Tragedi Ranjang Kakak Tiri

Sesampainya di Airoo Company Ares menghempaskan tubuhnya pada kursi kerja seraya melonggarkan dasi yang dikenakan, Ben yang datang untuk mengambil berkas menyadari mood Ares.

"Kenapa lagi?."

"Apa kau bisa membaca hati seorang wanita?." Sergah Ares. "Aku tak bisa menahan diri saat bersamanya dia juga kini menjaga batasan, namun ada satu moment dimana dia juga seolah menggodaku Ben!."

"Walaupun seperti itu kurasa Nao juga tidak mungkin tak menyukaimu sama sekali, apalagi kalian juga pernah terlibat skandal." Balas Ben. "Seperti katamu tidak ada wanita yang bisa menolak pesona Ares Leonardgo."

"Ada yang menolakku buktinya adik itik itu!."

Nao benar-benar membuat Ares hilang kendali.

Ben terdiam tak pernah melihat sahabatnya se-pusing ini memikirkan seorang wanita. "Sepertinya Nao tak tahu harus memposisikan diri bagaimana, melihat kalian juga bersaudara ya walaupun tak sedarah."

"Entahlah aku tak mau mendengarnya."

"Iya iya selamat bekerja bro, nanti jam 10 siang ada meeting di lantai 30." Lanjut Ben.

"Hmmm.."

.

Malam harinya

Nao yang berjalan menuju lantai utama untuk pulang seketika balik badan saat Ares lewat dengan Ben, Ares yang mengetahui itu hanya melirik sekilas dan berlalu pulang duluan.

Nao menghela nafas lega.

"Padahal kau ikut saja." Goda Anna.

"Gak, aku gak mau memperpanjang masalah An."

"Oke yaudah." Anna mengerti yang Nao inginkan.

"Besok hari libur dan sesuai janjimu kau nginap malam ini." Lanjut Nao pada sahabatnya.

"Tentu saja mari kita bersenang-senang."

Waktu yang tepat, Sarah dan Agam kemungkinan akan pulang sekitar jam 2 pagi untuk menghadiri kunjungan penting. Nao memilih sahabatnya itu untuk menemani.

Di perjalanan pulang mereka mampir untuk belanja, setelah puas lalu kembali melanjutkan perjalanan untuk pulang.

Penjaga rumah membuka gerbang mempersilahkan mobil Nao masuk, Nao dan Anna mengerutkan kening saat melihat ada beberapa mobil juga suara dentuman musik yang menggema.

"Non.." Sapa si bibi.

"Bi tampaknya di halaman samping ada party riuh sekali, apa kak Andrew ke sini?." Tanya Nao yang melihat orang-orang berpesta ria.

"Bukan non, tuan Ares yang mengadakan party ini."

Nao tertawa seolah tak percaya. "Ares? bukankah dia pria yang tak menyukai hal seperti itu?."

Si bibi hanya tersenyum saja.

Nao dan Anna berjalan ke halaman samping.

"Haha ini menyenangkan..." Lirih Anna mengajak Nao untuk ikut bergabung. "Lihat para pria tampan di sana ayo kita hampiri."

"Lakukan saja."

Anna pun berlalu untuk mengambil minuman, seorang wanita cantik hanya mengenakan bikini menghampiri Nao. "Hai pretty buka bajumu kita bersenang-senang."

"Aku menyusul." Jawab Nao.

"Okey." Wanita itu pun meloncat ke dalam kolam bersama kekasihnya berciuman panas.

Sambil menunggu Anna, Nao melihat sekeliling orang yang sedang berpesta ria hingga mata Nao membulat sempurna seolah tak percaya saat melihat Ares duduk telanjang dada dengan 5 wanita seksi di sekelilingnya menciumi tubuh kekar dan wajah tampan itu.

"What!???." Nao merasa dibohongi, ternyata dugaan Nao benar pria berkuasa dan tampan seperti Ares tidak mungkin tak banyak wanitanya.

Nao mengambil handphone lalu memotretnya, ia menggelengkan kepala melihat kakak tirinya itu.

Menyadari kehadiran Nao, Ares menyunggingkan senyum tipis seolah mengejeknya.

Nao membalas senyuman Ares sambil menunjukkan handphone dimana fotonya tersimpan. "Aman bersamaku." Nao pun berlalu pindah tempat saat Anna membawanya.

"Ck!." Decak Ares.

Nao sengaja duduk di kursi dekat pojok, sementara Anna ikut party karena tak sengaja bertemu temannya yang juga ada di sana.

Nao merasa malas entah kenapa dan memilih melihat-lihat foto Ares barusan untuk mengadu kepada Sarah. "Rasakan itu kau ternyata lebih nakal dari padaku."

Dengan satu tarikan, handphone Nao berhasil Ares rebut. "Mengambil foto diam-diam?."

"Kau tidak bisa menghapusnya karena sebagian dari itu sudah ku simpan di brangkas pribadi." Timpal Nao yang membuat Ares menatap tajam ke arahnya.

"Kau pernah melarang ku melakukan hal seperti itu maka sekarang aku melarang balik juga." Tegas Nao. "Atau foto ini sampai di tangan mama dan papa."

Ares tersenyum membuat Nao mengerutkan keningnya. "Apa ada yang lucu?."

Tubuh Nao mentok di dinding akan ulah Ares. "Alasanku kembali melakukan hal ini kau sendiri Nao!." Bisiknya seraya menarik pinggang ramping itu ke dalam dekapan.

"T-tunggu apa yang kau lakukan?." Ujar Nao saat merasa tak beres.

Tangan kekar Ares menyentuh paha mulus Nao semakin naik ke atas perlahan menyentuh sesuatu yang membuat tubuh Nao tegang bereaksi lebih.

"A-Ares kau!.."

"Lupakan status kita sebagai saudara tiri, kau yang menggagalkan ku bermain dengan para wanita maka kau sendiri yang menggantikan posisi mereka."