Anyelir adalah salah satu nama apartemen mewah yang terletak di sudut kota metropolitan. Suatu hari terjadi pembunuhan pada seorang wanita muda yang tinggal di apartemen anyelir 01. Pembunuhnya hanya meninggalkan setangkai bunga anyelir putih di atas tubuh bersimbah darah itu.
Lisa Amelia Sitarus harus pergi kesana untuk menyelidiki tragedi yang terjadi karena sudah terlanjur terikat kontrak dengan wanita misterius yang ia ditemui di alun-alun kota. Tapi, pada kenyataan nya ia harus terjebak dalam permainan kematian yang diciptakan oleh sang dalang. Ia juga berkerjasama dengan pewaris kerajaan bisnis The farrow grup, Rafan syahdan Farrow.
Apa yang terjadi di apartemen tersebut? Dan permainan apakah yang harus mereka selesaikan? Yuk, ikutin kisahnya disini.
*
Cerita ini murni ide dari author mohon jangan melakukan plagiat. Yuk! sama-sama menghargai dalam berkarya.
follow juga ig aku : @aca_0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Cuti libur Rafan sudah habis hari ini tapi Rafan terpaksa memperpanjang cuti dua hari lagi karena ia akan pergi ke Villa D'sun untuk menyelediki Villa tersebut yang dicurigai sebagai tempat Clarissa disembunyikan.
Walau sebenarnya Rafan meragukan pembunuh itu akan membawa Clarissa kesana. Tapi, seperti kata Lisa, meskipun hanya ada kemungkinan kecil tetap harus di coba. Siapa tahu memang berhasil dan bisa memberikan titik awal yang baik yang bisa mereka jadikan sebagai acuan.
Dalam mobil Rafan berkali-kali menghela nafas, ada gurat lelah di wajahnya. Tadi malam Rafan kembali begadang bersama Lisa, mendiskusikan tentang rencana selanjutnya yang akan dilakukan.
Dulunya Rafan bahkan tidak peduli terhadap sekitar, namun, ancaman yang ia terima dalam bentuk paket itu memaksanya untuk masuk kedalam permainan gila, Bloody game. Begitulah sang dalang memberi nama permainan bertaruh nyawa itu.
Sementara Lisa masih sibuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan seperti kamera, notebook, yang akan digunakan untuk merekam dan mencatat.
Berapa lama lagi kau akan bersiap?
Satu pesan dikirimkan Rafan, pria itu juga menambahkan emoji kesal pada bagian akhir chat, setengah jam sudah ia menunggu Lisa di parkiran. Jika Lisa masih belum datang lima menit lagi, Rafan bersumpah akan meninggalkan Lisa.
Lisa menyimpan ponselnya dalam tas setelah membaca pesan yang dikirim Rafan, ia tidak berniat membalasnya. Kemudian setelah itu ia segera keluar tentu saja setelah memastikan semua jendela memang terkunci.
"Jika tidak datang dua menit lagi ku pastikan kau tidak jadi ikut,"Dengus Rafan saat Lisa masuk.
"Kan yang penting sekarang aku sudah disini. Ayo, jalan!"
Rafan berdecak kesal, sudah terlambat sekarang malah memerintahkannya dengan seenak jidat, dia pikir dia siapa.
Mobil Rafan melaju cepat meninggalkan pekarangan anyelir, membelah jalanan siang itu dengan deru keras mobilnya. Tempat yang mereka tuju butuh waktu satu jam perjalanan.
" Aku masih penasaran kenapa kamu bisa tinggal di Anyelir?"Tanya Rafan melirik sekilas dengan tatapan curiga.
"Bukan urusanmu."Jawab Lisa tak acuh .
"Jelas urusan ku, secara tidak terduga kamu pindah dan kemudian terjadi pembunuhan."kata Rafan.
"Bukan tidak mungkin kamu yang melakukan nya,"Tambah Rafan.
"Bukan tidak mungkin juga kamu yang melakukan nya,"balas Lisa sengit.
"Aku punya alasan yang jelas, aku datang kesini untuk mencari tahu siapa yang sudah mengirim paket aneh kerumahku."ucap Rafan.
"Bisa saja kamu si pengirim paket itu lalu berpura-pura sebagai korban,"Lisa mendekat kan badan kearah Rafan, disipitkan sedikit matanya lalu berucap pelan, "Kamu pindah kesini tepat setelah Aruna dibunuh. Aku juga sedang mencurigaimu,"
Keduanya saling melemparkan kecurigaan , bagi Lisa bertemu Rafan di Anyelir adalah sesuatu yang perlu di curigai. Orang yang memiliki banyak properti dan rumah mewah kenapa harus memilih Anyelir. Hanya ada dua kemungkinan, yang pertama memang Rafan datang untuk mencaritahu siapa pengirim paket misterius ke rumahnya dan yang kedua Rafan adalah orang yang ada dibalik dua pembunuhan yang terjadi di Anyelir.
Sementara bagi Rafan, Lisa juga sangat mencurigakan. Orang dari keluarga kelas bawah, datang ke apartemen mewah tidak lama setelah Aruna dibunuh. Dari yang Rafan lihat Lisa tidak akan mampu menyewa salah satu apartemen tersebut.
Setelah menempuh perjalanan cukup jauh mobil mulai memasuki kawan Villa D'sun, Bangunan mewah dua lantai yang sangat luas itu nampak elegan, berdiri megah diantara pohon pinus yang mengelilingi nya.
Rafan memarkirkan mobilnya di parkiran khusus, hanya kerabat dekat Adrian dinata yang boleh parkir di situ.
" Selamat siang Pak Rafan, ada yang bisa saya bantu."Salah satu pekerja mendekat tepat setelah Rafan turun. Pria baruh baya dengan tubuh menjulang tinggi, wajahnya sangar dan ada banyak tato di sekitar lehernya. Pada seragamnya di bordir namanya dengan jelas, Joko, petugas keamanan yang sudah bekerja disini sejak di berdirinya Villa D'sun.
"Apakah sudah ada yang menyewa Villa untuk hari ini?" Tanya Rafan. Sementara Lisa memperhatikan sekitar, ia biarkan saja Rafan yang melakukan wawancara.
"Sudah pak. Keluarga Amber sudah menyewa untuk tiga hari kedepan pak, mereka akan mengadakan pesta ulang tahun mewah untuk putri bungsu monic Amber." Jawab Pak Joko dengan sopan.
"Sebelum nya siapa yang menyewa?"
"Beberapa mahasiswa dan mahasiswi, Pak." Meski bingung dengan pertanyaan Rafan, pak joko tetap menjawabnya.
"Tanyakan padanya mahasiswa darimana?" Bisik Lisa, ia sudah selesai memperhatikan sekitar dan mengambil gambar beberapa.
Rafan mendengus, lantas berjalan masuk kedalam Villa meninggalkan Lisa yang menatapnya bingung.
"Apa bapak ada menyimpan foto mereka? Kalau ada, boleh saya lihat sebentar? Sebenarnya Rafan kesini untuk membantu saya menemukan adik saya yang kabur pak. Kebetulan dia juga seorang mahasiswi." Kata Lisa berusaha membuat raut wajah se-cemas mungkin.
"Ada, sebentar." Pak Joko masuk kedalam Villa. Lisa tertarik melihat beberapa pekerja wanita yang terlihat sibuk mondar mandir dari tadi, keluar masuk Villa sambil membawa banyak barang.
Tak lama kemudian Pak joko kembali dengan membawa pigura berukuran sedang di tangannya.
"Ini,"
Lisa mengambilnya. Ia perhatikan satu persatu wajah orang yang ada dalam foto tersebut, barangkali ada Clarissa disana. Tapi,
Tunggu!
Vanya?
Kenapa ada Vanya dalam foto tersebut? Seharusnya Vanya masih di rumah sakit karena operasi yang sempat tertunda akan dilakukan nanti malam. Vanya sudah di rawat dirumah sakit selama satu minggu.
"Berapa hari mereka di sini pak? dan kapan mereka pergi?" Tanya Lisa sembari mencengkeram pigura tanpa sadar.
"Ada apa? Salah satu dari mereka adik kamu?"
"Ayo pulang!" Rafan muncul kembali dari dalam Villa, entah apa yang dilakukan di dalam sana dalam waktu yang sebentar itu.
"Antarkan aku ke rumah sakit," kata Lisa.
"Ada apa? kamu sakit?" Rafan menempelkan telapak tangannya di kening Lisa, "Suhu tubuhnya normal,"
"Antarkan aku ke rumah sakit, Raf, please!!" Kata Lisa lirih. ia tidak bisa menahan perasaannya yang campur aduk, ia tidak akan bisa tenang jika tidak memastikan sendiri. Ia harus melihat apakah vanya masih berada dirumah sakit atau tidak.
"Baik, baik," Rafan tidak lagi bertanya, melihat raut gelisah diwajah Lisa membuatnya percaya bahwa gadis itu tidak sedang bercanda.
"Terimakasih, pak joko. Kalau om Adrian kesini tolong sampaikan salam saya," pamit Rafan.
"Hati-hati dijalan, pak." Pak Joko mengiringi kepergian mobil Rafan dengan sorot matanya yang tajam. Setelah mobil Rafan tidak lagi kelihatan, pak Joko kembali berkeliling Villa.
Mobil sudah meninggalkan Villa lima belas menit lalu, Lisa tetap bungkam dengan raut cemas yang kian kentara. Sebenarnya ada apa? Rafan hanya bisa menebak-nebak, sebab, kalaupun bertanya ia tidak akan mendapatkan jawaban sekarang.
Lisa berkali-kali mencoba menghubungi Jerry, ponselnya malah tidak aktif membuat Lisa semakin cemas. Mencoba menghubungi nomor Vanya pun juga tidak aktif.
Astaga! Kenapa mereka suka sekali mematikan ponsel. Atau ini sebuah pertanda bahwa telah terjadi sesuatu pada kedua adiknya.
"Raf, bisa lebih cepat?"
"Ini sudah cepat, Sa. Kalau lebih cepat lagi polisi akan mengejar kita."
Lisa tahu. tapi, sungguh, ia hanya ingin cepat sampai di rumah sakit dan memastikan adiknya masih ada disana. Lisa takut, ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu yang buruk pada adiknya.
...***...
Jangan lupa vote, komen dan subscribe yaa