Pencarian nya untuk mendapatkan wanita idaman yang bisa menerima diri dan anak-anak nya, melalui proses panjang. Tidak heran hambatan dan ujian harus ia hadapi. Termasuk persaingan diantara wanita-wanita yang mengejar dirinya karena dia termasuk pria yang mapan, tampan dan punya banyak aset yang berharga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
"Apa? Kenapa secepat ini bang Fauzan memutuskan untuk menikah dengan kamu, Erlina? Sebenarnya apa yang sudah kalian lakukan. Em maksud aku, apa yang sudah bang Fauzan lakukan terhadap kamu? Kamu disatroni oleh bang Fauzan tadi malam karena bang Fauzan kesepian?" ucap Sabrina panjang lebar.
"Hus Sabrina! Kamu bicara apa sih! Bang Fauzan pria yang baik-baik. Dia tidak modus dan nakal seperti laki-laki lain. Bahkan akulah yang sudah licik dan membohongi bang Fauzan," terang Erlina. Mata Sabrina menyipit. Dia masih belum paham dengan apa yang dijelaskan oleh Erlina.
"Tadi malam, aku pura-pura tidur dan mengingau berpindah kamar ke kamar bang Fauzan. Kamu tahu? Bahkan aku sedang tidak mengenakan bra. Lalu aku Pura-pura memeluk bang Fauzan seolah-olah dia adalah mamakku, hahaha!" cerita Erlina tanpa ada rasa malu menceritakan nya pada Sabrina.
"Astaghfirullah, Erlina! Kamu benar-benar nekat banget. Kamu bahkan tidak takut jika bang Fauzan tergoda imannya. Lalu memperkosa kamu," ucap Sabrina asal.
"Dengan senang hati aku akan pasrah jika bang Fauzan melakukan itu," kata Erlina. Sabrina langsung menjitak kepala Erlina supaya otaknya kembali waras.
"Aww sakit tahu Sabrina!" teriak Erlina sambil mengelus kepalanya yang tadi di jitak oleh Sabrina.
"Oh iya Sabrina! Dalam hal ini akulah yang menang. Kata bang Fauzan, dia akan menikah dengan ku," ucap Erlina.
"Oke, oke aku mengucapkan selamat pada kamu, Erlina! Kamu lah pemenangnya sekarang," kata Sabrina seraya meninggalkan Erlina sambil menggendong Hamzah.
🦋🦋🦋🦋🦋
“Boleh saya mencium pak Fauzan?" ucap Vievie dengan mulut yang sedikit membuka. Fauzan menelan saliva, hingga kecupan lembut mendarat di bibirnya yang tebal. Fauzan benar-benar tersudut. Serta merta Vievie sangat nekat melakukan itu. Mencium bos nya yang sudah sangat lama tidak merasakan ciuman hangat dari seorang wanita setelah meninggal istrinya.
“Vievie?” ucap pelan Fauzan. Dia terlihat tidak mampu menolak tapi Fauzan sangat takut dengan semua godaan itu. Namun Vievie dengan berani mengecup bibir yang basah itu. Sukses membuat mata Fauzan membulat dengan sempurna. Bahkan mereka mengikis jarak dan begitu dekat. Fauzan berusaha mundur ke belakang. Namun dirinya sudah mepet di dinding ruangan itu. Vievie benar-benar nekat membuat Fauzan tidak bisa berkutik. Fauzan menarik nafasnya dalam-dalam, mencoba menahan segala hasrat yang mulai memberontak. Keduanya mendongak ke atas supaya tidak melihat bagian belahan yang membuat jiwa laki-laki meronta.
"Tolong, Vievie! Kemarin itu kita hanya bersandiwara saja. Tidak benar-benar serius. Jadi, jangan seperti ini Vievie," ucap Fauzan dengan suara yang sudah serak.
Vievie tersenyum seringai. Dia sudah terlanjur basah ingin menggoda direktur utama di perusahaan itu. Kembali Fauzan berusaha menghindar dari Vievie, tapi Vievie pantang menyerah. Sampai akhirnya Fauzan telah habis kesabaran, mendorong Vievie hingga jatuh ke lantai. Hal itu tentu membuat Vievie sangat terkejut bukan main. Dirinya tentu saja tidak pernah menduga jika harus menerima penolakan dari direktur utama yang berstatus duda itu. Bukankah di mana saja seorang direktur utama selalu mudah dirayu dengan sekretaris nya. Apalagi Vievie sangat cantik dan berisi. Bagi seorang pria manapun, sangat sulit menolak pesona dan godaan Vievie. Namun berbeda dengan Fauzan. Dia kembali pada prinsipnya. Dia tidak ingin melakukan hubungan dengan lawan jenis sebelum menikah dan halal.
"Pak Fauzan!" gumam Vievie dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Dengan tergesa-gesa Vievie bangkit lalu berlari keluar dari ruangan direktur utama nya. Sedangkan Fauzan sendiri hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam lalu menarik rambutnya dengan kesal.
"Astaghfirullah! Kenapa jadi seperti ini sih? Aku telah jahat dengan Vievie! Ya Tuhanku! Siapa sebenarnya yang aku inginkan? Siapa yang sebenarnya aku sukai dan aku pilih untuk menjadi istriku dan ibu sambung bagi anak-anak ku," gumam Fauzan.
Fauzan terlihat bingung. Pada akhirnya dia lebih memilih mengejar Vievie karena sudah menolaknya dan bahkan mendorong nya hingga jatuh terjerembab.
"Vievie! Tunggu!" teriak Fauzan. Disaat itulah beberapa karyawan nya atau bawahannya melihat pak Fauzan dengan tatapan bingung dan tanda tanya.
🦋🦋🦋🦋🦋
"Maafkan aku, Vie! Aku tidak bermaksud menolak kamu! Tapi... " ucap Fauzan.
"Tapi apa, pak? Bapak jelas-jelas sudah menolak saya. Bapak tidak menyukai saya," sahut Fauzan.
"Aku menyukai kamu, Vie! Tapi, aku juga menyukai wanita lain," kata Fauzan. Ucapan Fauzan itu membuat Vievie melebar bola matanya dengan sempurna.
⭐⭐⭐⭐⭐
"Maafkan aku, Vie! Aku tidak bermaksud menolak kamu! Tapi... " ucap Fauzan.
"Tapi apa, pak? Bapak jelas-jelas sudah menolak saya. Bapak tidak menyukai saya," sahut Fauzan.
"Aku menyukai kamu, Vie! Tapi, aku juga menyukai wanita lain," kata Fauzan. Ucapan Fauzan itu membuat Vievie melebar bola matanya dengan sempurna.
"Apa?" gumam Vievie.
⭐⭐⭐⭐⭐
"Beri aku waktu tiga hari, Erlina! Aku ingin istikharah dulu, minta yang terbaik padaNya. Karena baik menurutku belum tentu baik menurutNya. Pun sebaliknya. Selain itu, aku juga butuh pendapat mamak ku, jika aku akan kembali menikah lagi setelah kematian istriku," ucap Fauzan.
Padahal saat itu jelas-jelas Fauzan sudah mengatakan pada Erlina bahwasanya Fauzan akan menikahi dirinya. Tapi kenapa berubah pikiran dan menjadi ragu. Apakah bang Fauzan masih belum yakin jika harus menikah dengan Erlina? Erlina mencoba merenungi ucapan Fauzan.
Mata Erlina berkaca-kaca menatap Fauzan. Beberapa hari ini Erlina sudah menceritakan pada Sabrina dengan penuh keyakinan. Ditambah orang-orang yang bekerja di rumah itupun telah mengetahui dengan rencana majikannya yang akan menikahi salah satu pengasuh anaknya.
Erlina sengaja melengos, tidak ingin menunjukkan keterkejutan dan kecewanya ini di hadapan Fauzan. Meskipun Erlina sebenarnya sangat sedih dan kecewa.
"Maaf, Erlina! Maafkan aku! Aku perlu waktu untuk memutuskan semuanya. Dan soal kejadian aku memeluk kamu di kamar kamu, aku pikir itu bukan maksud aku seperti itu. Atau aku ingin melecehkan kamu. Saat itu di jam malam, kamu tiba-tiba datang ke kamarku. Lalu kamu memelukku dan mengatakan kamu kangen mamak kamu. Kamu pikir, aku adalah mamak kamu. Itu cerita yang sebenarnya," ucap Fauzan.
Erlina tentu jelas tahu kejadian saat itu. Karena semua nya adalah rencana Erlina dengan segala akalnya untuk mendekati majikannya yang berstatus duda itu.
Wajah Fauzan terlihat sedih karena Erlina tak memberikan tanggapan dari peristiwa yang sebenarnya. Bahkan biasanya Erlina suka protes. Namun sekarang, Erlina hanya diam saja dan tidak perduli dengan apa yang dikatakan Fauzan. Sampai akhirnya Erlina masuk kamar dan membenamkan wajah nya di bantal. Erlina ingin menjerit meluapkan rasa sedih dan kecewa nya.
"Kenapa bang Fauzan jadi berubah pikiran? Sebenarnya siapa lagi yang membuat bang Fauzan menjadi bimbang? Sabrina kah? Atau mbak Vievie?" gumam Erlina.
⭐⭐⭐⭐⭐
Saat ini Fauzan duduk di kursi taman. Ada secangkir kopi dan pisang goreng di atas meja taman itu. Tidak jauh dari tempat duduknya, Sabrina sedang menggendong Hamzah, putri kecilnya. Hamzah, anak Fauzan yang ke tujuh. Selain Hamzah, ada juga Alif dan Bana ikut bermain di taman itu. Fauzan memperhatikan pengasuh nya itu seraya menatapnya tak berkedip.
"Sabrina begitu keibuan sekali. Dia sudah sangat dekat dengan anak-anak ku. Memang dari awal melihat Sabrina pengasuh anak-anak ku ini, aku sudah tertarik dengan nya. Tapi karena Erlina lebih sering mendekati aku, aku menjadi kurang memperhatikan Sabrina. Padahal aku begitu tertarik juga dengan Sabrina. Jujur ada getaran aneh saat bersama dengan Sabrina. Apalagi saat itu Sabrina banyak curhat dan cerita padaku, tentang kegagalan nya menikah dengan kekasihnya. Dan kekasihnya mengejar cita-cita nya," gumam Fauzan sambil terus memperhatikan Sabrina yang bermain dengan ketiga anak nya. Sisa anaknya ada di dalam rumah bermain game dan ada yang masih tidur.
Tiba-tiba saja Sabrina menoleh ke arah Fauzan. Tentu saja dirinya merasa sejak tadi dilihat oleh Fauzan. Fauzan melambaikan tangannya seraya tersenyum lebar saat Sabrina menoleh ke arahnya.
"Astaga bang Fauzan sejak tadi duduk di sana yah!" pikir Sabrina yang tiba-tiba menjadi salah tingkah karena Fauzan masih terus menerus menatap ke arah Sabrina bersama ketiga anaknya Hamzah, Alif dan Bana.
"Hihi Sabrina ternyata anaknya sangat pemalu rupanya," gumam Fauzan sambil tersenyum saja mendapati pengasuh nya jadi kider karena dia pandangi terus menerus.
"Bang Fauzan bukan memperhatikan kamu, Sabrina! Dia hanya peduli pada ketiga putra nya yang sedang bermain di sini. Bukankah bang Fauzan sudah memutuskan hendak menikahi Erlina? Bukan aku," batin Sabrina. Sabrina akhirnya memutuskan masuk ke dalam rumah nya sambil menggendong Hamzah dan meninggalkan Alif dan Bana yang sedang bermain melemparkan bola basket di halaman rumah itu.
"Dia masuk!" gumam Fauzan dengan kecewa.