Anggita Dewi Asmara setelah kehilangan kedua orang tuanya ,kini Anggita tinggal memiliki seorang adik bernama Anjas Dwi Bagaswara adik laki laki satu satunya yang ada di dunia ini .
Namun , satu tahun yang lalu , Anjas divonis menderita jantung koroner hingga di haruskan menjalani perawatan intensif yang membutuhkan biaya ratusan juta setiap bulannya . dan Anggita tidak memiliki uang sebanyak itu , setelah keluarganya hancur dan menjadikan dirinya dan adiknya harus menjalani kehidupan yang sangat sederhana .
dan suatu hari datang seorang pria datang mengulurkan tangan padanya . dia bernama Maxsim putra Samudra , seorang presdir BIRTH AND MEETING GROUP . Yang memang sedang membutuhkan seorang istri kontrak untuk menghindari perjodohan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13 Emotikon Love
Anggita tidak lagi menghiraukan Rosa . Dia segera pergi ke ruangan Pak Narendra .
"Pagi , Pak Narendra . Anda memanggil saya ?." ucap Anggita yang masih berdiri di ambang pintu menunggu dipersilahkan . Sambil terus meremas ujung pakaiannya untuk menenangkan kegelisahannya .
"Masuklah Anggita ."
Mendengar itu Anggita segera masuk ke dalam dan berdiri di depan meja kerja Pak Narendra yang masih kelihatan sibuk menandatangani beberapa berkas kerja sama dengan perusahaan lain.
Setelah hampir dua menit Pak Narendra mengangkat wajahnya untuk menatap Anggita . Pada saat ini Anggita menelan ludahnya dan segera meminta maaf .
"Maaf kalau telah mengecewakan Anda . Saya akan berusaha lebih giat lagi pada kesempatan berikutnya ."
Pak Narendra yang baru akan bicara telah di dahului oleh Anggita hanya bisa diam mendengarkan apa yang di katakan oleh Anggita .Dan akhirnya Pak Narendra tertawa terkekeh dan meminta Anggita untuk menegakkan badannya .
"Anggita , saya baru tahu ternyata kamu sangat pesimis , dan percaya diri yang tinggi ." lontar Pak Narendra membuat Anggita mengerutkan keningnya .
"Maaf ...
"Saya tidak butuh ucapan maaf dari mu ."
Ucapan Pak Narendra membuat jantung Anggita seakan berhenti berdetak beberapa detik , wajahnya pucat dan telapak tangannya berkeringat .
"Pak Narendra , Mohon beri saya kesempatan . Tolong pertimbangkan apa yang sudah aku lakukan beberapa tahun ini . Saya janji akan berusaha lebih baik lagi ,tolong jangan pecat saya ."
Pak Narendra tertawa mendengar ucapan dan berbagai macam permohonan dari bibir Anggita yang membuat dirinya tergelitik . Tentu saja membuat Anggita heran dan merasa dirinya sangat bodoh .
"Anggita , kamu ini bicara ? Kenapa jadi ngelantur tidak jelas . Siapa yang bilang Saya akan memecat kamu ." Pak Narendra masih belum bisa menahan tawanya melihat ekspresi Anggita .
"ah ...jadi Anda memanggil saya pagi pagi bukan untuk memecat saya ."
"Tentu saja tidak , bagaimana mungkin saya akan memecat kamu , yang sudah memenangkan tender sebesar ini .? Mana mungkin saya bisa menyia nyiakan karyawan yang genius seperti kamu ."?
"Eh...Tender besar ?
"Ya , Bridt And Meeting telah memutuskan dan memilih Moonlight untuk mengaudit laporan tahunan . Semua ini berkat kamu Anggita . Kamu adalah bintang keberuntungan untuk saya ."
Anggita terkejut mendengar ucapan Pak Narendra hinga tidak dapat bereaksi . Pak Narendra telah berdiri kursinya lalu mengajak Anggita pergi .
"Dengan kabar bahagia ini , saya akan mentraktir divisi assurance dan secara khusus memberi waktu istirahat kepada mereka lebih awal ." ucap Pak Narendra .
Anggita menatap Pak Narendra yang telah berjalan keluar meninggalkan ruangannya menuju ke ruangan divisinya . Anggita masih mematung untuk mencerna berita ini .
Anggita mengira Maxsim tidak setuju untuk membantunya karena sampai saat ini belum menerima pesan darinya atau Reymond . Selain itu juga , pada saat mengantarkannya tadi dia masih bersikap begitu dingin dan keras . Siapa yang akan menyangka di balik sifatnya itu masih memiliki hati nurani .
Diam diam Anggita mengulum senyuman di bibirnya , lalu dia membuka ponselnya kemudian mengirim pesan kepada Maxsim .
" Terima kasih aku menyayangimu ." pesan yang di kirim oleh Anggita . Tidak lupa dia menyematkan emoticon hati dan gambar seorang penari belidance .
Anggita segera menutup ponselnya dan mengikuti langkah Pak Narendra setelah menaruh ponselnya ke dalam saku bajunya .
***
Sementara di perusahaan Bridt And Meeting . Maxsim sedang berada di dalam ruangannya sedang menjamu tamunya , yang datang sesuai arahannya kemarin malam ,
Tamu itu tidak lain adalah Wendy . Dia datang sesuai undangan Reymond , tapi sudah setengah jam lebih menunggu , tidak ada pembicaraan sama sekali di antara satu sama lainnya .
"Ck...kenapa.pria ini sangat dingin . Bahkan dia tidak mengatakan apapun semenjak aku datang ." gerutu wendy dalam hati . Dia mencoba untuk menatap mata Maxsim . Namun ekspresinya yang suram membuatnya langsung mengalihkan pandangannya .
Pada saat itu Maxsim hanya mengotak atik ponselnya , dia sedang menunggu pesan yang tak kunjung datang hingga membuat suasana hatinya memburuk .
Tiba tiba terdengar suara notifikasi dari ponselnya . Melihat ada satu pesan baru Maxsim buru buru membukanya . Ketika dia membaca pesan itu , ekspresi dinginnya tiba tiba luluh .
Senyum yang tipis itu menghiasi bibirnya , dia menutup ponselnya dan masih dengan tersenyum .
Wendy yang melihat itu di buat heran dengan sikapnya ." Apa dia sudah gila ? Satu detik yang lalu dia masih muram dan sekarang tiba tiba berubah begitu senang .? Bahkan orang yang menang tender besar tidak akan sesenang itu dan merubah ekspresi secepat itu juga ." batin Wendy .
"Ambil ini dan pergilah ." kalimat yang di ucapkan oleh Maxsim membuat Wendy terkejut . Juga entah sejak kapan di depan nya telah ada goodie berwarna abu abu di depan nya .
Wendy segera mengambil dan membuka goodie itu , ia keluarkan sebuah kartu ATM yang membuat wajahnya senang dan berseri . Akan tetapi itu tidak bertahan lama . Raut wajahnya berubah dengan cepat saat mendapati gaun koleksinya yang berubah jadi sobekan kain yang tidak berguna . Maha karyanya tinggal sobekan sobekan bahkan di bagian permata dan berlian nya juga .
" Dalam kartu itu ada dua ratus juta , Anggap saja aku telah membeli gaun mu itu ." kata Maxsim dengan tenang .
Namun kata kata itu bagai anak panah yang menusuk hati Wendy . Dia berdiri dengan wajah yang terlihat marah .
"Kamu keterlaluan , bagaimana kamu bisa menghargai karya desainer sepertiku asal asalan ? Aku sudah bilang , aku tidak menjual gaunnya . Kamu harus mengembalikan ...
"Aku akan menyuruh Reymond mentransfer mu dua ratus juta lagi setelah kamu pergi ." Maxsim langsung memotong sebelum Webdy menyelesaikan kalimatnya .
Wajah Wendy seperti di tampar dengan barang yang tidak kelihatan . Tanpa basa basi dia membanting kartu ATM itu ke meja Maxsim .
"Sudah aku bilang , aku ti..
"Tiga ratus juta ..
Wendy segera diam mendengar ucapan Maxsim . Dia menegakkan tubuhnya lalu secara perlahan melangkah pergi keluar .
"Jangan lupa untuk mentranfernya , akan aku periksa setelah aku sampai di rumah ." ucap Wendy sebelum benar benar pergi .
Maxsim yang melihat tingkah Wendy hanya mendengus ,lalu menghubungi Reymond . Setelah itu Maxsim kembali melihat pesan yang di kirim oleh Anggita yang di sertai dengan emoticon hati . Sudut bibirnya terangkat membuat aura dinginnya benar benar menghilang .
Banyak pertanyaan yang memenuhi benak karyawan devisi dengan apa yang di lakukan oleh Pak Narendra .
" Sangat jarang lo Pak Narendra mentraktir kita semua . Sebenarnya ada hal baik apa yang terjadi hari ini ." Bisik Sinta . Yang menggeser badannya mendekat ke arah Anggita yang berdiri di dekat Pak Narendra ,Lalu bertanya .
Anggita yang mendengar itu hanya mengangkat bahunya , dan tidak ingin memberi tahu apa sebenarnya yang telah terjadi . Sinta pun langsung membuang mukanya dengan kesal .
"Duh ...Mbak Anggi tidak asik ,main rahasia rahasiaan ."keluhnya .