Wife Of The Northern Duke

Dahulu kala disaat semuanya masih belum seperti sekarang, Aterna masih berwujud sebagai sebuah desa kecil. Di sana hidup beberapa keluarga. Diantaranya adalah Sebastian, Flandria dan juga Carrington. Mereka sangat dekat dan saling bekerja sama.

Sebastian yang pandai dalam hal administrasi, Flandria dalam bidang perdagangan dan Carrington dalam berpedang, mereka menjadi sebuah kombinasi yang sempurna.

Kemampuan mereka itu membuat wilayah Aterna yang semula hanyalah desa kecil menjadi sebuah negara. Upaya penaklukan wilayah sekitar menjadi lebih mudah karena Carrington yang merupakan seorang sword master. Monster pun sudah ada dari jaman itu. Keberhasilan  Carrington membuat orang-orang dengan suka rela bernaung dibawahnya.

Singkat cerita Sebastian diangkat menjadi seorang pemimpin dengan dua orang hebat di kanan dan kirinya. Seiring berjalannya waktu Sebastian mempunyai ambisi untuk menjadi wilayah yabg lebih besar lagi. Jika Carrington setuju maka Flandria tidak. Bagi Flandria sudah cukup dengan sepeti itu dan tidak ingin lebih lagi.

" Kalau kau tidak ikut maka kau tidak akan punya jabatan tinggi suatu hati nanti," ucap Sebastian kepada Flandria.

" Tidak masalah, mau seperti apa jabatanku aku akan terima. Tapi satu hal yang harus kau janjikan padaku, jangan pernah menyentuh keturunanku apapun itu. Aku sudah membantumu hingga saat ini jadi aku harap esok keturunanmu akan menjaga keturunanku. Dan jika kau melanggar itu maka Aterna akan runtuh seketika."

" Baiklah, hanya seperti itu aku tentu bisa melakukannya. Aku berjanji atas nama Aterna bahwa aku tidak akan menyentuh keturunan Flandria."

Dan janji itu terus digenggam hingga generasi sekarang. Kebaikan hati Flandria menjadikan mereka seroang yang tidak pernah terlibat masalah. Meskipun posisinya hanyalah seorang Baron tapi Flandria memiliki kekayaan yang melebihi seorang Marquis.  Maka dati itu sedikit janggal tiba-tiba Baron Rodrig Flandria terjerat kasus opium. Ini sesuatu yang hampir diluar nalar.

" Hormat Baginda Kaisar, saya Marquis  Ethelwyn menghadap Baginda Kaisar. Semoga Baginda panjang umur dan berada dalam kebahagiaan selamanya."

" Jelaskan akan hal yang kau tulis dalam suratmu Marquis Osgar. Lalu berikan solusinya, sekarang juga."

" Baik Baginda, sesuai dengan perintah Baginda."

Marquis Osgar lalu menyampaikan semua yang ditulis oleh Melanie. Ia juga membuat Rowan semakin yakin dengan menyebut nama Benca. Benca memberi kesaksian sama dengan apa yang ditulis oleh Melanie.

" Sialan, dasar. Wanita itu ternyata tidak sependiam yang aku pikirkan," ucap Rowan dengan geram. Agaknya sang kaisar mulai kebingungan.

" Baginda, Anda tidak perlu bingung. Flandria tidak bisa disentuh hanya oleh keluarga kekaisaran bukan? Berarti dengan kata lain, selain keluarga kekaisaran bisa melakukannya."

Tring

Bagai mendapat sebuah pencerahan, Kaisar Rowan tersenyum lebar. Ia tahu apa maksud terdalam dari perkataan Marquis Osgar.

" Hahaha, kau memang orang ku yang paling mengerti aku Marquis Osgar. Ya  lakukan. Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan. Semakin cepat semakin baik, dengan begitu bukankah putrimu aku segera mendapatkan gelar Grand Duchess. Dan, sepenuhnya kita bisa menjadikan Leoric sebagai boneka kita." 

Tawa Rowan menggelegar. Padahal gadi pikirannya sangat kusut, tapi sekarang seperti hilang begitu saja jika memikirkan Leoric yang akan menjadi anjing nya.

Rowan sudah tidak sabar menikmati masa-masa itu. Ia sangat muak dengan keberadaan Leoric yang selalu mendapat sanjungan dari rakyat. Leoric yang selalu dieluk-elukkan bahkan pamornya mengalahkan keluarga kekaisaran membuat keluarga kekaisaran seperti hanya bayangan saja.

***

Benca diperintahkan oleh Marquis Osgar Ethelwyn untuk kembali ke Dukedome Albrus malam itu juga. Dengan menggunakan kereta kuda Benca di dampingi oleh seorang ksatria yang menyamar sebagai kusir.

Wanita itu sedikit heran, pasalnya ini kali pertama dia dikawal seperti itu. Sebelumnya sama sekali belum pernah.

" Surat dan sebuah bingkisan. Apa ya kira-kira isinya. Aah tak tahu, bukan urusanku juga. Tugasku hanya menyampaikan. Haah urusan orang atas memang tidak bisa dimengerti."

Benca berbicara sendiri. Awalnya ia sedikit penasaran dengan apa yang ditetapkan Marquis Osgar kepada Melanie, tapi akhirnya Benca acuh. Karena dia tidak ingin masuk dalam urusan para majikan.

Benca memilih tidur, perjalanan akan memakan waktu semalam dan berarti bari besok pagi ia akan sampai.

Gradak gradak gradak

Kereta kuda berjalan lancar tanpa ada sebuah hambatan. Hawa dingin mulai dirasakan oleh Benca yang berarti mereka memasuki wilayah Dukedome Albrus. Meskipun matahari pagi bersinar cerah tapi semilir angin yang bertiup tetap membuat tubuh bergidik.

Udara dari mulut pun tampak jelas terlihat ketika tengah berbicara atau hanya sekedar menghembuskan nafas.

" Tuan Ksatria, apakah kita sudah akan sampai?" tanya Benca. Perutnya berbunyi, ia sedikit merasa lapar. Sayangnya karena atas desakan Marquis Osgar, dirinya lupa membawa bekal makanan dan minuman.

" Masih belum Benca. Salju sedikit lebih tinggi sehingga kereta menjadi lebih lambat dari biasanya."

Benca mengangguk paham. Mau tidak mau ia harus menahan rasa laparnya itu. Pada akhirnya ia memilih untuk kembali tidur agar rasa laparnya bisa dinetralisir.

Sekitar 2 jam kemudian, kastel Albrus sudah terlihat dan Benca begitu senang. Paling tidak sebuah teh panas dan sepotong roti bisa ia nikmati untuk mengisi kekosongan perut.

" Haah, akhirnya. Uuugh perutku lapar sekali."

Benca berjalan masuk ke dalam kastel dan terus ke dapur. Namun langkahnya terhenti ketika Melanie melihat dirinya dan kemudian berteriak kepadanya.

" Heh, kenapa sudah sampai tidak langung melaporkan padaku!" pekik Melanie dengan raut wajah yang sangat kesal. " Kau tahu kan aku menunggu!" imbuhnya lagi.

Benca hanya bisa membungkuk sambil meminta maaf. Ia lalu mengikuti Melanie kembali ke kamar dan menyerahkan apa yang sudah Marquis Osgar titipkan.

" Haah bagus, nah sekarang ambilkan aku makan. Tadi saat makan siang bersama si jalangg itu aku tidak makan dengan baik."

" Baik Nona."

Suara Benca terdengar gemetar. Langkah kakinya mulai tidak seimbang. Tapi wanita itu tetap berusaha untuk bosa berjalan sampai di dapur dan mengambil beberapa makanan.

Namun ketika ia berjalan membawa nampan, sepetinya tubuhnya sudah tidak kuasa. Kepalanya berdenyut hebat dan pandangannya mulai kabur lalu hanya tinggal suara orang terjatuh dan nampan yang berisi makanan berhamburan.

Gedebuk

Krompyang

" Benca!"

Pelayan lain yang ada do dapur berteriak melihat Benca yang jatuh tidak sadarkan diri. Kebetulan sekali saat itu Roxane tengah berkeliling Kastel setelah membawa putrinya tidjr siang.

" Ada keributan apa ini?"

" Paduka, ini ... Benca pelayan Nona Melanie jatuh pingsan. Wajahnya pucat dan tubuhnya sangat dingin."

Salah satu pelayan mejelaskan apa yang terjadi pada Benca. Roxane lalu memerintahkan mereka mengangkat Benca ke kamar dan memangil dokter yang memang ada di kastel tersebut.

" Jadi, dia kenapa Dokter?"

" Maaf Paduka, sepertinya dia telat makan sehingga kondisinya seperti ini. Dan katanya Benca bari saja kembali setelah melakukan perjalan dari Selatan."

Roxane mengerutkan alisnya. Jika begitu Melanie sungguh keterlaluan terhadap pelayannya sendiri.

" Baiklah tolong salah satu rawat Benca dan aku akan menemui Melanie untuk mengonfirmasi hal ini."

TBC