Bram, lelaki yang berperawakan tinggi besar, berwajah dingin, yang berprofesi sebagai penculik orang-orang yang akan memberi imbalan besar untuk tawanan orang yang diculiknya kali ini harus mengalah dengan perasaan cintanya.Ia jatuh cinta dan bergelora dengan tawanannya. Alih-alih menyakiti dan menjadikan tawanannya takut atas kesadisan. Dia malah jatuh cinta dan menodai tawanannya atas nama nafsunya. Ia mengulur waktu agar Belinda tetap jadi sandranya. walaupun harus mengembalikan uang imbalannya dan ancaman dari pembunuh bayaran ketiga, dia tidak peduli. malam itu dia menodai Belinda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CACASTAR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PELARIAN DALAM GAIRAH ASMARA
Bram, duduk di anjungan kapal. Nahkoda yang melajukan kapal. Agak kencang ia melajukan kapalnya kali ini, untungnya ombak tidak terlalu besar.
Tidak jauh beda dari semalam. Dia diperintahkan, melajukan kapal lebih cepat, dengan kecepatan knot yang agak tinggi. Ia tahu bosnya kali ini dalam bahaya, ia membawa kapal dengan kencang namun penuh kehati-hatian.
Beberapa kaki tangan Bram berjaga di beberapa titik kapal. Di atas anjungan kapal, Bram melihat ke langit-langit.
Dia melihat adakah bintang di sana, langit malam ini tidak ada bintang. Langit kelam hari ini, pertanda besok matahari akan menyengat terangnya.
Ia mengingat malam itu, malam penuh desahan, Ia bahkan mengerang karena kesenangan. Gadis ini, apakah tahu kalau sekarang aku sedang melarikannya.
Tidak sementara, tapi selamanya. Dia ingin menyelamatkan gadis ini dari perjodohan brengsek yang bakal menjadikannya korban pernikahan dengan lelaki brengsek itu.
Walaupun ia sama bejatnya karena sudah merenggut kehormatan gadis itu, tapi dia tidak brengsek. Dengan tidur dengan banyak perempuan. Dia tidak pernah menjadi pemangsa sanderanya.
Tawanannya banyak perempuan, tapi tidak pernah ditidurinya.
Baru Belinda yang dia tiduri, atas dasar suka dan karena nafsunya.
Belinda...
Ia ingin melindungi Belinda dari perjodohan karena hausnya kekuasaan orang tuanya, dan dinasti kekuasaan dan tahta dari presidennya.
Belinda, tahu kah dia, sekarang dia akan jauh dari orang tuanya.
Belinda yang cantik akan kehilangan masa indahnya menjadi anak orang kaya.
Belinda tentunya akan hidup berbeda nantinya bila hidup bersamanya.
Maukah ia hidup bersamanya.
waktu itu gadis itu dengan sedikit bercanda, mengatakan bahwa Bram adalah calon suaminya dan ia tidak takut pada Bram. Anak itu polos sekali.
Bram tersenyum, dia tidak menyangka, dia bisa tertarik bahkan jatuh cinta pada gadis lugu itu.
Ia tersenyum menggeleng-geleng,
Aku kira aku akan berakhir di tangan perempuan brengsek, ternyata aku ditakdirkan bersama gadis lugu yang dijaga Tuhan. Hahaaa, Thanks God, ini hadiah kecil yang indah.
Belinda adalah hadiah kecil yang indah di tanggal kelahirannya, yah lima hari lalu ia berulang tahun. Dia sudah mulai tua. Angka 32 bukanlah angka yang muda lagi.
Sudah banyak nyawa yang habis ditangannya.
Sudah banyak yang kehilangan keluarga akibat misinya.
Dia tidak tahu apakah God akan mengampuni dosanya.
Dia hanya memohon satu malam, dia memohon pada God agar dosanya tidak menjadi pemberat dosa bagi kedua orang tuanya yang sudah meninggal.
Dosanya mungkin tak terampuni, dia hanya berdoa orang tuanya di surga bisa bebas dari karma dosanya.
angin berembus sedikit tenang malam ini, ia tidak terlalu suka angin malam, ia takut meriang mendera badannya kali ini. Biasanya ia kuat, tapi pil penahan kantuk yang diminumnya selama lima hari ini, membuat badannya agak sakit. Ia kuat bergadang 5 hari ini.
Ia ingin berjaga juga, memastikan keadaan aman. Dia ingin Belinda aman.
Ia ingin Belinda, merasa nyaman, walaupun dalam pelarian, Belinda harus dijaganya dan dipenuhi kebutuhannya.
Nanti di kota tujuan akan dibelikannya pakaian agak tertutup, dia tidak mau Belinda memakai baju terbuka lagi. Pakaiannya, bisa membuat mata-mata nakal memperhatikannya.
Dia sekali pernah menangkap sekilas tatapan salah seorang kaki tangannya, Julio, memandang tanpa kedip pada Belinda.
Itu membuatnya marah. Ia pukul Julio yang kedapatan melihat keindahan tubuh Belinda. Ia tidak rela gadisnya dipandangi begitu.
Kini dia berasa Belinda adalah miliknya, dia merasa Belinda adalah gadisnya.
"Kak...kakak di sini?"
"Kak, aku kesepian sendiri di dalam dek kapal. Temani aku"
"Ada apa?"
"Bram menghembuskan asap rokoknya ke udara"
"Asap itu mengepul terbawa angin malam"
Hasratnya terbit lagi saat melihat Belinda dibalut baju model sabrina mini berwarna hitam ini. Badannya indah, mukanya cantik, dia benar-benar mendapat hadiah jackpot dari Tuhan.
"Kak, ayo ke bawah."
Bram mengikuti kemauan Belinda, ia memasuki dek kapal, di bagian kapal yang memang diperuntukkan menjadi kamar yang berukuran sedang.
Ada sebuah tempat tidur sedang di sampingnya ada meja kecil. Tempat seteko air dan sepiring apel disajikan. "Kak, ayo sini, temani aku tidur."
"Kamu mengantuk?"
"Tidak"
"Lalu"
"Aku mau seperti kemarin kak"
"Bram mengernyitkan keningnya"
"Iyaa Kak, waktu kakak menekan badanku, dan bagian bawah ini jadi berdarah."
"Bukannya sakit"
"Tidak kak, terasa enak"
"Aku mau lagi kak"
Setannnn....gadis ini tidak tahu apa yang dikatakannya.
"Kak ayo lakukan lagi"
Bram seperti dipancing untuk melakukan perbuatan menodainya kembali. Belinda seperti menggodanya. Naluri kejantanannya terusik. Bram langsung menyerbu tubuhnya. Menindihnya dan merasuki tubuhnya dengan tubuh Bram. Bram melucuti semua pakaiannya. Membuatnya menjadi polos seperti patung porselen. Bram membenamkan badan Belinda di bawah tubuhnya.
Bram seperti kerasukan. Ia menyetubuhi Belinda dengan ganas kali ini. Dia sangat kencang menyetubuhinya. Dia menggerakkan pinggulnya ke depan dan kebelakang, tangan kanannya meremas dada Belinda dan tangan kirinya memegangi pinggang Belinda.
Dan "agghhhh"
"Ahhh, ahhhhhh, aghhhhh"
"nikmat sekali rasanya"
Bram mencium lembut bibir Belinda.
"Terima kasih manis"
"Ini yang kedua kalinya, kak"
"hehee tidak ini yang ketiga"
Belinda tidak tahu sejak lima hari, pertama kali dia digagahi oleh Bram dan tertidur dalam kesakitannya, Bram mengulanginya lagi secara pelan. Hanya Bram yang menikmati karena Bram memberi Belinda obat tidur dan obat penghilang nyeri. Makanya Belinda tidak tahu saat itu sedang pengaruh obat tidur.
"Apakah benar, kak?"
"Iya, sayang."
Dan malam itu keduanya tertidur lelap, pulas, dan lapar dahaga keduanya terpuaskan.