NovelToon NovelToon
HIDDEN LOVE FOR MY MAID

HIDDEN LOVE FOR MY MAID

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: marriove

Cassandra Magnolia Payton, seorang putri dari kerajaan Payton. Kerajaan di bagian utara atau di negeri Willems yang dikenal dengan kesuburan tanahnya dan kehebatan penyihirnya.

Cassandra, gadis berumur 16 tahun berparas cantik dengan rambut pirangnya yang diturunkan oleh sang ayahanda dan mata sapphiernya yang sejernih lautan. Gadis polos nan keras kepala dengan sejuta misteri.

Dimana kala itu, Cassandra hendak dijodohkan dengan putra mahkota dari kerajaan bagian Timur dan ditolak mentah-mentah olehnya karena ia ingin menikah dengan orang yang dicintainya dan memilih kabur dari penjagaan ketat kerajaan nya dengan menyamar menggunakan penampilan yang berbeda, lalu pergi ke kekerajaan seberang, untuk mencari pekerjaan dan bertemulah dengan Duke tampan yang dingin dan kejam.

Bagaimana perjalanan yang akan Cassandra lalui? Apakah ia akan terjebak selamanya dengan Duke tampan itu atau akan kembali ke kerajaan nya sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon marriove, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XVII. Kepala Nona Winchell

Napasnya menjadi berat, namun tetap stabil, menunggu dengan tidak sabar perkataan lelaki didepannya yang terputus. Orang disampingnya yang ikut juga disekap badannya sudah gemetar sejak tadi, seolah tahu hidupnya akan segera berakhir, karena dihadapannya adalah Duke kejam yang terkenal, akhirnya berusaha berbicara dengan putus-putus. "Amara… dari keluarga Marquess Winchell," katanya akhirnya, melanjutkan perkataan dari temannya.

Seakan petir menyambar, wajah Alaric berubah gelap, "Amara," gumamnya dengan suara rendah, nyaris seperti bisikan maut, " Bukankah dia gadis yang selalu berusaha menggodaku... berani-beraninya dia menyentuh Lavie-ku!" Matanya yang dingin menatap dua tawanan yang tersisa. Seketika, aura mencekam memenuhi ruangan.

"Lavie," ucapnya pelan namun tegas, "Tutup mata mu dan berpaling. Kamu tidak perlu melihat ini."

Cassa menelan ludah, tahu betul apa yang akan terjadi. Meski ingin membujuknya agar berhenti, ia tahu itu sia-sia. Ia mengangguk pelan, membelakangi Alaric seperti yang diperintahkan, "Baik, Duke," gumamnya lemah, rasa percaya kepada pria itu membuatnya mengikuti perintah tanpa ragu.

Tanpa menunggu lebih lama, Alaric melangkah ke arah dua tawanan itu. Jeritan mereka menggema, namun tak bertahan lama. Dalam sekejap, keduanya terdiam selamanya, darah membasahi lantai. Alaric menghapus darah di tangannya dengan kain yang tergeletak di meja, tatapannya dingin seperti es.

"Sudah selesai," katanya kepada Cassa. Ia mendekatinya dan dengan lembut menyentuh pundaknya, "Keluarlah, aku akan menyelesaikan ini."

Cassa mengangguk, tak ingin membantah.

......................

Di malam yang sunyi, Alaric berdiri di luar kediaman keluarga Marquess Winchell. Dengan sekali gerakan tangan, sihirnya menghancurkan semua penghalang yang ada. Dalam hitungan detik, ia sudah berada di dalam kamar Amara dengan sihir teleport yang ia kuasai.

Amara, yang tengah duduk manis di kursi sambil tersenyum penuh kemenangan, terkejut melihat lelaki itu muncul begitu saja. Namun, bukannya takut, senyumnya justru semakin melebar, "Alaric," bisiknya penuh cinta, berdiri dan berlari ke arahnya. Tanpa ragu, ia memeluk lelaki itu begitu erat, "Aku tahu kau akan datang! Aku tahu kau hanya butuh alasan untuk mencariku."

Namun, tak ada balasan dari Alaric. Ekspresi dingin di wajahnya tidak berubah sedikit pun.

"Amara Vivienne Winchell," ucapnya pelan namun penuh kebencian. "Siapa pun yang mencelakai gadisku, aku pastikan mereka tak akan melihat fajar lagi."

Amara membeku, matanya melebar saat menyadari apa yang terjadi. Namun, sebelum ia sempat berkata apa-apa, Alaric sudah menghunus pedangnya. Dalam satu gerakan cepat, kepala Amara terpisah dari tubuhnya. Senyum licik yang sebelumnya menghiasi wajahnya kini sirna selamanya.

Alaric menatap tubuh tak bernyawa itu tanpa sedikit pun penyesalan. "Tak ada yang bisa menyentuh gadis milikku, camkan itu!" gumamnya sebelum berbalik dan meninggalkan ruangan, langkahnya mantap seperti seorang raja yang baru saja mengeksekusi keadilannya.

...****************...

Keesokan harinya, seluruh Kerajaan Aneila gempar dengan berita yang mengguncang semua kalangan. Amara Vivienne Winchell, putri tunggal dari Marquess Winchell, ditemukan tewas mengenaskan di kamarnya, dengan kepala terpisah dari tubuhnya.

Bagi keluarga bangsawan, berita ini adalah tragedi besar. Namun, masyarakat luas memandangnya berbeda. Reputasi Amara yang terkenal angkuh dan manipulatif membuat sebagian besar rakyat justru merasa lega. Mereka menganggap kematian Amara sebagai keadilan ilahi, meskipun mereka tidak tahu siapa pelaku di balik peristiwa itu.

Di sisi lain, Jhonatan Ashkey Winchell, sang Marquess, tampak begitu terpukul. Meski banyak yang tidak menyukai keluarganya, ia tetap seorang ayah yang kehilangan anak. Untuk menghormati status keluarganya, ia menggelar pemakaman kerajaan yang megah. Peti mati Amara dihiasi dengan ornamen emas dan permata, dan prosesi pemakaman dipenuhi oleh para bangsawan yang hadir untuk menjaga citra mereka-bukan karena belasungkawa.

Alaric, tentu saja, tidak hadir. Dia tak punya alasan untuk menunjukkan diri, apalagi di tempat seperti itu. Dari jauh, Cassa mendengar berita tentang pemakaman itu, namun ia memilih diam. Alaric tidak membahasnya, dan Cassa tahu lebih baik tidak bertanya.

Selama pemakaman berlangsung, Jhonatan berdiri di depan peti mati anaknya, tangannya mengepal erat. Wajahnya basah oleh air mata, tetapi di balik kesedihannya, terlihat amarah yang menyala. Setelah upacara selesai dan tamu-tamu mulai meninggalkan lokasi, ia memanggil bawahannya.

"Cari tahu siapa pelakunya," perintahnya dengan suara berat namun tegas, "Aku tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan atau seberapa besar kekuatan yang harus kita kerahkan. Aku ingin kepala mereka-seperti mereka mengambil kepala anakku."

Bawahannya membungkuk dalam-dalam sebelum pergi menjalankan perintah. Namun, bahkan dengan dendam yang membakar hatinya, Jhonatan tak menyadari bahwa pelaku yang ia cari adalah orang yang tidak mungkin ia sentuh. Alaric, sang Duke Kejam, adalah nama yang hanya bisa dibisikkan dengan ketakutan, apalagi dihadapi secara langsung.

Cassa termenung di kursinya, matanya kosong menatap lantai. Berita tentang Amara, gadis yang pernah mencelakai dirinya, masih berputar di kepalanya. Amara sudah mati—tepat setelah insiden itu.

Cassa menghela napas.. Alaric benar-benar pantas mendapatkan gelar itu... pikirnya. Ingatan tentang kejadian di mana ia melihat sang duke memenggal kepala pelayan dan anaknya kembali membayangi pikirannya.

Ia melirik sekeliling ruangan, mencari sesuatu untuk mengalihkan pikirannya. Matanya akhirnya jatuh pada giok yang ia beli beberapa hari lalu. Apa aku harus memberikan ini sekarang? pikirnya. Mungkin dia akan menyukainya dan mood-nya bisa membaik.

Cassa berdiri perlahan, mengambil giok itu. Saat jari-jarinya menyentuh permukaan dinginnya, ia melihat ada sinar terang yang muncul dari dalam giok. Ia mengerjap, merasa aneh. Tapi mungkin itu hanya pantulan matahari. Ia menepis pikiran aneh itu dan melangkah menuju kamar Alaric.

Ketukan lembut terdengar di pintu kayu besar itu. "Masuk," suara berat Alaric terdengar dari dalam, mengirimkan getaran aneh ke tubuh Cassa. Ia membuka pintu perlahan, menemukan sang duke duduk di kursi, fokus membaca tumpukan kertas. Aura di kamarnya terasa suram, dingin, dan menekan.

Cassa mendekat dengan hati-hati, menggenggam giok itu erat-erat. "Ada sesuatu untuk Anda yang ingin saya berikan, Duke," katanya pelan.

Alaric menoleh, pandangannya langsung jatuh pada Cassa. Tapi tatapan itu bukan tatapan dingin seperti biasanya. Ada kelembutan di sana, sesuatu yang membuat Cassa tidak bisa menahan napasnya. "Mendekatlah," katanya, suaranya rendah tapi penuh perintah.

Cassa melangkah maju, tapi berhenti ketika ia sudah cukup dekat. "Duduk di sini," kata Alaric lagi, menunjuk pangkuannya.

Cassa membelalak, terkejut. "A-apa? Tidak, saya—"

Alaric memotongnya dengan tatapan tegas. "Aku tidak suka diabaikan, Lavie."

Meski ingin menolak, Cassa tahu ia tidak punya pilihan. Alaric adalah pria yang tidak pernah menerima bantahan. Dengan ragu, ia duduk di pangkuan Alaric, tubuhnya kaku seperti batu.

Alaric menatapnya dengan ekspresi tenang tapi penuh tanda tanya, "Apa yang ingin kamu berikan padaku, hm?" tanyanya penasaran.

Cassa mengulurkan giok cantik itu, "Ini... untuk Anda. Saya pikir Anda mungkin menyukainya."

Alaric menerima giok itu, tapi alih-alih fokus pada benda tersebut, matanya menyapu pergelangan tangan Cassa. Tidak ada tanda yang sama dengannya di sana. Ia tahu ia harus bekerja lebih keras untuk membuat Cassa benar-benar jatuh cinta padanya.

"Terima kasih," katanya akhirnya, suaranya berubah lebih lembut. "Aku menyukainya. Kau memilihnya dengan sangat baik, sangat cantik sepertimu."

Cassa menggigit bibir. Ia tidak tahu kenapa, tapi pipinya mulai memanas.

"Aku hanya berpikir itu cocok untuk Anda, jadi Anda tidak usah memuji saya berlebihan!" katanya pelan, mencoba menutupi kegugupannya.

Alaric tersenyum kecil, menatap giok itu sebentar sebelum matanya kembali pada Cassa, "Kalau begitu, aku harus menyimpan ini dengan baik. Terima kasih, Lavie-ku."

Kata-katanya terdengar tulus, tapi juga membuat dada Cassa terasa aneh. Ia kesal, tapi di saat yang sama, ada sedikit rasa senang yang tidak bisa ia pahami. Apa-apaan ini? pikirnya, bingung dengan perasaannya sendiri.

Alaric memutar giok itu di tangannya, menatap kilau permukaannya dengan ekspresi tenang. Menikmati corak khas dari gioknya. Namun, setelah beberapa saat, ia berbicara dengan nada santai, seolah sedang membahas hal biasa.

"Sebulan lagi akan ada pertemuan penting. Persiapan untuk perang," ucapnya tanpa memandang Cassa.

Cassa, yang tadinya masih tenggelam dalam pikirannya sendiri, langsung tersentak, "Hah? Perang?!" serunya, matanya membelalak.

Alaric menoleh ke arahnya, tatapan lembutnya berubah sedikit lebih tajam, tapi bibirnya masih melengkungkan senyum tipis, "Ya. Perang. Apa yang membuatmu terkejut, Lavie? Kau tahu ini tak akan bisa terhindarkan."

"Tapi... tapi kenapa? Apa benar-benar harus—"

"Diam." suara Alaric terdengar rendah, tapi memotong kata-kata Cassa dengan tegas. Ia menatap gadis itu, membuatnya kehilangan keberanian untuk melanjutkan protes.

Cassa menundukkan kepala, tangannya meremas ujung bajunya, "Maaf, Duke," gumamnya.

Melihat reaksi itu, Alaric menghela napas pelan. Ia mengangkat tangannya, menyentuh dagu Cassa, memaksanya untuk menatapnya, "Kau tidak perlu takut. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu."

"Tapi... perang itu berbahaya," bisik Cassa, suaranya gemetar. Dia tahu bahwa dia adalah Tuan Putri manja dan keras kepala yang selalu dikurung di istana dengan begitu megahnya. Tidak tahu dunia luar terlalu banyak, jadi mendengar ini dia begitu khawatir. Dulu dia hanya membaca di buku sejarah, sekarang dia harus melewati dimana masa perang akan di lalui oleh semua orang. Derai tangisan, teriakan akan saling bersautan.

Alaric mengangguk pelan, matanya berkilat tajam, "Memang. Tapi terkadang, darah harus tumpah untuk menjaga kestabilan. Ini bukan tentang apa yang ingin kulakukan. Ini tentang apa yang harus kulakukan."

Cassa tidak tahu harus berkata apa. Ia menatap lelaki di depannya dengan campuran rasa khawatir, kagum, dan kebingungan.

"Percayalah padaku, Lavie. Aku tahu apa yang kulakukan," lanjut Alaric, suaranya kembali lembut, seperti mencoba meredakan kekhawatirannya, "Kau hanya perlu berada di sisiku. Itu saja."

Cassa menggigit bibir, mencoba memahami kata-kata itu. Tapi hatinya tetap tidak tenang,ya perasaan ini datang secara tiba-tiba. Apa dirinya mengkhawatirkan Alaric? "Kalau begitu... apa yang bisa saya lakukan untuk membantu Anda, Duke?" tanyanya, meski suara kecil dalam dirinya bertanya-tanya kenapa ia bahkan menawarkan diri.

Alaric tersenyum kecil, entah karena kagum atau geli, "Untuk saat ini? Hanya tetap di sini, bersamaku. Itu sudah cukup,Lavie."

Meski jawaban itu tidak memuaskan, Cassa hanya bisa mengangguk, "Baik, Duke," jawabnya pelan. Pikirannya melayang "Hanya tetap disini, bersamaku" membuat hatinya merasa sedikit hangat. Dia merasakan bahwa dirinya penting bagi Alaric tapi dia yang masih saja ingin balas dendam karena Alaric yang begitu menyebalkan menepis pikirannya.

"Cih, pintar sekali berbicara manis padaku! Aku pasti tidak akan terbuai dengan perkataannya!, " sungut Cassa dalam hati dengan penuh sungguh-sungguh.

Cassa memberanikan diri mengangkat wajahnya, meski hatinya masih diliputi kegelisahan, "Perang... perang apa yang Anda maksud, Duke?" tanyanya pelan, mencoba menjaga nada suaranya tetap sopan. Dia tidak pernah tahu ini, cih pasti Ayah dan Kakaknya yang merahasiakan ini padanya!

Alaric menyandarkan tubuhnya, meletakkan giok itu di meja, menguatkan tangannya yang berada di pinggang Cassa, "Perang dengan kekaisaran sebelah," jawabnya tegas, "Mereka ingin merebut Kekaisaran Bulan. Sumber daya kita terlalu menarik bagi mereka, dan ambisi mereka tak mengenal batas."

Cassa terdiam, kata-kata itu terasa berat di telinganya, "Jadi, mereka berani memulai perang demi kekayaan?"

Alaric mengangguk perlahan, membenarkan ucapan gadis di pangkuannya, "Itulah dunia ini, Lavie. Kekuasaan selalu berujung pada pertumpahan darah. Namun, aku tidak akan membiarkan mereka menyentuh apa yang menjadi milikku—termasuk kamu."

Mendengar itu semua, dia seperti diberi pencerahan, "Aku harus tumbuh menjadi kuat! Aku tidak ingin menjadi Tuan Putri yang lemah! Aku harus belajar saat Duke jelek ini pergi perang, tunggu aku Ayah, Ibu dan Kakak!"

...— Bersambung —...

1
okiikk_art
done ya kakk, makasih
okiikk_art
malu gak sih?
rosemarie: wkwk jelas sih
total 1 replies
okiikk_art
kasihan..
okiikk_art
apa ni udah berantem aja/Sob/
Yandj
Bagus ceritanya, q suka. Cassaric harus berlayar trs, gak sabar kelanjutannya q
rudohere
semangat terus kak🤗🤗
rosemarie: thank youu kaaa/Hey/ uda up nii hehe!
total 1 replies
rudohere
semangat nulisnya kaka😆 aku baca tulisann kaka nggak bisa berhenti nyengir, alaric ama cassa lucu banget 😁😁
rosemarie: hehehe, makasii banyak cantikk/Awkward/ ya kan ya kann, cassaric lucu banget sampe gregetan/Scowl/
total 1 replies
Aleana~✯
hai kak aku mampir,ayok mampir juga di novel ku jika berkenan 😊😊
rosemarie: makasii kak/Rose/ okaii, aku mampir!
total 1 replies
chipsz🌙
hai kak, aku dah mampir 🥰✨ temenan yukkk
chipsz🌙: hayukkk kakk🥰🥰🥰
rosemarie: wiihh, makasi suda mampir kaa/Drool/ bolee bolee, saling follow gituu kan?? nnti ngobrol bareng? /Doge/
total 2 replies
Sety_Sweet
mampir, salken ya ka
Kang cilok: Mampir juga kak ke “KAU DAN AKU, BERSAMA”😄
rosemarie: okaii ka sky, makasii suda mampir. nice to meet you too!! /Smirk//Heart/
total 2 replies
Atik Laros
udah mampir nih Thor... semangat terus ya
rosemarie: wiihh okeii kaa, makasi suda mampir loh ya/Smile//Rose/ happy holiday!
total 1 replies
yanah~
semangat kak 🤗💪
rosemarie: ih makasi banyak kak huhuhu/Sob//Heart//Heart/
total 1 replies
yanah~
ditunggu lanjutannya kak 🤗💪
rosemarie: siapp, ditunggu ya ka/Determined/
total 1 replies
¶•~″♪♪♪″~•¶
aku sudah mampir yaa/Applaud//Applaud/
¶•~″♪♪♪″~•¶: ya sama2 juga kk/Smile/
rosemarie: wii, makasi banya kaka/Hey//Heart/
total 2 replies
💫0m@~ga0eL🔱
mampir berkunjung 🙏
💫0m@~ga0eL🔱: iya, sama-sama ❤️
rosemarie: tengkyuu uda mampir looh, kakk /Hunger//Heart/
total 2 replies
rosemarie
ayo ayo tinggalkan jejak kalian disinii, jangan lupa buat beri dukungan ke aku ya!! /Bye-Bye/ terima kasi banya! /Kiss//Rose/
michiie
aku sudaa mampir yaa/Kiss/
rosemarie: duu duu, okei ka/Slight/ makasi banya loh yaa mwah /Kiss//Kiss/
total 1 replies
Dian
Lanjut thor semangat 💪🏻💕 yuk saling suport mampir jg ke karya aku “two times one love”❤️
rosemarie: wiih siapp ka, siap ka/Angry/ terima kasi banyaa loh yaa! /Hey//Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!