Follow IG=> Fafacho88
Gibran Montana Sinaga harus mengalami penyesalan yang teramat sangat menyiksa dirinya. Penyesalan yang membuat hidupnya tak berarti lagi setelah kepergian perempuan yang telah ia jadikan budak dalam hidupnya, perempuan itu pergi membawa anaknya membuat dirinya cukup menderita..
Lima tahun kemudian ia melihat seorang perempuan yang begitu mirip dengan istrinya membuatnya begitu penasaran apakah itu istrinya atau bukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fafacho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 4
Naina berjalan masuk kedalam rumah besar suaminya, dia nampak was-was takut kalau Gibran sudah menunggunya di ruang tamu dan siap marah padanya. Ia menoleh ke sana dan kemari memastikan kalau tak ada Gibran di ruang tamu. Dan syukurnya memanglah Gibran tak ada disana, ia menghela nafas lega karena tak ada sang suami disitu.
Naina melangkah mantap masuk kedalam rumah tersebut, dia melihat sekeliling yang sudah cukup rapih pasti bi Uma yang sudah merapikan semuanya. Naina sekali lagi mengucap syukur karena Bi Uma tanpa di minta sudah merapikan seluaruh rumah untuknya. Dia bersyukur masih ada yang baik padanya, Bi Uma memanglah orang yang baik dan mengerti dirinya.
“Makasih Bi, suatu saat pasti akan aku balas kebaikan bibi” gumam Naina sambil berjalan menuju dapur sambil melihat sekitarnya yang sudah rapi. Tapi ngomong-ngomong rumahnya kenapa kelihatan sepi, apa Gibran belum pulang, batin Naina.
“makanan masih utuh, apa pak Gibran belum pulang” ucap Naina saat membuka tudung saji dan melihat makanan yang sudah di siapkan Bi Uma masih utuh belum tersentuh.
“Mungkin dia masih ada kerjaan,” ucap Naina lagi berbicara sendiri, dia menutup kembali tudung saji tersebut dan berjalan pergi meninggalkan dapur. Ia akan mandi dulu terus ganti baju baru ia akan menyiapkan air hangat serta baju ganti untuk Gibran.
..........................................
Gibran sendiri saat ini berada di rumah papanya, dia datang karena sang papa yang memintanya. Gibran semenjak sang ibu tiada dan semenjak pria itu menikah dengan Naina ia memang tidak satu rumah lagi dengan ayahnya, itu ia lakukan agar sang ayah tak tahu kalau dia dan Naina hidup bukan layaknya sepasang suami istri tetapi pembantu dan majikan.
Papanya sendiri tinggal bersama dengan para pegawai rumahnya dan juga sepupunya yang sudah ikut dengan orang tuanya dari dulu. dia Khalif salah satu direktur di perusahaan yang ia pimpin.
“Ada apa papa memanggilku?” tanya Gibran yang duduk menyilangkan kaki didepan papanya.
“Bagaimana perusahaanmu?” tanya tuan Alfred Sinaga, papa dari Gibran.
Gibran memincingkan sebelah matanya, tak biasanya papanya itu menanyakan soal urusan perusahaan.
“Langsung to the point saja apa yang ingin papa katakan padaku,?” tukas Gibran yang langsung menebak apa yang sebenarnya papanya inginkan. Karena menanyakan perusahaan bukan topik utama yang akan sang papa katakan.
“Kau tahu kalau papa tak bisa berbasa-basi ternyata, kau memang anakku” Alfred tersenyum karena Gibran tahu kalau tadi ia hanya berbasa-basi saja.
“Aku selalu tahu tentang papaku” jawab Gibran.
“Kalau begitu papa tidak akan berbasa-basi lagi denganmu, bulan madulah dengan Naina dan berikan cucu untuk papa” tukas Alfred.
Gibran yang sedang menyeruput tehnya langsung tersedak.
“uhuk, uhukk” dia terbatuk-batuk sambil sekilas menatap papanya.
“Pelan-pelan, papa tidak mengambil tehmu” kekeh Alfred.
“Papa sudah tidak waras ya, papa kesepian atau apa sampai meminta cucu dariku. Daripada papa meminta cucu padaku lebih baik papa menikah saja dan buat anak lagi” kesal Gibran sambil mengusap mulutnya dengan tisu.
“Kenapa? apa papa salah meminta cucu darimu, kau anak satu-satunya papa. Dan mamamu pasti di atas sana juga menginginkan cucu darimu, soal kau menyuruh papa menikah lagi papa belum siap karena hati papa masih ada nama mamamu” ucap Alfred dan terdengar pilu diakhir kalimatnya karena mengingat istrinya yang sudah tak bersamanya saat ini.
Gibran hanya bisa diam saja, ia harus bagaimana. Meskipun dia tak begitu dekat dengan papanya tapi ia tak tega melihat sang papa yang merasa kesepian. Tapi bagaimana caranya dia membuat cucu untuk papanya, dia saja tak sudi punya anak dari pegawainya itu. dan itu juga tak mungkin karena dia ada kekasih, ia hanya ingin punya anak dari kekasihnya saja bukan orang lain.
“Gibran, kenapa kau malah melamun. Kenapa kau terlihat berat sekali menuruti permintaan papa”
Gibran langsung mendongak melihat papanya
“Jelas berat pa, aku sibuk dan Perempuan itu, maksudku Naina juga sibuk. Jadi kalau membuat anak dan memberi cucu papa pada waktu dekat aku tidak bisa”
“Naina sibuk apa, bukannya dia dirumah tidak bekerja memang kau tidak kasihan dengannya dirumah sendiri tanpa ada teman.”
Gibran menelan ludahnya, ia bingung harus menjawab apa. karena selama ini dia berbohong pada papanya soal Naina yang tak bekerja, padahal perempuan itu masih ia suruh kerja di perusahaannya sebagai OG.
“Pokoknya papa tidak mau tahu, kamu harus memberikan papa cucu dan anakmu nanti juga akan sebagai penerus dari keluarga kita”
“papa kenapa terlalu mendesakku, kalau papa pengen cucu suruh saja Khalif yang sudah papa anggap anak itu menikah dan memberikanmu seorang cucu”
“Ya anak kandung papa siapa? Kau kan, kenapa kau menyuruh Khalif, Khalif ada keluarga sendiri dan anaknya ya meneruskan keluarganya. Sedangkan kau anak kandung papa tentu saja kau dan keturunanmu yang akan meneruskan darah papa”
“Sudahlah, hanya itu kan yang papa bicarakan. Kalau begitu aku pergi” Ucap Gibran dan langsung berdiri.
“pokoknya papa tunggu cucu darimu” pungkas Alfred sambil minum tehnya dengan santai mengabaikan anaknya yang menatap kesal.
Gibran langsung pergi begitu saja, dia tak perduli dengan ucapan papanya. Sungguh membuatnya pusing saja,
.......................................
“Sampai kapan kau akan bekerja di depan kamera seperti ini?” Gibran tiba-tiba saja mengkagetkan Alisha yang sedang melakukan pemotretan.
Alisha langsung menoleh kesamping dimana Gibran berdiri melihatnya menatap datar pada dirinya.
“Tolong kita lanjutkan nanti lagi” ucap Alisha pada sang fotografer dan juga manajernya. Dia langsung berjalan menghampiri Gibran.
“Ada apa kau kesini, aku sedang pemotretan” ucap Alisha sambil memegang lengan Gibran.
“Aku rindu padamu, kapan kau akan meluangkan waktumu untukku” jawab Gibran menatap Alisha dia merengkuh perempuan itu.
“Gibran lepas, ada banyak orang yang melihat kita saat ini. ayo duduk disana” ucap Alisha melepaskan pelukan Gibran dan mengajak pria itu menuju tempat duduk yang ada di pojok ruangan.
“Kenapa kau mengajakku kesini, memang kenapa kalau banyak orang mereka juga sudah tahu aku siapa.”
“Iya aku tahu tapi tidak enak saja kita bermesraan di depan mereka, mereka nanti mengataiku tidak profesional, katakan ada apa kau menemuiku?”
“Ayo kita menikah Alisha” ajak Gibran lirih.
Alisha langsung menatap serius Gibran,
“Kau membahas ini lagi, bukannya aku sudah bilang kalau belum bisa menikah denganmu ada kontrak yang harus aku kerjakan. Bagaimana kalau aku menikah terus hamil, kontrakku bisa gagal dan aku bisa kena masalah”
“lalu kau akan membiarkanku punya anak dengan orang lain begitu, kau rela aku punya anak dengan perempuan lain”
Alisha terdiam, dia perlahan memegan wajah Gibran.
“Aku sebenarnya tidak rela kau ada anak dengan perempuan lain, tapi mau bagaimana lagi. Aku harus mematuhi peraturan, kalau kau mau memiliki anak dengan istrimu silahkan. Tapi kau ingatkan kalau kau hanya milikku dan akan menceraikan istrimu nanti saat aku sudah tidak ada kontrak. Kamu hamili saja istrimu itu, nanti anaknya kita yang merawatnya saat kau sudah bercerai dengannya” pungkas Alisha.
“Kau memang egois terlalu memintingkan karirmu,” Gibran tampak kecewa dengan ucapan Alisha, dia langsung berdiri dari duduknya.
“Sayang, aku mohon mengertilah diriku” ucap Alisha yang ikut berdiri menahan tangan Gibran yang akan pergi.
“Aku sudah tahu keputusanku sekarang,” lirih Gibran melepaskan tangan Alisha, niatnya menemui sang kekasih untuk membujuk perempuan itu agar mau menikah dengannya dan memiliki anak. Nyatanya kekasihnya tersebut masih kukuh dengan pendiriannya. Gibran langsung pergi begitu saja mengabaikan Alisha yang memanggilnya.
°°°