Zafa tidak pernah menyangka, hidupnya yang mulai tertata harus direcoki oleh seorang gadis tengil yang tiba-tiba muncul dalam hidupnya.
"Jangan panggil aku, Star jika aku tidak bisa mendapatkannya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Jodoh?
"Aku mendengarkanmu, tapi mataku tidak bisa beralih dari wajah tampanmu. Maukah kau menjadi kekasihku?" tanya Star to the poin. Star memang tipikal orang yang tidak suka berbasa-basi.
"Apa kau sedang mengerjaiku?" tanya Zafa kesal. Bisa-bisanya gadis itu mengatakan hal seperti ini.
"Tidak. Aku serius. Pagi tadi saat aku melihatmu, jantungku langsung berdebar kencang. Aku belum pernah merasakan hal ini pada pria manapun. Kau pria pertama yang membuatku merasakan hal ini."
Zafa menatap tajam ke arah Star, tapi gadis itu justru seolah menantang dirinya. Star menyedot es coklatnya sembari membalas tatapan Zafa.
"Kau hanya membuang waktuku, Nona."
"Panggil aku Star. Bukankah aku mahasiswimu," kata Star mengerlingkan matanya. Zafa merasa semakin jengan dengan sikap Star. Dia langsung berdiri dari bangkunya dan pergi meninggalkan Star. Star tersenyum.
"Jangan panggil aku Star jika aku tidak bisa mendapatkanmu," gumam Star.
Star membereskan semua barang-barangnya. Dia akan pulang ke apartemennya malam ini. Star mengembalikan kotak obat ke dalam cafe sekaligus akan membayar pesanannya.
"Aku ingin membayar pesanan di meja sana." Star menunjuk tempatnya duduk tadi.
"Anda tidak perlu membayar, Nona. Tuan Zafa adalah pemilik cafe ini. Jadi anda tidak perlu membayarnya karena dia yang pesan," kata Eric.
"Tidak, aku tetap harus membayar. Bisnis adalah bisnis jangan dicampurkan dengan urusan pribadiku dengannya." Star mengambil lembar uang dan memberikannya pada Eric.
"Oh ya, terima kasih untuk kotak obat ini."
"Anda harus berterima kasih pada tuan Zafa."
"Dia tidak menyukaiku," kata Star memasang wajah pura-pura bersedih.
"Saya yakin suatu saat tuan Zafa akan menyukai anda, Nona. Anda orang yang baik," ujar Eric membesarkan hati Star.
Dalam hati Star tersenyum. 'Apa aku harus menjebaknya seperti di film-film itu?'
"Terima kasih, Eric." Star sekilas membaca name tag Eric. "Aku akan sering-sering kemari. Ku harap kau tidak bosan melihatku."
Star pergi dari cafe itu. Dia kembali menaiki kuda besinya. Sedangkan Zafa, setelah dari cafe dia mampir ke supermarket karena ingin membeli keperluan untuk apartemen barunya.
Zafa belum sempat mengisi kulkas karena kemarin harus langsung mengajar dan mengurus keuangan cafe. Selepas dari supermarket, Zafa langsung ke apartemen.
Star tak tahu jika saat ini dia sudah di tunggu oleh Larry dan Lucresia. Lucresia tak terima jika harus di usir dari mansion. Dia terus memprovokasi Larry agar memberi pelajaran pada Star.
Star memarkirkan motornya di tempat biasanya. Saat dia merapikan rambutnya. Ada mobil berhenti di samping motornya. Namun, Star tak melihatnya. Zafa menghela napasnya panjang saat melihat Star di sana. Dia pikir Star adalah stalkernya.
"Kau mengikutiku?" tanya Zafa sesaat setelah dia turun dari mobil.
Star menoleh dan tersenyum. "Apa kau percaya takdir, Prof? Ku rasa kau adalah jodohku. Aku menyewa unit di sini."
Zafa kembali menarik napas. Dari sekian banyak apartemen di Toronto kenapa harus satu apartemen dengan gadis ini. Zafa memilih untuk tidak mempedulikan Star. Dia masuk ke dalam lift. Star pun mengejarnya.
"Bagaimana jika kau menerima tawaranku tadi, Prof?"
"Diamlah. Aku tidak suka wanita yang banyak bicara."
Star diam. Bibirnya mengukir senyum menyebalkan. Gadis itu terang-terangan menghadap ke arah Zafa.
"Aku jamin kau tidak akan menyesal menjadikan aku kekasihmu," lanjut Star. Zafa hanya diam dan tak menggubrisnya.
...****************...