PLEASE, ATTENTION!! Dulu yaa...
Novel ini genre dewasa ***
Harap pahami alur dan karakternya. Karena ini novel hanya drama ringan penuh romansa indah dan tidak bermaksud merendahkan siapapun.
_____Selamat membaca______
Tiga tahun sudah Ellisa menahan 'beban' di tubuhnya yang masih remaja. Ia tidak mengerti, kenapa Tuhan memilihnya.
"Ini anugrah? Atau kutukan sih?!"
Gadis yang seharusnya menikmati masa remajanya harus terjebak di panti asuhan untuk menyusui para bayi di sana. Ya, gadis 18 tahun ini bisa mengeluarkan ASI !!
Karena menghindari pertengkaran kecil, dia harus keluar panti padahal itu larangan keras untuk dirinya. Pemilik panti, sangat melindunginya.
Namun, insiden kecil itu, siapa sangka mempertemukannya pada seorang pria yang tidak ia kenal, hingga membawa mereka pada hubungan yang cukup rumit.
Bisakah Ellisa menghadapi ini semua? Dan pria itu ternyata punya ikatan yang cukup dalam di masa lalunya. Happy reading semua 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sam tersenyum
Ciumannya penuh kasih, seolah ingin memastikan gadis itu tahu bahwa setiap sentuhan membawa cinta, bukan paksaan.
"Emh~ kak" Ellisa mendesah pelan, tubuhnya sedikit menggigil meski ia berada dalam air hangat. “Kak... aku—” suaranya tercekat, jantungnya berdetak tak beraturan.
Sam tersenyum kecil, suaranya lembut menggema di telinga Ellisa. “Ellie, kamu terlalu tegang. Tubuhmu terasa panas, padahal kita ada di dalam air lho."
Ellisa mengangguk kecil, “Aku nggak tahu. Aku bener-bener tegang. Rasanya... aneh.”
Sam tertawa penuh kehangatan. Tangannya menyentuh bahu Ellisa, memberi pijatan lembut untuk meredakan ketegangan di tubuhnya.
“Santai, Ellie. Jangan takut. Aku akan menuntunmu pelan-pelan,” bisiknya, nada suaranya seperti angin lembut yang membawa ketenangan.
Ellisa menarik napas dalam-dalam. Perlahan, ia mulai merasakan ketenangan yang Sam coba berikan.
“Lihat, kan? Kamu mulai lebih rileks sekarang,” kata Sam, sambil tersenyum lembut.
“Terima kasih, Kak,” jawab Ellisa senang.
“Ellisa,” Sam berbisik lembut, suaranya sehangat dekapannya, “Aku mencintaimu.” Sentuhannya ringan, penuh kehati-hatian.
"Aku..." Ellisa masih ragu. Entah dari ketulusan cinta Sam atau perasaannya sendiri yang belum terpanggil.
Sam mencoba mengerti, lalu beralih bertanya, "Ellie, beritahu aku siapa nama lengkapmu?"
"Ellisa Mentari Salsabila," jawab Ellisa.
"Nama yang indah," puji Sam. Lalu senyum jahilnya melengkung. "Mau nggak ya nama kamu aku ganti dengan namaku?"
Seketika Ellisa menoleh, kepalanya cukup menyundul dagu Sam. Sam kaget menahan kaget.
"Aduduh, maaf kak."
"Kamu ini, reflek kamu random banget ya. Bikin aku terkaget-kaget."
"Hehe," Ellisa melet.
Sam melanjutkan, "Kamu tahu? Kenapa Elmira namanya Elmira Adhiyaksa?"
"Em... Karna dia putri dari kakakmu yang bernama Rajendra Adhiyaksa kan?"
"Iya betul," jawab Sam. "Kalo namamu aku ganti jadi Ellisa Adhipati apa kamu bersedia?"
"Eh?" Ellisa mengernyit. "Aku mau kamu jadiin anak kamu kak?"
Sam tertawa geli, "Bukan." Sam mengusap wajahnya ke leher Ellisa karena gemas. "Aku ingin menjadikanmu bagian dari keluarga aku sendiri. Keluarga dari Sam Adhipati. Kamu adalah istriku."
"Aaa..." Ellisa tersenyum tersipu-sipu malu. Bingung hendak menjawab apa.
"Kamu setuju kan aku bilang gitu?" tanya Sam.
Ellisa mengangguk meski kaku bercampur malu.
"Ih, lucu banget kamu." Sam semakin gemas, dia memeluk erat Ellisa hampir-hampir mematahkan tubuhnya yang mungil.
“Pelan-pelan, Kak!" pinta Ellisa, matanya terpejam erat. “Kamu terlalu keras peluk aku."
Sam tersenyum kecil, lalu menunjukkan kedua telapak tangannya dengan gaya bercanda. “Ellie, aku ini punya tangan selembut tangan Elmira, tahu.”
Ellisa tak bisa menahan tawa kecil yang keluar. “Tangan kamu besar. Tubuh kamu besar. Tenaga kamu juga besar. Aku takut."
Ucapan itu membuat pipi Sam memerah. Ia mendaratkan ciumannya lagi ke bibir Ellisa sambil melanjutkan pijatannya dengan sentuhan yang lebih penuh perhatian, Sam memastikan Ellisa merasa nyaman.
Ellisa menghela napas lega. “Aah Kaakk~ Rasanya... jauh lebih baik.”
“Kan? Aku ini tahu caranya bikin kamu nyaman,” balas Sam, senyum puas terpancar di wajahnya. “Kalau gini terus, aku siap jadi terapis pribadimu, Ellie.”
Ellisa mendengus kecil, menahan tawa. “Terapis pribadi?” candanya, mencoba membalas lelucon Sam.
"Ah, Ellie. Aku merasakan sensasi aneh." Darah Sam mendesir seakan menghidupkan sinyal yang begitu menggairahkan.
Rasanya begitu bergejolak.
Ellisa kaget, "Kak! Apa ada ikan di dalam bak? Geli tauk!"
"Ellie, tenanglah. Ini sinyal aku kuat banget," Sam menahan diri.
"Sinyal apa? Ada yang gerak-gerak. Aku curiga ada ikan di dalam bak." pikir Ellisa.
"Udah Ellie, nggak usah dipikirin."
"Tapi--"
"Ih, sini aku peluk!"
"Tadi di dalam air ada apa?" Ellisa penasaran.
"Kamu mau lihat? Sungguh mau lihat?" tantang Sam. Senyumnya melengkung jahil sambil menahan gejolak itu.
Ellisa langsung menggeleng.
Sam pun akhirnya tertawa, "Tahu juga kan."
"ih!" Gadis manis itu menghujani pria suaminya dengan pukulan tanpa henti.
Sam menangkap pukulan itu dengan mudah, "Ellie, jangan ragu memintaku kalo kamu ingin diterapi lagi, okei?" Kata Sam.
"Ih, malu!" Ellisa tenggelam di pelukan Sam sambil menutup mukanya dengan telapak tangan.
"Kenapa malu?"
"Kita kayak... Suami istri," suara Ellisa tak jelas tapi Sam bisa mendengarnya.
Sam meraih tangan Ellisa, mendorong bahunya perlahan. "Kita akan jadi suami istri," ucapnya dengan menatap serius.
Ellisa mengangguk.
"Hubungan kita akan semakin baik, Ellie. Bahkan, kita akan lebih dari ini."
"Maksudnya?"
"Aku senang kamu masih sepolos bayi," kata Sam kembali menyusu lagi.
"Ih, kak? Bukannya kamu yang seperti bayi?" tutur Ellisa sambil tertawa geli.
"Ellisa... Aku mau jadi suami kamu bukan mau jadi bayi kamu," Sam cemberut.
"Tapi kamu menyusu, kayak Elmira."
"Ini terapi, Ellie. Kamu nggak ngerasain perbedaannya?" goda Sam.
Ellisa langsung membeku. Memang benar dia merasakan sensasi aneh dari Sam. Sangat jauh berbeda dari para bayi yang menyusu padanya.
"Ellie, kenapa diam?"
Wajah Ellisa malah merona. "Aku nggak tau kak. Tapi, aku selalu rindu dan merasa candu akan setiap sentuhanmu."
"Ellie!" Sam dengan cepat meraih kepala Ellisa dan sekali lagi menciumi bibirnya dengan lebih liar.
Lembut, sangat lembut.
Sesekali menyesapnya hingga Ellisa sedikit takut jika-jika Sam menggigitnya saking gemasnya.
"Ah! Ellie, aku ingin segera menikahimu."
"Aku bersedia kak." Ellisa tersenyum.
"Tapi, kedekatan kita masih seumur biji jagung, Ellie. Aku takut kamu akan membenciku kalau kamu semakin mengenal diriku."
"Aku yakin kamu orang yang sangat baik, kak."
"Aku menyesal tentang perlakuan Alana kepadamu. Aku minta maaf untuk itu." Sam menjatuhkan dagunya di bahu Ellisa.
"Eh? Itu..."
"Aku akan menegur Alana dan memintanya untuk bisa berlaku baik kepadamu, Ellie."
"Kak... Itu..." Ellisa masih berfikir.
"Maafin keluargaku yah. Sepertinya, kami semua sangat merepotkanmu."
"Kak Sam!" Seru Ellisa. Membuat Sam menatapnya kaget dan bersalah.
Ellisa meraih wajah Sam. "Aku yakin, aku dan Alana pasti bisa jadi teman baik. Dan aku, nggak merasa kerepotan sama sekali kalau Kak Sam selalu mencintaiku seperti ini."
"Sungguh?"
"Perlu bukti?" Ellisa bertanya.
Sam hanya mengernyit. Sedangkan, perlahan Ellisa semakin mendekatkan wajah Sam dan mencium pipinya, "Chup."
Sam terbelalak tak percaya.
Saking gugupnya, Ellisa perlahan berdiri dan keluar dari bak mandi. Berbalik badan karena menahan malu setengah mati.
"Ellie?"
"Ayo kak, kita udahan mandinya." Ellisa berbalik dan tersenyum.
"Tapi, tapi... Kita bilas dulu donk badan kita. Badan kamu, eh badan aku, eh badan kita." Sam malah kebingungan.
Ellisa tertawa, "Hihi, kamu lucu kak!" Ellisa meraih shower dan menyemprotkannya ke arah Sam.
Keceriaan mereka menggema di dalam kamar mandi. Saling berebut shower dan saling membasuh diri.
"Sini, aku gosok tubuh kamu." ucap Sam.
"Nggak mau, kak. Geli!"
"Ayo sini~" Sam gemas dan berhasil meraih perut Ellisa. Ellisa tertawa riang.
"Ahahaha..." Mereka tertawa bersama.
"Kyyaaa~" Ellisa menjerit geli. Matanya yang menyapu ruangan, melihat kemeja putih Sam yang tergeletak di meja. Ada bekas samar berbentuk bibir di sana.
kisahnya menarik dan dengan ending yang bahagia
salam cinta akibat perjodohan
apa Ellis sudah menikah?