Olivia baru pertama kali berpergian tanpa pantauan kedua orang tuanya yang sangat posesif. karna rasa penasaran akan seperti apa dunia malam membuat Olivia masuk dalam penjara tawanan gairah pemuda impoten, Keenan Pradipta.
Percintaan panas yang terjadi satu malam menjadi alasan kuat Keen untuk menjadikan Olivia sebagai istrinya.
“Gairahku hanya ada padamu, cantik. Lalu kenapa aku harus melepaskanmu?” tanya Keen dengan tangan yang melingkar mesra dipinggang Olivia.
“Gairah-gairahmu kenapa juga aku yang menderita, ha? dasar pria gila impoten lagi!” umpat Olivia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCPI 14
Keen menarik tengkuk Oliv hingga bisa melumat bibir ranum itu, saling bertukar saliva meskipun sedikit kaku dari Oliv. Terus saling menikmati pagutan bibir sama lain hingga Keen membawa tubuh Oliv untuk duduk di pangkuannya. Pagutan bibir itu terlepas tergantikan dengan tatapan tajam dari Keen.
“Mengapa kau melakukan itu, hem?” tanya Keen, kali ini suaranya lebih lembut dari pada yang tadi.
Oliv bingung harus menjawab apa, jujur maka pasti Keen akan semakin marah. Berbohong sangat tidak mungkin dilakukan dalam posisi seperti ini. “Aku hanya ingin mencari udara segar tapi malah kau mengunci pintu, hingga aku terpaksa menekan tombol keramat itu.” jelas Oliv.
Pria tampan itu menghela napas panjang saja mendengar apa yang dikatakan Oliv. Tidak menyalahkan seratus persen apa yang Oliv lakukan, Keen juga merasa bersalah soal itu.
“Kau tahu, apa yang kau lakukan ini sangat berbahaya melebihi apapun, Oliv. Bagaimana kalau orang-orang mengira itu beneran? Kau bisa mati mungkin terpijak orang-orang..” ucap Keen yang mana membuat Oliv langsung menunduk.
“Apapun alasanmu kali ini ulahmu sungguh tidak bisa dibenarkan, aku akan menghukummu nanti.” ucap Keen dengan sangat tegas, ia mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Keen terus mengomel dengan posisi Oliv yang masih duduk di pangkuannya. Wanita itu mendengarkan semua ocehan Keen dengan memainkan satu persatu kancing kemeja yang Keen pakai. Sebenarnya tidak terlalu didengarkan oleh Oliv, hanya mengangguk saja seolah mengerti dan mendengarkan.
“Sayang, kau mengertikan apa yang aku katakan?” tanya Keen dengan sangat serius.
“Mengerti, Kak!”
“Kalau begitu katakan apa yang aku ucapkan tadi,” Perintah Keen yang mana membuat Oliv langsung mendongak menatap bingung Keen yang fokus menatap jalanan. “Kenapa? Kau tidak dengar apa yang aku katakan tadi?” tanya Keen lagi.
“Dengar kok dengar, aku mengerti apa yang Kakak katakan!” Oliv berbohong tentunya, sebenarnya ia tidak menghiraukan sama sekali omelan Keen tadi. Sekarang malah disuruh mengulang apa yang Keen katakan tentu saja membingungkan bagi Oliv.
“Kalau dengar ya cepat katakan, ulangi secara detail..” Perintah Keen lagi, pria itu berhenti mengemudi karna lampu merah. Mengalihkan menatap Oliv yang juga menatapnya, terlihat wajah menggemaskan itu sedang bingung.
Keen gemas sekali, ia mencium berkali-kali pipi Oliv hingga wanita itu menjerit kesal. Tidak hanya itu, Keen tidak akan puas kalau hanya melakukan itu pada wajah menggemaskan Oliv. Tapi, juga mendusel dusel diwajah cantik itu hingga Oliv merasakan geli karna kumis Keen yang sedikit tipis itu terasa dikulit wajahnya.
“Kak, hentikan!” Oliv menjauhkan wajahnya, ia menatap kesal Keen yang malah tersenyum senang. Dan bahkan tertawa karena sudah merasa puas melihat Oliv yang sudah kesal itu.
“Wajahku bukan boneka, asik dicium terus malah di_”
“Jelaskan cepat, jangan mengalihkan topik pembicaraan!” perintah Keen lagi, kali ini sudah melanjutkannya perjalanan lagi.
“Aku dengar semua yang Kakak katakan tadi, dan aku mengaku salah. Aku hanya bosan di ruangan sempit seperti itu karna tidak ada hal yang bisa aku lakukan kecuali hanya berdiam diri didepan telivisi,” Keluh Oliv kepada Keen yang setia mendengarkan.
“Jadi, kau tidak suka Apartemen itu?” tanya Keen yang mana Oliv angguki. Sekalipun tidak itu alasan terbesarnya, hanya alibi saja agar Keen berhenti memarahinya.
Sungguh Oliv tidak menduga jika… .
~
Keen membawa Oliv menuju Rumah mewah yang mana milik Keen sendiri, ia membeli atas uang sendiri tanpa bantuan sang ayah. Sebuah rumah mewah dengan halaman yang sangat luas dan banyak bunga-bunga dan pohon besar yang mana membuat udara sangat segar.
“Mulai sekarang kita tinggal disini, tempat lebih luas dan kau bisa bebas mau melakukan apapun disaat aku sedang bekerja nanti,” ucap Keen dengan senyuman bahagianya.
Oliv masih menganga tidak percaya dengan apa yang ia lihat, bukan ini maksudnya. Tapi.. “Rumah ini sangat luas kalau hanya kita berdua yang menempati, Kak..” ucap Oliv yang mengikuti langkah Keen untuk masuk kedalam rumah.
Ada banyak pelayan yang menunduk hormat padanya, ternyata isi dari rumah itu pun tidak kala mewah. “Nanti lama-lama juga kita akan memiliki anak bukan?” pertanyaan Keen membuat Oliv terkejut.
“Anak?” tanya Oliv, ia tersenyum kecut mendengarnya. “Bagaimana mau punya anak kalau aku berencana mau minum pil KB?” gumam Oliv di dalam hati.
Keen menarik tangan Oliv lalu memeluk wanita itu sangat erat. “Iya, sayang.. Aku sudah tidak sabar memiliki anak yang sangat mirip denganku atau denganmu nanti. Intinya anak kita harus lebih dari dua nanti,” ucap Keen diselingi tawa bahagianya.
Sungguh Oliv tidak mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh Keen. Pria itu sudah sangat jauh memikirkan tentang masa depan pernikahan, sementara restu saja belum mereka dapatkan.
“Minta restu sama orang tuaku dan orang tuamu dulu, Kak..” ucap Oliv.
Tidak ada jawaban dari Keen, bukan tidak mau menjawab melainkan bingung harus menjawab apa. “Aku akan melakukan itu nanti, tapi sekarang aku sedang mengejar sesuatu dan itu sangat penting untuk masa depan kita. Setelah semua itu sudah aku dapatkan, maka aku akan membawamu ke jenjang yang lebih nyata lagi.” ucap Keen dengan sangat penuh keyakinan.
Oliv mengangguk saja seolah percaya, padahal yang sebenarnya terjadi Oliv hanya pura-pura percaya saja. Oliv merasa jika keputusan untuk meminum pil KB sangatlah tidak salah, mengingat Keen masih sangat berambisi sekarang.
“Kak, antar aku ke Apotik. Mau mencari vitamin yang aku katakan pagi tadi,” pinta Oliv yang mana Keen mengangguk saja.
“Ayo, sayang..” Keen meraih tangan Oliv, mereka berjalan beriring dengan Oliv yang terus menatap tanganya yang selalu digenggam oleh Keen.
Semakin lama Oliv semakin merasa jika Keen benar-benar menjadikan dirinya selayaknya tawanan. Benar-benar tidak bisa pergi sekali pun hanya sebentar saja, kehidupan Oliv sudah dirampas oleh Keenan Pradipta sekarang.
“Ternyata rumah seluas ini membuatku sadar jika aku benar-benar tawanan pria gila ini,” gumam Oliv di dalam hati sambil menatap punggung belakang Keen yang sangat perkasa.
Oliv menyadari bahwa dirinya benar-benar tawanan dan sepertinya akan selamanya menjadi seperti itu.