sinopsis Amelia, seorang dokter muda yang penuh semangat, terjebak dalam konspirasi gelap di dunia medis. Amelia berjuang untuk mengungkap kebenaran, melindungi pasien-pasiennya, dan mengalahkan kekuatan korup di balik industri medis. Amelia bertekad untuk membawa keadilan, meskipun risiko yang dihadapinya semakin besar. Namun, ia harus memilih antara melawan sistem atau melanjutkan hidupnya sebagai simbol keberanian dalam dunia yang gelap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurul natasya syafika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13: Pertempuran Terakhir
Amelia, Laras, dan Armand sadar bahwa ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk membongkar kebenaran sepenuhnya. Bukti yang telah dikumpulkan selama ini menjadi senjata utama dalam perjuangan mereka.
Namun, bahaya selalu mengintai. Dengan mafia dan pihak-pihak kuat di belakang perusahaan farmasi korup, pertempuran ini belum selesai.
......................
**Rumah Persembunyian Armand, Malam Hari**
Ruang kerja kecil itu menjadi pusat strategi mereka. Di meja, terdapat dokumen-dokumen penting, flash drive, laptop, dan diagram besar yang mencatat alur operasi perusahaan farmasi.
Dinding ruangan dihiasi peta yang menandai lokasi-lokasi penting, lengkap dengan foto-foto tersangka utama.
Amelia mengetik dengan cepat di laptopnya, memastikan semua data telah tersusun rapi.
Amelia:
"Ini semua bukti yang kita punya. Data dari flash drive, laporan keuangan yang dimanipulasi, hasil uji klinis palsu, hingga daftar korban... cukup untuk menghancurkan mereka."
Laras berdiri di belakang Amelia, menatap layar laptop dengan serius.
Laras:
"Masalahnya, kalau kita hanya menyerahkan ini ke pengadilan, mereka bisa mengulur waktu. Orang-orang di balik ini punya kekuatan besar untuk menekan pihak berwenang."
Armand, yang berdiri sambil menatap peta di dinding, mengangguk setuju.
Armand:
"Kita harus menyerang dari dua sisi. Aku akan memimpin operasi polisi untuk menangkap para pelaku, sementara Yudha membantu menyebarkan informasi ini ke media. Mereka tidak akan punya waktu untuk menutupi semuanya sekaligus."
Amelia berhenti mengetik dan menatap Armand. Suaranya terdengar ragu.
Amelia:
"Apakah kita cukup kuat untuk melawan mereka? Mereka punya koneksi di pemerintahan, bahkan mungkin di kepolisian."
Armand menatap Amelia dengan tegas, memberi keyakinan.
Armand:
"Kita memang kalah jumlah, tapi dengan bukti ini, hukum ada di pihak kita. Selain itu, aku tidak akan membiarkan mereka menyentuh kalian lagi."
Laras menyentuh bahu Amelia, memberi dukungan.
Laras:
"Kita sudah sejauh ini. Kalau kita menyerah sekarang, semua perjuangan ini akan sia-sia."
Amelia terdiam sejenak, lalu mengangguk.
......................
**Kantor Yudha, Pagi Hari**
Amelia dan Laras memasuki kantor Yudha, seorang jurnalis investigasi yang dikenal berani melawan kekuasaan. Yudha, pria berusia 40-an dengan aura percaya diri, menyambut mereka di ruangannya yang penuh dengan dokumen, foto, dan papan besar berisi catatan investigasi.
Yudha membaca dokumen-dokumen yang Amelia serahkan dengan penuh perhatian.
Yudha:
"Ini luar biasa. Kalau ini benar, kita bukan hanya bicara soal malpraktik medis, tapi korupsi sistemik yang merugikan ribuan pasien."
Amelia menatap Yudha dengan gelisah.
Amelia:
"Benar. Tapi ini berbahaya. Mereka sudah menculik saya, menyerang kami, bahkan mengancam keluarga saya. Mereka tidak akan berhenti di sini."
Yudha tersenyum tipis, seolah sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.
Yudha:
"Selamat datang di dunia nyata, Dokter Amelia. Kalau kau ingin kebenaran terungkap, kau harus siap dengan risikonya. Tapi tenang, aku punya tim yang bisa menjaga data ini tetap aman."
Laras, yang duduk di samping Amelia, tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya.
Laras:
"Apakah kau yakin mereka tidak akan menyerang media juga?"
Yudha menatap Laras dengan tatapan penuh percaya diri.
Yudha:
"Semakin besar publikasinya, semakin kecil peluang mereka menyerang. Mereka hanya berani dalam bayang-bayang. Jika kita membuat ini viral, mereka akan kehilangan kendali."
Amelia mengambil flash drive dari sakunya dan menyerahkannya pada Yudha.
Amelia:
"Tolong pastikan semua ini sampai ke publik. Kami hanya ingin keadilan untuk para pasien yang menjadi korban."
Yudha mengangguk.
Yudha:
"Aku akan pastikan ini menyebar ke seluruh negeri. Tapi kalian harus bersiap, karena setelah ini, mereka tidak akan tinggal diam."
......................
**Markas Mafia, Malam Hari**
Di tempat lain, Armand memimpin tim polisi dalam operasi besar-besaran untuk menangkap mafia yang terlibat dalam skandal tersebut. Berdasarkan informasi dari Amelia dan data di flash drive, mereka berhasil melacak lokasi markas mafia, tempat kepala operasi mereka, Andika, sering berkumpul.
Armand berdiri di depan timnya, memberikan instruksi terakhir.
Armand:
"Target utama kita adalah kepala operasi mereka, Andika. Tangkap dia hidup-hidup. Jangan beri mereka kesempatan untuk menghancurkan bukti. Fokus pada keselamatan tim dan pengamanan barang bukti."
Tim polisi bergerak dengan cepat. Mereka menyerbu gedung tersebut dengan hati-hati, tetapi perlawanan sengit dari anggota mafia membuat operasi itu berlangsung penuh ketegangan. Suara tembakan menggema di seluruh gedung.
Salah satu anggota mafia mencoba kabur, tetapi Armand berhasil menghadangnya.
Mafia: (berteriak)
"Kalian tidak akan menang! Orang-orang kami ada di mana-mana!"
Armand: (membalas dengan tegas)
"Mungkin, tapi malam ini kau kalah."
Setelah pertarungan sengit, polisi akhirnya berhasil menangkap Andika bersama beberapa anggota penting lainnya.
......................
**Studio TV Nasional, Pagi Hari**
Sementara itu, Yudha menayangkan laporan investigasinya di salah satu stasiun televisi nasional. Data yang dikumpulkan oleh Amelia dan timnya menjadi headline di berbagai media.
Penyiar TV:
"Skandal besar ini melibatkan perusahaan farmasi terkenal serta beberapa oknum rumah sakit yang mengorbankan nyawa pasien demi keuntungan pribadi. Publik kini menuntut penyelidikan lebih lanjut dan hukuman berat untuk semua yang terlibat."
Video rekaman, dokumen keuangan, dan daftar korban dipublikasikan secara luas. Tayangan itu membuka mata masyarakat tentang kebobrokan di balik dunia medis yang selama ini mereka percayai.
Di rumah persembunyian, Amelia, Laras, dan Armand menonton siaran tersebut bersama. Amelia terlihat emosional, air matanya mengalir pelan.
Laras: (tersenyum, menepuk bahu Amelia)
"Kita berhasil, Amel. Semua ini berkat keberanianmu."
Amelia: (dengan suara serak)
"Tapi banyak nyawa yang sudah hilang... Aku hanya berharap ini cukup untuk menghentikan mereka."
Armand, yang duduk di sebelah Amelia, menatap layar dengan serius.
Armand:
"Ini langkah besar, tapi permainan ini belum selesai. Kita harus bersiap untuk apa pun yang akan datang."
......................
**Rumah Persembunyian, Malam Hari**
Ketegangan yang sempat mereda berubah kembali ketika Armand menerima laporan bahwa masih ada beberapa pihak penting yang belum tertangkap. Salah satunya adalah seorang anggota dewan rumah sakit yang diyakini sebagai dalang intelektual dari skandal ini.
Armand: (dengan nada serius)
"Ini belum selesai. Kita sudah menghancurkan sebagian besar jaringan mereka, tapi yang paling berkuasa masih ada di luar sana."
Amelia, yang duduk di meja kerja sambil memandangi data-data yang masih tersisa, mengangguk dengan penuh tekad.
Amelia:
"Kita tidak akan berhenti sampai semuanya diungkap. Jika mereka berpikir ini akhir, mereka salah."
Laras menghela napas panjang, menatap kedua rekannya dengan campuran rasa lega dan kecemasan.
Laras:
"Aku harap kita tidak kehilangan apa pun lagi dalam perjalanan ini. Rasanya semua ini sudah terlalu berat."
Di tengah malam yang sunyi, ketukan di pintu depan mengejutkan mereka. Armand segera mengambil pistolnya, memastikan tidak ada ancaman. Ketika pintu dibuka, sebuah amplop tanpa nama tergeletak di lantai.
Amelia mengambil amplop itu, membuka isinya dengan hati-hati. Di dalamnya, hanya ada secarik kertas dengan tulisan tangan:
“Kau mungkin menang kali ini, tapi permainan belum berakhir. Kami akan kembali."
Ketiganya saling menatap, menyadari bahwa ancaman ini masih jauh dari selesai. Namun tidak ada rasa takut di mata mereka, hanya keberanian dan tekad untuk terus melawan.
Malam itu, meskipun ancaman terus membayangi, mereka tahu satu hal: kebenaran sedang menuju kemenangan, dan mereka tidak akan berhenti sampai semuanya terungkap.