++ Iwan seorang pemuda usia 19 tahun, setelah ia menemukan sebuah cincin ajaib saat memancing disungai. Iwan mendapatkan kesaktian yang dipergunakan untuk memijat.
Seiring waktu banyak pasien yang telah disembuhkan, sehingga menjadi masalah karena banyak wanita yang menginginkan dia. Sehingga membuat ia terlena akan kenikmatan dunia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jamal Nurcahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
"O.... Teman tapi mesra trus menikah!" Goda Rita sambil tersenyum.
"Ya kalau jodoh mau gimana lagi mbak?" Jawab Iwan.
Shinta hanya tersenyum malu mendengar omongan mereka," Awas kamu Wan kalau gak mau nikahin aku !" Ancam Shinta dalam hati. Setelah mengobrol kesana kemari, Iwan dan Shinta pamit untuk persiapan kerja.
"Sesampai ditempat kost, Iwan berbisik" Shin... Jadi ngak?" Tanya Iwan
"Jadi apanya mas?" Timpal Shinta.
" Bocilku pingin dipeluk mamanya ?" Kata Iwan sambil tersenyum mesum ke Shinta.
"Ih... Gak!, waktunya kerja sergah Shinta melotot sambil mencubit pinggang Iwan.
" Besok boleh ?, atau nanti malam aku jemput ya, boleh ya?" Rajuk Iwan.
"Gak, udah sana lekas pulang nanti aku telat!" Tegur Shinta.
"Kalau telat nanti kujemput di KUA!" Jawab Iwan Shantai.
"Udah mas, aku masuk dulu. Mas Iwan hati hati dijalan!" Kata Shinta.
" Aku pulang ya Shin, jangan lupa nanti malam!" Kata Iwan.
"Ngapain mas?" Tanya Shinta gak paham
"Vcs!" Bisik Iwan.
" Ih.. amit amit!, gak mas. Sudah sana pulang!" Seru Shinta sambil memelototkan matanya.
"Da... Da... Da..... Shinta!" Pamit Iwan melajukan motornya sambil melambaikan tangan dan tersenyum.
Shinta segera masuk kedalam kamar kost, dilihatnya tempat tidur dan ia pun mendesah." Dasar Iwan !, kok bocilnya semakin kuat ya? Kapan hari aja 2 kali, tadi! hampir pingsan aku dibuatnya. Apa dia punya kelainan ya?" Gumamnya lirih, Shinta segera mengambil perlengkapan mandi dan pergi kekamar mandi luar.
Iwan melayangkan pandang pada deretan ruko ruko yang ramai disepanjang jalan. Ada keinginan di hatinya untuk menyewa satu ruko untuk meningkatkan bisnis pijatnya. Jalan disini paling ramai, andai bisa buka pijat disini pasti maju pesat bisnis pijatku!" Gumam Iwan. Iwan menyadari kalau tempat pijatnya jauh dari keramaian, butuh waktu yang lebih lama untuk bisa punya pelanggan yang banyak. " Andai energi batinku sudah tingkat 7 lebih tempat terpencil pun pasti banyak yang antri!" Hibur Iwan.
" Priiiiit....!" Sebuah pesan masuk dihpnya. Segera dibaca dan dibalasnya pesan itu, Iwan bergegas melajukan motor menuju arah rumahnya.
"Maaf! Kalau sudah nunggu lama Pak!" Kata Iwan sambil membuka pintu rumahnya." Mari silahkan masuk!" Kata Iwan mempersilahkan tamunya, orang itu mengikuti Iwan.
"Silahkan duduk Pak, maaf aku mau cuci muka dan tangan dulu!" Kata Iwan.
Selesai cuci muka dan tangan Iwan segera menemui orang itu," Keluhannya apa Pak, pegal pegal atau ada yang lain?" Tanya Iwan.
" Pegal pegal biasa, sama pinggang yang kadang kadang sakit!" Kata orang itu.
" Mari masuk Pak, ini kalau pakai sarung!" Kata Iwan sambil menunjuk sarung yang ada dirak.
Segera orang itu berganti memakai sarung dan memberi tahu Iwan kalau sudah siap untuk dipijat.
Iwan memulai ritual pijatnya dari telapak kaki terus kearah badan dan itupun tak membutuhkan waktu yang lama.
" Sudah selesai pak, silahkan digerak gerakkan badannya!" Kata Iwan.
"Hm Sudah terasa nyaman mas !" Kata orang itu sambil memakai bajunya.
Iwan menunggu orang itu berganti pakaian di ruang tamu.
Setelah orang itu duduk" Bapak! Jangan terlalu memforsir tenaga, jangan mengangkat yang terlalu berat Pak, jaga kesehatan!" Pesan Iwan.
"Ya gimana lagi mas Iwan, kerjanya dibangunan!" Kata orang itu sambil tersenyum.
"Terimakasih mas Iwan, Bapak pulang dulu!" Pamit orang itu.
"Iya Pak, hati hati dijalan!" Pesan Iwan.
Tak lama setelah orang itu pergi, sebuah motor masuk ke halaman.
" Eh Dewi ! ada apa perlu apa dia?"Gumam Iwan sambil berjalan kearah pintu.
" Ayo masuk mbak!" Suruh Iwan.
" Ini mas, aku bawakan bakso !"
Kata Dewi sambil menyodorkan tas plastik.
"Wah... Trimakasih mbak!" Kata Iwan tersenyum sambil terus berjalan kedapur, Dewi pun tanpa sadar mengekor dibelakang Iwan. Iwan menaruh tas plastik itu dimeja dapur dan mengambil 2 buah mangkuk dari lemari.
"Disini Mas Iwan sendirian?"
Tanya Dewi. Iwan yang gak tahu kalau Dewi mengikutinya berjingkat kaget dan menoleh, Dewi tertawa lirih melihat Iwan.
"O... Aku disini berdua!" Jawab Iwan.
" Sama Ibu, Bapak atau saudara mas?" Tanya Dewi.
Sama wanita cantik yang barusan bikin aku kaget!" Jawab Iwan sambil menggerak gerakkan kedua alis matanya, dengan gemas Dewi mencubit pinggang Iwan.
Setelah selesai makan bakso, Iwan segera memasak air untuk bikin kopi dan teh," Biar aku yang bikinkan mas!" Kata Dewi sambil mencuci mangkok dan sendok. "Sudah gak papa!" Sergah Iwan yang masih meletakkan gelas dan mengambil kopi, gula dan teh celup. Dewi pun segera menghampiri Iwan hingga mereka berdiri berjajar, Iwan segera mengalah dan duduk memandangi Dewi.
Dewi yang merasa dipandangi tampak kikuk dan tersipu malu, segera dia menyeduh kopi dan teh.
" Cantik sekali" gumam Iwan saat Dewi menyodorkan kopi dihadapan Iwan, Dewi yang mendengar gumaman Iwan hanya tersenyum manis.
"Hari ini kamu gak kerja mbak?" Tanya Iwan.
" Masuk pagi mas, pulang kerja terus kesini!" Kata Dewi.
"Gak capek?" Tanya Iwan
"Ya sedikit sih!" Jawab Dewi.
" Sini aku pijiti!" Sambil memegang tangan Dewi dan mulai memijat lembut.
Dewi yang gak menyangka dengan aksi Iwan hanya terpaku rasa nikmat pijatan Iwan membuat hatinya semakin berdebar membuat ia semakin tertunduk malu.
Iwan semakin berani memijat dewi, dari tangan kanan berganti ketangan kiri membuat Dewi merasakan desiran desiran yang membuat matanya terpejam. Iwan semakin mendekat dan mengecup bibir Dewi, dari serangan kecil semakin merembet menjadi serangan besar. Melumat, mengulum dan menghisap terjeda oleh tarikan nafas, membuat Iwan semakin mempergencar serangannya.
Disusupkan tangannya hingga dapat meraih buah yang besar menggoda.
Diremas dan dipilinnya buah itu dengan lembut hingga terlepas dari bungkus yang melindungi, sehingga Dewi sangat menikmati semua yang terjadi.
Iwan menggendong Dewi tanpa melepas pangutan pangutan liarnya, dibawanya kedalam kamar dan menidurkannya di atas tempat tidur.Peperangan besar mulai tercipta,jeritan dan leguhan semakin terdengar saat tirai tirai senjata mulai terbuka. Tombol tombol mulai diaktifkan, pergerakan pun semakin intensif. Lembah yang basah mempesona
menjadi sasaran yang terkunci, rudal pun meluncur membelah hingga tepat disasaran. Pelan tapi pasti rudal itu mulai menyentuh lembah, memasuki jurang dengan pelan.
Terdengar jeritan dan erangan hingga menjepit, rudal yang terhenti mulai menambah kekuatannya hingga menembus yang terdalam dari lembah. Iwan berhenti sejenak, dilihatnya ada cairan merah mengalir. Iwan pun teringat akan Siti yang membutuhkan cairan itu, segera jarinya bergerak mengusap hingga cairan itu diserap oleh cincinnya.
Iwan dan Dewi masih melanjutkan peperangan itu, gempuran demi gempuran membuat Dewi kewalahan hingga pertahanannya meledak satu demi satu. Iwan semakin mempercepat gempurannya hingga diujung peperangan, terjadilah ledakan dahsyat yang dilontarkan Iwan.
Mereka mengakhiri peperangan itu dengan pelukan hangat dan ciuman ciuman kecil.
***
Bersambung....