Selena diusir dari rumah karena dia lebih memilih menjadi penulis novel online daripada mengurus perusahaan keluarganya. Kedua orang tuanya tidak setuju dia menulis novel karena hampir seluruh novel yang dia tulis adalah novel dewasa.
Dia kira hidupnya akan tenang setelah menyewa apartemen sendiri tapi ternyata tidak. Dia justru diganggu oleh komentar negatif secara terus menerus. Merasa jengkel, Selena melacak keberadaan pemilik komentar negatif itu dan ternyata berada di sebuah perusahaan film.
Selena berpura-pura menjadi cleaning service dan bekerja di perusahaan itu. Dia curiga pada Regan, CEO di perusahaan itu. Berniat mengganggu Regan tapi dia justru yang merasa kesal dengan tingkah Regan yang sangat menyebalkan.
Apakah memang Regan yang menulis komentar negatif di novel Selena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
"Ada apa?" tanya Sagara sambil mendekatkan makanan di depan adiknya. Dia sengaja membawa Selena ke restoran favoritnya agar Selena bisa meluapkan kesedihannya lewat makanan.
Selena tersenyum melihat makanan kesukaannya. "Wah, ayam bakar spesial." Sambil makan, dia memberikan ponselnya pada kakaknya. "Kakak baca komentar-komentar itu. Berawal dari Mister R, lalu sekarang banyak komentar yang menyerangku. Bahkan Mister R sampai berani mengancam lewat DM."
Sagara mulai membaca semua komentar itu sambil menautkan alisnya. Komentar itu memang cukup menyakitkan apalagi sampai menghina didikan orang tua dengan kata-kata kasar. "Kamu laporkan saja. Biar masalah ini cepat selesai."
Selena terdiam sambil menyantap makanannya. Dia menelannya terlebih dahulu sebelum berbicara. Dia mengedarkan pandangannya untuk memastikan tidak ada yang mengikutinya. Tidak ada yang mencurigakan karena semua orang sedang sibuk dengan pasangan dan keluarga masing-masing. "Sebelumnya aku sudah menyelidiki akun itu. E-mail akun itu atas nama Regan dan berada di LCE."
"Jadi kamu sengaja menyamar jadi cleaning service untuk meneror Regan?"
Selena menganggukkan kepalanya. "Tapi gak ada efek."
"Bagaimana kalau kamu salah sasaran. Setahuku, Regan ini sangat perfeksionis. Dia tidak mungkin melakukan hal memalukan seperti ini."
Selena tersenyum miring. Dia mengambil air minum dan meneguknya. "Kak Saga masih belum tahu gimana si duda itu sebenarnya. Pasti Kak Saga pernah bertemu saat acara resmi saja, jelaslah dia menunjukkan sikap sempurnanya."
Sagara mengembalikan ponsel Selena. "Kirim semua bukti itu padaku. Aku yang akan melaporkannya. Aku akan suruh tim IT resmi untuk melacak keberadaannya yang sebenarnya."
Selena menganggukkan kepalanya. "Tapi aku akan tetap bekerja di tempat si duda, aku belum puas menerornya."
"Elen, kalau ternyata bukan Regan, dia bisa mengancam balik kamu. Berhenti bermain-main seperti ini. Kamu keluar dari perusahaan itu dan istirahat di rumah saja. Untuk sementara, kamu juga jangan update cerita dulu. Tenangkan pikiran kamu dulu."
Selena menggelengkan kepalanya. "Kalau aku tidak berbuat apa-apa, aku tidak akan tenang."
"Elen, kamu keras kepala sekali. Ya sudah, nanti kirim semua buktinya. Aku akan segera melaporkan kasus ini. Setelah pelaku terbukti dan tertangkap, kamu harus segera berhenti dari perusahaan itu."
Selena menganggukkan kepalanya dan kembali menyantap makanannya.
"Atau kamu sudah tertarik sama duda itu? Aku tahu, dia tipe kamu. Ahjussi ...." goda Sagara yang membuat Selena hampir tersedak.
"Aku? Suka sama si duda? Gak mungkin."
Sagara hanya tersenyum melihat ekspresi adiknya. Dia sangat sabar menunggu Selena menghabiskan semua makanannya. Bahkan dia kini memesan makanan lagi untuk Selena bawa pulang.
"Elen, kalau ada apa-apa, langsung hubungi aku saja. Aku tahu kamu gengsi menghubungi Mama dan Papa. Sebenarnya Mama dan Papa juga sangat kangen sama kamu. Kamu pulang ke rumah juga tidak apa-apa."
Selena hanya menganggukkan kepalanya. "Iya, nanti pasti aku akan pulang ke rumah. Aku sudah terlanjur sewa apartemen sampai tiga bulan. Besok-besok aku akan menemui Mama. Aku juga kangen sama Mama."
Kemudian Sagara berdiri dan segera membayar semua makanan Selena. Sedangkan Selena kini ke toilet sambil membawa tasnya. Saat akan masuk ke dalam toilet, tiba-tiba ada yang menyenggolnya dari belakang hingga membuatnya hampir terjatuh.
"Hei!"
"Maaf," kata pria yang memakai masker itu lalu buru-buru pergi.
Selena hanya mengangkat bahunya. Dia masuk ke dalam toilet lalu mencuci tangannya dan membenarkan rambutnya.
Setelah selesai, dia keluar dan berjalan mendekati Sagara yang sudah menunggunya.
"Mau langsung pulang?"
Selena bergelayut di lengan kakaknya sambil berjalan. "Iya. Aku capek mau istirahat."
"Ingat, jangan menulis dulu kalau mood kamu masih belum stabil."
Selena hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian dia masuk ke dalam mobil bersama kakaknya.
...***...
"Hpku dimana?" Selena baru menyadari jika ponselnya tidak ada di dalam tas saat dia sudah sampai di unit apartemennya. Dia mengeluarkan semua isi tasnya dan hanya ada dompet serta peralatan make upnya. "Ketinggalan di restoran atau ketinggalan di mobil Kak Saga?" Selena segera menghubungi kakaknya lewat telepon apartemennya. Sampai beberapa kali nada sambung Sagara tak juga mengangkat panggilannya.
Hingga akhirnya bel apartemennya berbunyi. Selena menoleh dan meletakkan gagang telepon itu. Buru-buru dia menuju pintu dsn membukanya tanpa pikir panjang. Dia kira kakaknya tapi ternyata tidak ada siapapun dan saat dia akan melangkah, tanpa sengaja dia menginjak sesuatu.
"Hpku!" Selena mengambil ponselnya yang terinjak lalu membawanya masuk. Dia segera menutup pintu.
Selena duduk di sofa sambil menghidupkan ponselnya. "Kenapa hpku bisa di depan pintu. Siapa yang mengambil lalu mengembalikannya?"
Dia segera melihat saldo m-bankingnya dan aman. Kemudian dia membuka aplikasi novel onlinenya dan semua komentar buruk itu sudah lenyap dari kolom komentar.
"Kenapa tidak ada komentar sama sekali. Bukti itu sudah hilang. Tapi aku masih punya beberapa tangkapan layar." Selena segera membuka galeri untuk melihat tangkapan layar tapi tidak ada sama sekali. Dia justru melihat sebuah pesan ancaman di galerinya.
Aku sudah tahu kamu di dunia nyata, tidak perlu lagi meneror kamu lewat komentar. Sekarang, kamu tidak punya bukti lagi untuk menuntutku. Jika kamu ingin aman, pindah profesi dan pergi jauh dari tempatmu sekarang.
Selena menggenggam erat ponsel di tangannya. Napasnya terasa sesak karena emosi dan ketakutan itu bercampur menjadi satu. "Tidak ada yang tahu apartemenku selain Regan. Sepertinya dia terus mengikutiku. Besok aku akan mengakhirinya!"
...***...
"Ivan, apa tim produksi sudah menerima balasan dari Peri Halu?" tanya Regan saat dia berjalan menuju ruangannya pagi hari itu.
Ivan menggelengkan kepalanya. "Belum. Pesan hanya dibaca saja, tanpa ada penolakan maupun persetujuan."
Regan duduk di kursinya. Dia melihat ruangannya seperti tidak dibersihkan pagi hari itu dan ada bau yang tidak sedap. "Regan, Selena tidak membersihkan ruanganku pagi ini?"
"Saya tidak tahu, biar saya panggilkan Selena."
"Iya, cepat panggilkan dia!" Regan mengibas hidungnya karena bau bangkai itu semakin menyengat.
Tepat saat Ivan membuka pintu, Selena datang dan melangkah masuk ke dalam ruangan Regan dengan suara langkah kaki yang menggema. Dia memakai baju serba hitam, dengan jaket kulit hitam dan rambut dikuncir kuda. Dia menyatakan perang secara langsung dengan Regan.
"Pak Regan, mau perang denganku!" Dia semakin mendekat dan meletakkan kakinya di atas kursi. "Aku tidak akan takut!"
Regan hanya tertawa melihat tingkah Selena. Dia membuka laci mejanya dan terkejut melihat tikus mati yang bersimbah darah.
Seketika Regan berdiri. Dia menutup hidung dan mulutnya.
"Darah ...." Regan memundurkan langkah kakinya dan bersandar di tembok. Tubuhnya terasa lemas saat dia melihat darah. Kejadian di masa lalu menbuatnya trauma melihat darah. Seketika wajahnya menjadi pucat dan nyaris pingsan.
"Pak Regan, hebat sekali akting Anda."
"Pak Regan!" Ivan segera berlari dan menahan tubuh Regan. "Selena! Kamu sengaja melakukan ini pada Pak Regan. Kamu terus meneror dan membahayakan nyawanya. Aku akan laporkan kamu pada polisi."
"Maksudnya apa? Aku tidak mengerti?" Kemudian Selena melihat tikus mati dan darah berceceran di dalam laci itu. "Bagaimana bisa? Aku tidak melakukan ini."
adududu sepeda baru....
waduh....ada yang cemburu....
wkwkwkwkwkwk....
mantap... Selena diperebutkan kakak beradik.... ahay.
gimana ya besok reaksi Selena ketika dia tau.... nggak sabar nungguin besok....