"Kamu serius Jas? Kamu merestui mama pacaran sama Arjuna? Temen kamu?" tanya Cahaya tak percaya. Senyum lebar mengembang di bibirnya.
"Lo nggak bohong kan Jas? Lo beneran bolehin gue pacaran sama nyokap Lo kan?" tanya Arjuna. Meskipun merasa aneh, tapi dia juga cukup senang. Berharap jika Jasmine tidak mengecewakan mereka.
Jasmine melihat sorot kebahagiaan dari mamanya dan Arjuna. Hatinya terasa sesak, benci. Sulit baginya menerima kenyataan bahwa Mamanya bahagia bersama Arjuna.
*
*
*
Hmm, penasaran dengan kelanjutannya? baca sekarang, dijamin bakal suka deh:)))
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Balas Budi
Setelah pelayan pergi, suasana pun sepi kembali. Di antara mereka bertiga tak ada yang bicara. Pun tak ada yang menyentuh makanan masing-masing. Ketiga-tiganya saling diam, menatap satu sama lain dengan pandangan tajam.
Arjuna dan Cahaya menatap ke arah Jasmine, menuntut penjelasan darinya. Keduanya sudah sangat tidak sabar. Sementara Jasmine dengan santainya menyeruput minumannya, lalu mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan yang ada di dalamnya.
Cahaya merasa kesal karena Jasmine tidak kunjung bicara. "Jas, kamu jangan main-main dong! Cepetan ngomong, kamu mau ajak kita makan di sini itu karena mau ngomong apa? Mama masih ada banyak pekerjaan!" Desaknya.
Sebenarnya memang benar, dia masih memiliki banyak pekerjaan. Tapi ini kan masih jamnya makan siang.
Jasmine menoleh ke arah mamanya. Tatapannya yang tadinya tajam kini berubah santai. Seolah tanpa beban. "Ini masih jam istirahat Ma. Nggak usah buru-buru lah, makan aja dulu," Jasmine meraih sendok dan garpunya, lalu memakan makanannya.
Ck!
Arjuna berdecak kesal melihat tingkah Jasmine. Baru kali ini dia melihat Jasmine sangatlah menyebalkan. Saking menyebalkannya dia bahkan sampai lupa jika Jasmine dulunya adalah teman dekatnya.
"Jas, nggak usah pake basa-basi lagi. Cepetan, Lo mau ngomong apa sama kita?!" Kini Arjuna yang mendesak. Tatapannya pun tajam.
Jasmine pun menaruh sendok dan garpunya di atas piring. Dia menyeruput minumannya, lalu menoleh ke arah mamanya dan Arjuna bergantian.
Senyuman terukir di bibirnya, lalu dia mengangguk. "Kayaknya kalian udah nggak sabar ya. Oke, aku katakan sekarang. Ehm...," Jasmine menjeda ucapannya, berpikir.
Masih sembari menatap mamanya dan Arjuna. Lalu ia melanjutkan, "Aku merestui hubungan kalian. Kalian boleh pacaran dan melakukan apapun sesuka kalian." Seakan berat untuk bicara. Jasmine langsung menghela napas setelah selesai bicara.
Wajahnya terlihat tertekan. Dia langsung menundukkan kepalanya. Setelah beberapa saat dia menaikkan wajahnya lagi. Di lihatnya mama dan Arjuna terkejut dengan ucapannya. Keduanya hanya menatapnya tanpa bicara.
"Kamu serius Jas? Kamu merestui mama pacaran sama Arjuna? Temen kamu?" tanya Cahaya tak percaya. Senyum lebar mengembang di bibirnya.
Arjuna juga tersenyum. Rasanya membahagiakan sekali, tapi juga cukup aneh. Beberapa saat yang lalu Jasmine masih terlihat tidak suka padanya. Tapi kali ini Jasmine mengatakan jika dia merestui. Apa yang sedang dia rencanakan? Pikir Arjuna.
"Lo nggak bohong kan Jas? Lo beneran bolehin gue pacaran sama nyokap Lo kan?" tanya Arjuna. Meskipun merasa aneh, tapi dia juga cukup senang. Berharap jika Jasmine tidak mengecewakan mereka.
Jasmine melihat sorot kebahagiaan dari mamanya dan Arjuna. Hatinya terasa sesak, benci. Sulit baginya menerima kenyataan bahwa Mamanya bahagia bersama Arjuna.
Lalu Jasmine memaksakan senyuman di bibirnya muncul. Dia sejenak terdiam, lalu menjawab, "Aku serius. Aku beneran merestui kalian dan ngijinin kalian buat pacaran. Kalian bebas melakukan apapun sekarang. Mau itu liburan, nginep sampai akhirnya bikin an4k pun aku nggak peduli. Kalian bebas melakukan apapun."
Sedikit menggelikan kalimat Jasmine. Tapi Cahaya dan Arjuna menyukainya. Mereka merasa sangat bahagia setelah tahu Jasmine merestui mereka. Keduanya saling bertukar pandangan, tersenyum satu sama lain.
"Dasar b0doh, emangnya semudah itu kalian mendapatkan apa yang kalian inginkan? nggak. Nggak semudah itu. Kalian harus membayar apa yang kalian dapatkan!" ucap Jasmine di dalam hati, sedikit ketus. Tatapannya tajam menvsuk mamanya dan Arjuna yang masih asyik bertukar pandang.
Lalu ia bicara lagi. "Tapi kalian harus melakukan sesuatu untukku. Terutama mama. Mama harus membayar apa yang mama dan Arjuna dapatkan ini," kata Jasmine kemudian.
Cahaya dan Arjuna tersentak, keduanya sontak menoleh bersamaan kearah Jasmine. Kening mereka mengerut. Tak mengerti. "Membayar? Maksudmu Jas?" tanya Cahaya.
Jasmine menghela nafas kas4r. "Huff, Ma, di dunia ini nggak ada apapun yang gratis. Semuanya pasti ada harganya, ada timbal baliknya biar bisa kita miliki sepenuhnya. Mama harusnya tau itu kan? Aku mau mama memberikanku sesuatu," katanya, terkesan memaksa.
Kali ini Arjuna yang bicara. "Lo nggak ikhlas merestui kita Jas?" tanya Arjuna.
Jasmine berdecak berulang kali, kepalanya menggeleng. "Arjuna, Arjuna. Dasar b0doh. Lo kira ini jamannya Adam sama Hawa apa, yang segalanya di lakukan dengan ikhlas tanpa mengharapkan apapun?
Nggak bro! Kalian harus memberikanku sesuatu!" Suaranya meninggi. Bahkan pengunjung restoran yang ada di sekitar mereka pun menoleh ke arah mereka setelah mendengar suara Jasmine.
Cahaya menoleh ke orang-orang di sekitarnya, lalu kembali menoleh ke arah Jasmine. "Jangan kenceng-kenceng Jas ngomongnya, nanti ada orang lain yang denger. Lihat tuh, orang-orang di sekitar pada lihatin kita gara-gara suara kamu yang keras banget," kata Cahaya mengingatkan. Dia merasa tak enak jika harus menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitarnya akibat suara keras Jasmine.
Jasmine sedikit mencondongkan tubuh, mendekat ke Mamanya. "Apa pedulinya mereka? Aku nggak peduli. Mau mereka denger atau nggak itu bukan masalah buat aku." Jasmine kembali duduk di kursinya, menjauhkan tubuhnya dari Mamanya.
Lalu ia melanjutkan, "Aku mau mama serahin semua harta mama, termasuk kantor itu, ke aku. Aku mau mama mengubah nama kepemilikan dari semua harta, termasuk aset mama menjadi nama aku," katanya santai.
Cahaya dan Arjuna lagi-lagi terkejut. Keduanya saling pandang sejenak, lalu Cahaya berseru, "Kamu mau mor0tin mama Jas?!" Suaranya sedikit meninggi, matanya menyipit tajam.
Alis Jasmine mengerut, tak percaya dengan ucapan mamanya. "Mor0tin?? Kejam banget kata-katanya. Jangan lah. Ehm, mendingan balas budi nggak sih? Aku ngasih kalian restu, terus mama ngasih aku harta mama. Impas kan?" Senyum Jasmine melebar, yakin mamanya dan Arjuna sedang bimbang saat ini.
Arjuna menimpali, "Lo nggak kasian sama nyokap Lo Jas? Semua hartanya itu dia dapatkan dengan susah payah, kerja keras, tapi Lo dengan seenaknya minta gitu aja. Nggak malu Lo?!" tanya Arjuna dengan nada ketus.
Amarah Jasmine sudah sampai ke ubun-ubun. Tangannya mengepal erat, seakan ingin meremas sesuatu hingga hancvr. Jika saja di hadapannya ini samsak tinju, mungkin ia akan meninjvnya tanpa henti sampai puas dan amarahnya mereda.
"Malu atau enggak, itu urusan gue. Lo gak usah sok ceramahin gue kayak gini!" sergahnya.
Lalu Jasmine menoleh ke mamanya, yang sedari tadi terdiam, merenung. "Mama nggak mau serahin harta mama ke aku? Oke, kalau gitu aku nggak akan pernah restuin mama. Aku nggak akan kerja di kantor mama, keluar dari rumah, dan pergi sejauh mungkin.
Mungkin nyusul papa. Kayaknya tinggal sama papa lebih baik, aku kangen sama papa," kata Jasmine dengan suara lirih. Mengingat papanya membuatnya sedih. Ia rindu papanya. Sangat-sangat rindu. Terkadang pikiran burvknya mengarahkan ia untuk berbuat burvk pula agar ia bisa bertemu lagi dengan sang papa.
Cahaya menoleh ke Jasmine, raut wajahnya muram. Seolah memendam beban berat. Tatapannya ragu, seperti enggan untuk mengatakan apa yang ingin di katakannya. Ia menghela nafas, "Mama akan berikan semuanya, Jas. Secepatnya, Mama akan ubah kepemilikan perusahaan dan semua harta Mama ke nama kamu."
Suaranya terdengar berat, seakan-akan ada batu besar yang mengganjal di dadanya. Sulit baginya untuk melepaskan apa yang selama ini diperjuangkannya, yang diperolehnya dengan susah payah, kepada orang lain. Walau orang itu adalah anaknya sendiri.
Senyum cerah langsung terukir di bibir Jasmine. Dengan antusias, dia membalas, "Nah gitu dong. Kalo gitu kan enak ya. Sip-sip, mama sama Arjuna bebas berhubungan sekarang. Aku nggak akan ngelarang atau ngerecokin," katanya serius. Tapi dalam hati tertawa. Dia menertawakan kepolosan Arjuna dan mamanya yang sama sekali tak curiga padanya.
Mereka langsung mempercayainya dan bersedia memberikan apa yang ia inginkan. Termasuk semua aset kekayaan Cahaya, yang itu adalah harta warisan dari almarhum Papanya.
"Ya Tuhan, semua hartaku hilang hanya demi restu? Semua itu aku kumpulkan dengan susah payah. Tapi akhirnya jatuh ke tangan Jasmine, anakku sendiri?" Cahaya menghela napas panjang, kepalanya terasa berputar. Rasa stres, bingung, dan kalut bercampur aduk dalam dadanya.
Bersambung ...