Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.
Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.
Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.
Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.
Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.
Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Penderitaan Sang Tuan Muda
"Maaf Tuan, kulihat sedari tadi siang anda sudah berada di sini. Sebenarnya apa yang anda lihat?" Tanya Lin Tian sopan ketika sudah berada tepat di depan orang itu.
"Sudah berubah....sudah berubah...."
"Hah?"
Lin Tian bingung mendengar jawaban orang itu. Sudah berubah? Apanya yang sudah berubah? Pikir Lin Tian.
Biksu itu terlihat sudah cukup tua, mungkin umurnya telah menginjak kepala lima. Kulitnya keriput seperti hanya tulang tanpa daging, matanya dalam disertai alis tebal yang sudah rata putih semua.
Di dagunya terdapat jenggot yang juga sudah berwarna putih, akan tetapi tampak rapi dan teratur. Orang ini memakai jubah biksu berwarna hitam dengan kalung tasbih besar berwarna coklat tua mengkilat.
"Hah...."
Terdengar orang itu menghela nafas sambil menggelengkan kepala perlahan. Lin Tian tambah bingung dengan ini semua, sebenarnya apa yang dimaksudkan orang tua itu?
"Maaf Tuan, tapi saya tidak paham apa yang sudah berubah?" kembali Lin Tian bertanya.
Biksu itu lalu mengarahkan pandangannya kearah wajah Lin Tian. Dia memandang lamat-lamat topeng putih itu selama beberapa detik. Kemudian kembali memandang gedung lantai tiga itu dengan pandangan sendu.
"Tak kusangka kota kelahiranku ini akan berubah seperti sekarang. Penuh dengan orang-orang pengumbar maksiat dan pengabdi nafsu. Hah...."
Lin Tian sedikit memiringkan kepalanya. Jujur saja dia masih heran dengan semua tindakan yang dilakukan oleh biksu di depannya itu.
"Hati-hatilah nak...kau masih muda, semoga langit selalu melindungimu dari segala macam perbuatan kotor dan sesat." biksu itu berkata seranya menyatukan kedua telapak tangannya untuk berdoa.
"Terima kasih Tuan." dia bingung hendak menjawab apa sehingga hanya perkataan itulah yang keluar dari mulutnya.
Setelah berdoa selama beberapa saat, biksu itu kemudian pergi dari sana meninggalkan Lin Tian seorang diri.
"Apa-apaan orang itu?" gumam Lin Tian dalam hati.
Pemuda itu lalu menolehkan kepala memandang kearah lantai tiga bangunan itu. Masih sama seperti siang tadi, terdengar suara teriakan-teriakan aneh dari mulut seorang wanita disertai tawa bergelak seorang pria. Bahkan sekarang lebih keras dibanding siang tadi.
Lin Tian hanya mampu menggelengkan kepala sambil menghela nafas panjang. "Dasar orang-orang gila." Lin Tian bergumam dengan menampilkan ekspresi jijik di balik topengnya.
...****************...
"Hoho....selamat datang Tuan, selamat datang...." ucap seorang pria berumur empat puluhan tahun menyambut tamu-tamunya.
"Haha...keluarga Hu sungguh hebat, kalian bisa menyiapkan makanan dan arak seenak ini? Luar biasa." kata salah seorang tamu.
"Memang pantas menjadi salah satu keluarga penguasa, bahkan lebih pantas lagi untuk menjadi satu-satunya keluarga penguasa. Hahah....!!" kata tamu lainnya.
Pria yang daritadi sibuk menyambut kehadiran para tamu itu hanya tersenyum lebar ketika mendengar ucapan-ucapan para tamunya.
Dia ini adalah Hu Kai, pemimpin keluarga Hu. Saat ini di kediamannya, dia sedang melakukan pesta besar-besaran yang dihadiri oleh tokoh-tokoh pendekar hitam.
Mengapa ia mengadakan pesta dengan para tokoh hitam itu? Karena seperti dugaan Lin Tian, orang inilah yang sebenarnya telah bersekutu dengan Aliansi Golongan Hitam.
Di sana juga terlihat pendekar bertopeng merah yang waktu itu ikut menyerbu Pandai Besi Selatan. Saat ini dirinya sedang berada di sana bersama si topeng putih.
"Guru, bukankah kita ini terlalu santai? Tolong dengarkan perkataanku guru, sebelum dia mati, kelak dia akan menjadi penghambat kita di masa depan." ucap si topeng putih kepada topeng merah. Kiranya si topeng merah itu adalah gurunya.
"Aku tahu...aku tahu...tapi kita ini juga butuh istirahat. Kau tenang saja, setelah ini kita akan kembali melakukan pencarian." jawab topeng merah santai.
"Tapi...bukankah ini terlalu santai?" kembali topeng putih berkata, terlihat dari nadanya bahwa dia tidak setuju dengan ucapan topeng merah.
"Hahaha....kau itu memang hebat, bahkan sekarang ini kepandaianmu mungkin sudah melebihi kakakmu. Akan tetapi janganlah terlalu memaksakan diri!! Atau jika kau ingin jantungmu itu meleleh terbakar akibat kesalahnmu sendiri." si topeng merah menjawab.
"Kau lihat sendiri kan? Beberapa waktu lalu kita melihat dia berada di daerah Selatan ini. Jadi tak usah khawatir, cukup kita cari perlahan-lahan aku yakin dia akan segera ketemu. Serahkan saja semuanya kepada mata keranjang itu." Kembali topeng merah berucap sambil menunjuk seseorang dengan dagunya.
Orang yang dimaksud topeng merah itu bertubuh dempal akan tetapi wajahnya cukup tampan. Di tangan dan lehernya terhias banyak perhiasan yang terbuat dari emas murni.
Saat ini dia sedang duduk di pojok ruangan sambil ditemani empat orang gadis cantik yang berpakaian serba terbuka. Pria itu terlihat tertawa-tawa sambil tak lupa tangannya bergerak liar meraba sana-sini.
Orang yang diraba sama sekali tidak marah. Malah terlihat sangat menikmati dan meminta pria itu untuk melakukannya lagi.
Sungguh, saat ini ruangan itu telah dipenuhi oleh orang-orang biadap tak bermoral.
"Dasar tak tahu malu." gumam topeng putih sambil mencibirkan bibirnya.
"Enaknya menjadi muda. Eh! Kau kan masih muda, kenapa tak coba cari setangkai bunga harum untuk hiasan kamar?" topeng merah berkata. Tentu saja yang dimaksud setangkai bunga itu adalah gadis-gadis jelita.
"Hmph!! Aku tidak ingin tujuan dan ambisiku terganggu hanya karena masalah sepele seperti itu!!" jawab topeng putih tegas.
"Hahaha....." hanya tawa menggelegar yang menjadi jawaban dari topeng merah.
...****************...
Jika ayahnya sedang sibuk mengurusi acara pesta malam ini. Berbeda dengan anaknya yang kini sedang duduk di sebuah batu taman seraya memandang sang dewi malam.
Setelah ayahnya menikah lagi, sejak saat itu hanya bulan dan kesunyian malamlah yang selalu menemani hari-harinya.
Dia adalah seorang pemuda tampan dengan kulit putih pucat serta rambut dan bulu mata yang warnanya juga sama putihnya. Ya, dia adalah seorang albino.
Walau semua bagian tubuhnya hanya terdiri dari warna putih, akan tetapi hal itu sama sekali tidak mengurangi kadar ketampanan pemuda ini.
Matanya yang merah itu memandang sendu kearah bulan seakan-akan dia sangat merindukan bulan itu dan hendak memeluknya erat.
"Ibu...apa yang harus aku lakukan?" gumamnya seorang diri tanpa mengalihkan pandangannya dari sang bulan.
"Ayah sudah berubah. Semenjak bertemu dengan ****** itu, ayah seperti telah menjadi orang lain." kembali terdengar gumam perlahan dari mulutnya yang pucat itu.
Tak terasa dua titik air mata turun membasahi pipinya.
"Hikss....apa yang harus kulakukan...?"
Tetapi semua pertanyaan pemuda itu sia-sia belaka. Tak ada yang mendengar apalagi yang menjawab.
Pemuda ini bernama Hu Tao, anak pemimpin keluarga Hu, Hu Kai. Pemuda ini juga merupakan seorang Tuan muda keluarga Hu.
Ibunya bernama Ming Mei dan perempuan itu sudah meninggal tiga tahun lalu ketika Hu Tao berumur tujuh belas tahun.
Ming Mei meninggal karena terserang penyakit aneh. Dia menderita semacam penyakit yang membuatnya selalu muntah darah tepat ketika tengah malam.
Dan di tubuhnya juga terdapat bintik-bintik berwarna merah darah yang menurut pengakuan Ming Mei, bintik-bintik itu terasa panas seperti api.
Tujuh hari lamanya Ming Mei menderita penyakit aneh itu sebelum akhirnya meregang nyawa dalam keadaan kurus kering.
Hu Tao dan Hu Kai merasa sangat terpukul setelah kejaidan itu. Mereka sama sekali tidak tahu apa yang menyebabkan Ming Mei menderita penyakit aneh semacam itu. Mereka hanya bisa menduga jika penyakit itu disebabkan oleh racun yang sangat ganas.
Satu tahun kemudian, Hu Tao dibuat terkejut ketika ayahnya yang tiba-tiba membawa pulang seorang wanita cantik. Dia berkata jika wanita itu akan menjadi ibu barunya.
Tapi entah mengapa, perasan Hu Tao kala itu menjadi sangat tidak enak. Dia merasa terancam ketika berada di dekat wanita tersebut.
Akan tetapi mau bagaimana lagi. Sebagai anak yang berbakti, tak mungkin dia melarang kemauan ayahnya. Akhirnya satu bulan setelah itu, mereka resmi menjadi sepasang suami istri.
Sejak saat itulah sifat ayahnya berubah sejauh seratus delapan puluh derajat. Semua hal yang baik dari diri ayahnya berubah menjadi buruk dan sifat buruknya menjadi tambah buruk.
Seiring berjalannya waktu, Hu Tao akhirnya mengetahui siapa ibu barunya itu. Ternyata dia adalah satu dari "Si Cantik Setan Kembar" yang menjadi datuk hitam dunia persilatan.
Makin hancurlah hatinya mengetahui hal ini. Sejak saat itulah dirinya hanya hidup dengan satu tujuan, untuk menunggu kematian.
Hingga tiba pada hari ini. Ayahnya telah menjadi pemimpin keluarga dengan cara yang sangat memalukan, yaitu dengan bantuan Aliansi Golongan Hitam.
Hal ini tentu saja membuat dirinya malu dan kecewa melihat tindakan ayahnya itu.
"Hah...sungguh, aku sudah bosan dengan kehidupan penuh sengsara ini..."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
BERSAMBUNG