Gandari adalah gadis desa yang menjadi sebatangkara karena ibunya telah meninggal dunia, namun ia dinikahkan dengan Prama~ seorang anak juragan tanah didesa Waringin. padahal keduanya masih sangat muda pada saat itu..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon reni ambar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amarah Bagja
Keesokan harinya..
Bagja benar benar pergi ke kota atas permintaan Gandari. Padahal hari masih pagi, bahkan cuacanya begitu dingin menusuk kulit, begitupun jalanan yang begitu licin dan becek karena hujan semalam. Tapi Bagja benar benar pergi untuk memenuhi keinginan sang majikan, mungkin dalam hatinya cukup ragu dan terus bertanya "Kemana ia harus pergi?" tapi setiap pertanyaan itu muncul, hatinya selalu menunjukkan arah entah ia harus lurus ataupun belok ke kiri ataupun ke kanan, Gandari benar benar menunjukkan arah untuk Bagja agar tak kesulitan mencari Prama..
Sementara Gandari masih berdiam diri dikamarnya menatap nanar keluar jendela. Tentu banyak sekali yang ia fikirkan akhir akhir ini.. Terlebih, rumor terus menyebar tak karuan
namun tiba tiba *tok.. tok..* suara pintu kamar diketuk, lalu terbukalah pintu itu menampilkan Lastri yang kini masuk kedalam kamar Gandari sembari membawakan sebuah nampan berisi sarapan untuk Gandari
"Ambu.." Seru Gandari melihat mertuanya yang kini memakai kebaya berwarna hitam itu
"Neng.. Sarapan dulu atuh! tong nganteup beteung!! (jangan membiarkan perut!!)" titah Lastri sembari menyimpan nampan berisikan sarapan itu dihadapan Gandari
Gandari pun tersenyum menatap ibu mertuanya dengan lembut
"Kenapa repot repot, Ambu? saya kan bisa ambil sendiri nanti!!" ucap Gandari merasa tak enak
Lastri pun menghela nafas panjang dan mengusap pucuk kepala menantunya itu dengan lembut
"Neng.. Ambu teh tau perasaan kamu!! Terlebih rumor yang menyebar, Ambu yakin kamu juga pasti sudah mendengarnya, kan? Makanya Ambu segera kesini untuk memastikan keadaan kamu, ternyata benar kamu masih berada dikamarmu!!" ujar Lastri penuh perhatian
Gandari pun tersenyum dan menggenggam erat tangan hangat Lastri
"Terimakasih, Ambu.. Karena telah menghawatirkan saya!!" ucapnya sembari memeluk tubuh Lastri dengan mata yang sudah berkaca kaca. Tanpa sadar, Lastri pun ikut bersedih merasakan penderitaan yang dialami oleh Gandari
"Neng.. Hiks.. Tolong maafkan putra Ambu, ya.. Hiks.. Dia teh jahat sekali membiarkanmu disini tanpa kabar sedikitpun! awas saja kalau dia datang, Ambu akan gebug dia pake sapu! Seenaknya menyakiti anak perempuan ambu yang cantik ini!!" lirih Lastri merasa sedih
"Saya tak apa, Ambu.. Mungkin kang Prama sibuk dikota, Jadi tidak sempat memberikan kabar pada saya!!" ujar Gandari menenangkan Lastri
"halaaah.. Sesibuk sibuknya pun seorang suami, tetap saja tidak boleh membiarkan istrinya menunggu dan menghawatirkannya sendirian!! Gak tau deh gimana pemikiran si Prama itu.. Keterlaluan!!" hardik Lastri merasa kesal
Gandari pun tersenyum haru, ia bisa merasakan bagaimana kasih sayang seorang ibu dari Lastri.. Sebab dulu Nyai Darsih begitu dingin padanya hingga Gandari merasa tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu dari Nyai Darsih.. Bahkan bapaknya pun tak tau siapa, dari kecil Gandari sudah hidup tanpa seorang bapak!!
****
Sementara itu dikota, Prama sedang berlibur bersama Felicya disebuah pantai. Bahkan mereka tampak mesra dengan tangan yang saling menggenggam. Prama benar benar lupa akan segalanya, ia begitu dimabuk cinta sampai lupa pada istrinya sendiri. Bahkan kedua pasangan sejoli ini seperti perangko yang sulit untuk dipisahkan, sebab mereka menempel terus.
Namun, walau begitu..
Felicya begitu ragu akan perasaan Prama yang sebenarnya padanya. Sebab Prama tidak pernah mengungkapkan rasa cinta ataupun rasa sukanya pada Felicya.. Padahal Felicya berniat mengenalkannya pada orang tuanya di luar kota, tapi jika tanpa kepastian begini tentu membuatnya bingung..
Hingga akhirnya ia bertekad menanyakannya hari ini juga pada Prama..
"Uhm.. Pram!!" seru Felicya ragu
Prama pun berbalik kearah Felicya dan tersenyum pada gadis itu
"Ya, Fel? Ada apa?" tanya Prama penasaran
Felicya pun salah tingkah dan malah berdebar tak karuan dengan wajahnya yang memerah
"Ugh.. I-itu.."
"Iya.. Itu tuh apa, Fel? Bicara yang jelas!" tutur Prama bingung dan mendekat kearah Felicya
Namun tanpa sadar Felicya malah "Cuppp" gadis itu menc*um bibir Prama sekali
"A-aku menyukaimu, Pram!!" ungkapnya gugup
Prama tentu merasakan hal yang sama, jantungnya berdebar tak karuan mendapatkan sebuah ungkapan perasaan dari Felicya. Ia pun berniat menc*um kembali bibir merah Felicya, tapi tiba tiba
"Ekhem!!" suara seseorang berdehem dibelakang mereka
Sontak keduanya pun menoleh pada orang yang berdehem itu.. Tapi alangkah kagetnya Prama melihat orang yang tadi berdehem itu adalah Bagja.. Ya, Bagja sampai pada Prama atas petunjuk Gandari didalam hatinya, namun yang Bagja saksikan ini benar benar membuatnya tak habis pikir hingga ia menghentikan aktivitas kedua sejoli itu sebelum semuanya semakin jauh..
"Bagja!!" pekik Prama kaget
"Ba-bagja? Bagja siapa?" tanya Felicya keheranan menatap Bagja yang berpakaian kuno baginya. Sebab dikota tentu semuanya sudah modern, tapi melihat Bagja yang masih memakai pangsi hitam dan ikat kepala batik sungguh membuat Felicya kaget sekaligus heran
"Ke-kenapa kamu kemari, Ja? La-lalu dengan siapa kau kemari?" tanya Prama kaget dan melihat ke sekeliling Bagja takut Bagja datang bersama Gandari, bahkan Prama sampai lupa ada Felicya disisinya
Bagja hanya tersenyum kecut melihat reaksi Prama, ia lalu menatap tajam pada Prama
"Tentu saja aku sendiri, Pram! Kau pikir aku datang bersama siapa?" tutur Bagja sembari menatap jengkel pada Felicya, tentu Felicya merasa risih dengan tatapan Bagja
"Pram.. Dia siapa? Kita kan lagi liburan bareng!!" tanya Felicya yang mulai bete karena diacuhkan oleh Prama
"Eh?" Prama tentu malah salah tingkah dan malah menatap Bagja
"Ba-bagja.. Ini bukan seperti yang kau lihat kok.. Kau percaya padaku, kan?" ujar Prama panik sendiri
Lagi lagi Bagja hanya bisa tersenyum kecut dengan raut wajahnya yang dingin
"Cepat suruh gadis itu pulang dan bicara denganku!" titah Bagja tegas. Bagja memang ditugaskan untuk menjaga dan menemani Prama si tuan muda kemanapun dan dimanapun. hingga akhirnya Braga dipaksa latihan bela diri agar bisa melindungi Prama suatu hari nanti, tapi tak ada yang tau tentunya.. Jika Prama agak takut pada Bagja karena sewaktu waktu tentu akan balik menyerangnya
Prama pun menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Lalu menatap ragu pada Felicya
"Fel.. Ma-maaf, sepertinya liburannya cukup sampai disini saja, ya? Saudaraku datang dari desa dan ada hal yang penting yang harus dikatakan. Aku mohon pengertianmu, ya?" ujar Prama dengan tatapan ragu, ia tau Felicya akan kecewa mengingat selama ini gadis itu sangat excited menunggu hari ini tiba
Felicya pun dengan berat hati harus menyetujui permintaan Prama, ia pun tersenyum yang dipaksakan agar Prama tak hawatir
"Yasudah.. Next time kan bisa lagi.. Tapi kamu bakal nganterin aku pulang dulu, kan?" tanya Felicya memastikan. Sebab lokasi pantai sangat jauh dari rumahnya, membutuhkan waktu beberapa jam
Prama pun menoleh pada Bagja seraya meminta izin, tapi Braga dengan tegas langsung menatap nyalang pada Felicya
"Maaf, tapi saya tidak bisa mengulur waktu dengan Prama!! Anda bukan anak kecil, pulanglah sendiri.. Anda harus tau kalau.."
Prama dengan cepat langsung membungkam mulut Bagja agar tidak mengatakan hal yang lain, ia langsung menyela ucapan Bagja
"Fel.. Aku pesenin taxi online ya? Ini agak mendesak jadi aku gak bisa nganterin kamu dulu.. Maaf!!" ucap Prama merasa tak enak
Felicya pun akhirnya hanya bisa menghela nafas kasar dan menatap jengkel pada Prama
"haaaah.. Yaudah deh!! Thanks buat hari ini walau cuma sebentar!! bye!"
Setelah mengucapkan itu, Felicya langsung pergi begitu saja meninggalkan Prama dan Bagja
Bagja tentu tak menyia-nyiakan hal itu, ia langsung mendorong tubuh Prama dan berniat memukulnya
"S*alan!! Apa yang kau lakukan sebenarnya, Prama? Berani beraninya kau seperti itu dengan wanita lain? Hahh!!" bentak Bagja kesal