ponselnya pada Vanilla. Gadis kecil itu tampak terlihat tersenyum saat melihat Lexy dan Gia. Namun, sebuah permintaan kembali membuat keduanya tertegun.
“Grandma, bolehkah Vanilla lihat foto Uncle Ax lagi? Apa Uncle tinggal dengan Grandma?” tanya Vanilla.
Gia yang penasaran pun ingin memastikan siapa Uncle Ax yang dimaksud oleh Vanilla pun kembali mengubah kamera depan ke kamera belakang.
“Ini foto Grandma dan Grandpa, lalu …,” belum selesai Gia berbicara, Vanilla kembali berteriak.
“Uncle Ax! Uncle Jim, lihat itu Uncle Ax. Aku ingin bertemu Uncle. Grandma, apa Grandma tahu alamat Uncle Ax?”
Benar-benar terjawab rasa penasaran di salam pikiran Jimmy ketika Uncle Ax yang dimaksud oleh Vanilla adalah benar-benar Axel. Saat ia berbicara dengan Jessica, ia masih sedikit ragu karena nama Axel tak hanya satu, jadi mungkin saja Axel yang dimaksud oleh Vanilla adalah Axel yang lain.
“Sayang, bisakah Grandma berbicara dengan Uncle Jim terlebih dulu? Vanilla bermain dengan Aunty Verlin dulu,” kata Gia.
“Okay, Grandma. Beritahu Uncle Jim alamat Uncle Ax ya, Grandma. Vanilla ingin bertemu,” kata Vanilla dengan suara menggemaskannya.
**
“Jim, katakan padaku, ada apa sebenarnya?” tanya Gia.
Jimmy berpindah ke kamar tidurnya dan kini di layar ponselnya tampak wajah Lexy dan Gia yang menunggu jawaban darinya.
Akhirnya Lexy kembali menceritakan apa yang ia ketahui dari Verlin. Hal itu membuat Lexy dan Gia tertegun tak percaya. Jarak yang cukup jauh dan lokasi tempat tinggal Jessica yang berada di pinggir kota, tetap bisa mempertemukan Axel dengan Vanilla, putrinya.
“Sepertinya kita tak bisa menyimpan ini lebih lama lagi,” ujar Lexy.
“Tapi Tuan Axel pasti belum mengetahui bahwa Vanilla adalah putrinya, Tuan. Ia hanya membantu Vanilla saat itu dan hanya mengenal Verlin.”
“Aku akan mengawasi Axel,” kata Lexy.
“Apa Tuan Axel ada di London?” tanya Jimmy.
“Ya, ia baru saja keluar dari rumah sakit. Dokter berkata bahwa ia mengalami kelelahan. Saat ini ia berada di apartemennya dan berencana akan pergi berlibur, tapi belum tahu kapan,” jawab Gia.
“Apa ada yang menemaninya, Nyonya?” tanya Jimmy. Meskipun saat ini ia tak bekerja untuk Axel, tapi ia masih saja kuatir dengan mantan atasannya itu. Jimmy sangat mengenal Axel. Ia adalah atasan yang sangat baik, terlepas dari dendam yang melekat di hatinya itu.
“Tidak. Ia ingin sendiri dan menikmati suasana yang tenang.”
“Sebaiknya anda memeriksanya, Tuan,” pinta Jimmy.
“Memangnya kenapa, Jim?”
“Aku tidak tahu, tapi perasaanku mengatakan bahwa ada sesuatu dengannya.”
Lexy akhirnya menghubungi salah satu orang kepercayaannya. Ia memintanya untuk memeriksa keadaan Axel di apartemen.
“Baiklah, Jim. Aku akan menunggu kabar terlebih dahulu. Oya, apa Jessica baik?” tanya Lexy.
“Ia baik-baik saja, Tuan. Namun sepertinya paikologisnya yang masih tidak baik-baik saja. Dokter Fla mengatakan bahwa ada sesuatu yang masih mengganjal di dalam diri Jessica, hingga membuatnya pingsan.”
“Kami akan ke sana, Jim. Aku akan menitipkan Perusahaan Smith pada Win dan meminta Ansel mengawasi Axel. Bukankah kamu juga akan menyiapkan pernikahanmu dengan Verlin?”
“Ya, Tuan. Aku sudah sempat menemui kedua orang tuanya saat aku pulang ke London. Hanya saja, kedua orang tuanya meminta Verlin juga pulang untuk menemui mereka.”
“Pulanglah ke sini dan ajak Verlin. Kami berdua yang akan menemani Jessica dan Vanilla,” kata Axel.
“Tapi, Tuan …”
“Jangan menunda terlalu lama, Jim. Jessica pasti tak akan suka jika kamu berbuat seperti itu,” kata Lexy yang baru beberapa tahun mengenal Jessica, tapi begitu mengenal kepribadian Jessica.
“Baik, Tuan. Aku akan menunggu kedatangan anda. Setelah itu aku akan membawa Verlin kembali ke London,” kata Jimmy.
**
Ron, orang kepercayaan Lexy, mendatangi apartemen Axel setelah mendapat perintah langsung dari atasannya itu. Ia menekan bel di unit apartemen Axel, tapi tak dibukakan sama sekali.
Hal itu membuat Ron langsung masuk ke dalam dengan Password yang sudah ia ketahui. Ia mendapati apartemen Axel tampak sepi dan hanya ada sisa alat masak yang masih ada di dalam sink.
Ron juga memeriksa ke kamar tidur Axel dan tetap tak mendapati putra atasannya itu. Ron langsung pergi ke bagian keamanan apartemen dan meminta mereka membuka rekaman CCTV.
Ron mengambil ponselnya dan melaporkan pada Lexy, “Tuan Axel tida ada di apartemen. Ia pergi membawa sebuah koper.”
terimakasih ya kak, 👍👍👍👍👍😍😍😍😍
kalo mau nggak enak. mending skip wae... terus ngorok atw ngrumpi...
kasian othor, nggak gampang lho🤭