"Syukurlah kau sudah bangun,"
"K-ka-kamu siapa? Ini… di mana?"
"Tenang dulu, oke? Aku nggak akan menyakitimu.”
Ellisa memeluk erat jas yang tadi diselimuti ke tubuhnya, menarik kain itu lebih rapat untuk menutupi tubuhnya yang menggigil.
"Ha-- Hachiiih!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sam tersenyum
Ciumannya penuh kasih, seolah ingin memastikan gadis itu tahu bahwa setiap sentuhan membawa cinta, bukan paksaan.
"Emh~ kak" Ellisa mendesah pelan, tubuhnya sedikit menggigil meski ia berada dalam air hangat. “Kak... aku—” suaranya tercekat, jantungnya berdetak tak beraturan.
Sam tersenyum kecil, suaranya lembut menggema di telinga Ellisa. “Ellie, kamu terlalu tegang. Tubuhmu terasa panas, padahal kita ada di dalam air lho."
Ellisa mengangguk kecil, “Aku nggak tahu, Kak. Aku bener-bener tegang. Rasanya... aneh.”
Sam tertawa penuh kehangatan. Tangannya menyentuh bahu Ellisa, memberi pijatan lembut untuk meredakan ketegangan di tubuhnya.
“Santai, Ellie. Jangan takut. Aku akan menuntunmu pelan-pelan,” bisiknya, nada suaranya seperti angin lembut yang membawa ketenangan.
Ellisa menarik napas dalam-dalam. Perlahan, ia mulai merasakan ketenangan yang Sam coba berikan.
“Lihat, kan? Kamu mulai lebih rileks sekarang,” kata Sam, sambil tersenyum lembut.
“Terima kasih, Kak,” jawab Ellisa senang.
“Ellisa,” Sam berbisik lembut, suaranya sehangat dekapannya, “Aku mencintaimu.” Sentuhannya ringan, penuh kehati-hatian. Saat tangannya bergerak lebih rendah ke dadanya, ia memijit lembut area yang terasa kencang.
“Pelan-pelan, Kak,” pinta Ellisa, matanya terpejam erat. “Aku takut kamu meremasnya terlalu keras.”
Sam tersenyum kecil, lalu menunjukkan kedua telapak tangannya dengan gaya bercanda. “Ellie, aku ini punya tangan selembut tangan Elmira, tahu.”
Ellisa tak bisa menahan tawa kecil yang keluar. “Tangan kamu besar, Kak.”
Ucapan itu membuat pipi Sam memerah. Ia mendaratkan ciumannya lagi ke bibir Ellisa sambil melanjutkan pijatannya dengan sentuhan yang lebih penuh perhatian, Sam memastikan Ellisa merasa nyaman.
"Emh~"
"Emh~"
"Emh~"
Tak lama kemudian, cairan hangat mulai keluar dalam semburan kecil-kecil, membuat Ellisa menghela napas lega. “Aah Kaakk~ Rasanya... jauh lebih baik.”
“Kan? Aku ini tahu caranya bikin kamu nyaman,” balas Sam, senyum puas terpancar di wajahnya. “Kalau gini terus, aku siap jadi terapis pribadimu, Ellie.”
Ellisa mendengus kecil, menahan tawa. “Terapis pribadi?” candanya, mencoba membalas lelucon Sam.
"Seperti ini," Sam langsung memencet put1ing susu Ellisa dengan gemas. Membuat Ellisa langsung mendesah aneh, "Aaahhh~"
Air susu itu menyembur dengan lancarnya. Bercampur dengan air bak dan bersama sabun.
"Enak kan, Ellie?"
Ellisa mengangguk. Dia merasakan sensasi aneh dari sentuhan Sam. Sentuhannya membuat darahnya mendesir seakan menghidupkan sinyal yang begitu menggairahkan.
Ellisa bergerak sendiri, dia berbalik badan dan menatap Sam dengan ekspresi sayu yang begitu seksi. "Kak, aku nggak tau, tapi aku ingin lagi," Ucap Ellisa memberikan dua buah dadanya di hadapan Sam.
"Ellie, kamu menggoda sekali," Sam menyambut dua buah dada itu dengan wajah senang. Mulutnya mulai mengecut lembut put1ing susu Ellisa.
"Aaahh~ kak..." Ellisa semakin membusungkan dadanya. Rasanya begitu bergejolak.
Kedua tangan Sam beralih meremas-remas dengan lembut pant4t Ellisa. Nafas Ellisa yang kembang kempis menciptakan bentuk tubuhnya yang semakin memikat Sam.
Sam menyusu seperti bayi. Sesekali dia bermain usil dengan put1ing itu menggunakan lidah kuatnya.
"Ih, geli kak." Ellisa menikmatinya.
Sam kembali menghisapnya. Berganti dari dada kiri ke kanan dan kembali ke dada kanan dan kiri. "Ini nggak ada habisnya, Ellie."
"Tapi, aku suka kak. Terusin. Aku nggak mau berhenti. Aaahh~" Ellisa merasa keenakan. Bibir di bawah perutnya pun terasa melembut dan terasa geli.
"Ellie, aku akan terus menahan diri. Tapi, melihatmu bisa menikmati sentuhanku, aku sepertinya akan lepas kendali."
"Emh~ kak, dadaku terasa lebih baik," Kata Ellisa merasa lega di tengah-tengah desahannya.
"Aku juga merasakannya, Ellie. Dadamu sudah terasa kenyal dan nggak keras lagi. Kamu beneran merasa lebih baik?"
"Um," Ellisa mengangguk.
"Ugh! Manis sekali." Sam langsung memeluknya. Meraba setiap kulit tubuh Ellisa dan memberikan kenyamanan di sana.
"Jangan ragu memintaku kalo kamu ingin diterapi lagi, okei?" Kata Sam.
"Ih, malu!" Ellisa tenggelam di pelukan Sam sambil menutup mukanya dengan telapak tangan.
"Kenapa malu?"
"Kita kayak... Suami istri," suara Ellisa tak jelas tapi Sam bisa mendengarnya.
Sam meraih tangan Ellisa, mendorong bahunya perlahan. "Kita akan jadi suami istri," ucapnya dengan menatap serius.
Ellisa mengangguk.
"Hubungan kita akan semakin baik, Ellie. Bahkan, kita akan lebih dari ini."
"Maksudnya?"
"Aku senang kamu masih sepolos bayi," kata Sam kembali menyusu lagi.
"Ih, kak? Bukannya kamu yang seperti bayi?" tutur Ellisa sambil tertawa geli.
"Ellisa... Aku mau jadi suami kamu bukan mau jadi bayi kamu," Sam cemberut.
"Tapi kamu menyusu, kayak Elmira."
"Ini terapi, Ellie. Kamu nggak ngerasain perbedaannya?" goda Sam.
Ellisa langsung membeku. Memang benar dia merasakan sensasi aneh dari Sam. Sangat jauh berbeda dari para bayi yang menyusu padanya.
"Ellie, kenapa diam?"
Wajah Ellisa malah merona. "Aku nggak tau kak. Tapi, aku selalu rindu dan merasa candu akan setiap sentuhanmu."
"Ellie!" Sam dengan cepat meraih kepala Ellisa dan sekali lagi menciumi bibirnya dengan lebih liar.
Lembut, sangat lembut.
Sesekali menyesapnya hingga Ellisa sedikit takut jika-jika Sam menggigitnya saking gemasnya.
"Ah! Ellie, aku ingin segera menikahimu."
"Aku bersedia kak." Ellisa tersenyum.
"Tapi, kedekatan kita masih seumur biji jagung, Ellie. Aku takut kamu akan membenciku kalau kamu semakin mengenal diriku."
"Aku yakin kamu orang yang sangat baik, kak."
"Aku menyesal tentang perlakuan Alana kepadamu. Aku minta maaf untuk itu." Sam menjatuhkan dagunya di bahu Ellisa.
"Eh? Itu..."
"Aku akan menegur Alana dan memintanya untuk bisa berlaku baik kepadamu, Ellie."
"Kak... Itu..." Ellisa masih berfikir.
"Maafin keluargaku yah. Sepertinya, kami semua sangat merepotkanmu."
"Kak Sam!" Seru Ellisa. Membuat Sam menatapnya kaget dan bersalah.
Ellisa meraih wajah Sam. "Aku yakin, aku dan Alana pasti bisa jadi teman baik. Dan aku, nggak merasa kerepotan sama sekali kalau Kak Sam selalu mencintaiku seperti ini."
"Sungguh?"
"Perlu bukti?" Ellisa bertanya.
Sam hanya mengernyit. Sedangkan, perlahan Ellisa semakin mendekatkan wajah Sam dan mencium bibirnya, "Chup."
Sam terbelalak tak percaya.
Saking gugupnya, Ellisa perlahan berdiri dan keluar dari bak mandi. Berbalik badan karena menahan malu setengah mati.
"Ellie?"
"Ayo kak, kita udahan mandinya." Ellisa berbalik dan tersenyum.
"Tapi, tapi... Kita bilas dulu donk badan kita. Badan kamu, eh badan aku, eh badan kita." Sam malah kebingungan.
Ellisa tertawa, "Hihi, kamu lucu kak!" Ellisa meraih shower dan menyemprotkannya ke arah Sam.
Keceriaan mereka menggema di dalam kamar mandi. Saling berebut shower dan saling membasuh diri.
"Sini, aku gosok tubuh kamu." ucap Sam.
"Nggak mau, kak. Geli!"
"Ayo sini~" Sam gemas dan berhasil meraih perut Ellisa. Ellisa tertawa riang.
"Ahahaha..." Mereka tertawa bersama.
"Kyyaaa~" Ellisa menjerit geli. Matanya yang menyapu ruangan, melihat kemeja putih Sam yang tergeletak di meja. Ada bekas samar berbentuk bibir di sana.
BTW gantian ke cerita ku ya Thor. Poppen. Like dn komen kalo bs. /Grin/