NovelToon NovelToon
Pulang / Di Jemput Bayangan

Pulang / Di Jemput Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Mata Batin / Kutukan / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:547
Nilai: 5
Nama Author: Novita Ledo

para pemuda yang memasuki hutan yang salah, lantaran mereka tak akan bisa pulang dalam keadaan bernyawa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novita Ledo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 Bisikan Yang Mengikuti

Meski pohon raksasa itu telah hancur, Arga merasakan bahwa tugasnya belum selesai. Ada sesuatu yang masih mengintai di balik hutan ini—sebuah keberadaan yang tidak kasatmata tetapi selalu terasa seperti mengawasinya.

Arga kembali ke desa dengan tubuh penuh luka bakar akibat cairan hitam dari pohon itu. Warga desa yang melihatnya hanya bisa menggeleng, beberapa menolak untuk mendekat karena takut bahwa Arga telah membawa sesuatu dari dalam hutan.

“Apa yang kau lihat di dalam sana?” tanya seorang tetua desa, suara gemetar.

Arga hanya menjawab singkat. “Sesuatu yang seharusnya tetap terkubur.”

Sejak hari itu, hidup Arga berubah. Malam-malamnya tidak lagi tenang. Setiap kali ia mencoba tidur, ia mendengar bisikan halus yang mengalir seperti angin dingin di telinganya.

“Kau tidak bisa melarikan diri…”

Ia kerap terbangun dengan tubuh basah oleh keringat, seolah-olah ada sesuatu yang menghantui setiap langkahnya.

Namun, yang paling menyeramkan adalah apa yang ia lihat di cermin pada suatu malam: bayangannya sendiri tidak lagi mengikuti gerakannya. Bayangan itu berdiri diam, matanya merah menyala seperti sosok yang pernah ia lihat di dalam hutan.

Arga melangkah mundur, tubuhnya gemetar. “Apa kau…?”

Bayangan itu berbicara, suaranya rendah namun penuh amarah. “Aku adalah bagian darimu sekarang. Kau pikir segel itu menghancurkanku? Kau salah besar. Kau hanya membangkitkan sesuatu yang jauh lebih kuat.”

Arga mulai menyadari bahwa kehancuran pohon raksasa itu tidak sepenuhnya menghentikan Sang Penghisap Jiwa. Sebaliknya, makhluk itu telah meninggalkan "fragmen"-nya di dalam tubuh Arga—sebuah bayangan yang sekarang menjadi bagian dari dirinya.

Makhluk itu tidak lagi terkurung di satu tempat. Ia telah menyebar, menjadikan Arga sebagai inangnya.

“Kau akan menjadi jantung baruku,” bisik suara itu di kepalanya. “Kau akan membawaku ke tempat-tempat baru. Dan aku akan kembali lebih kuat dari sebelumnya.”

Hari-hari berikutnya menjadi perjuangan tanpa akhir bagi Arga. Ia merasa tubuhnya semakin lemah, sementara bayangan itu semakin menguasai pikirannya. Terkadang, ia kehilangan kendali atas dirinya sendiri—melihat tangannya bergerak tanpa ia sadari, mendengar suara-suara yang bukan miliknya.

Namun, Arga tidak menyerah. Ia tahu bahwa ia harus menemukan cara untuk mengusir kegelapan itu sebelum semuanya terlambat.

Ia memutuskan untuk kembali ke hutan, mencari jawaban dari peninggalan kuno yang masih tersisa.

Dalam pencariannya, Arga menemukan sebuah gua tersembunyi di dalam Hutan Giripati. Dinding-dinding gua itu dipenuhi ukiran-ukiran kuno yang menceritakan kisah tentang leluhur hutan ini—mereka yang pertama kali menyegel Sang Penghisap Jiwa.

Di tengah gua, ia menemukan sebuah altar lain, lebih kecil dari yang sebelumnya, tetapi masih penuh dengan simbol-simbol magis. Di atas altar itu, terdapat mangkuk batu yang penuh dengan cairan berwarna emas, memancarkan cahaya hangat.

Arga mendekat, matanya terpaku pada mangkuk itu. Sebuah suara lembut memenuhi gua, suara yang berbeda dari kegelapan yang menghantuinya.

“Ini adalah satu-satunya jalan, Penjaga.”

Arga tahu apa yang harus ia lakukan. Cairan itu adalah esensi suci—satu-satunya kekuatan yang cukup kuat untuk melawan kegelapan. Namun, menggunakannya berarti ia harus mengorbankan sesuatu yang lebih besar: dirinya sendiri.

Dengan tangan gemetar, Arga mengangkat mangkuk itu. Bayangan di dalam dirinya berteriak, mencoba menghentikannya.

“Jangan lakukan itu!”

Tetapi Arga tidak mendengarkan. Ia tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk menghentikan makhluk itu selamanya.

“Jika aku harus pergi untuk menghentikanmu, maka biarlah begitu,” katanya, suaranya tegas meski air mata mengalir di wajahnya.

Ia meminum cairan itu.

Saat cairan itu mengalir ke tenggorokannya, tubuh Arga terasa seperti terbakar dari dalam. Ia jatuh ke tanah, tubuhnya menggeliat kesakitan. Bayangan itu berteriak, suaranya menggema di seluruh gua.

“Kau tidak bisa menyingkirkanku! Aku adalah bagian dari dunia ini!”

Tetapi perlahan, bayangan itu mulai memudar. Dari tubuh Arga, keluar asap hitam pekat yang berputar-putar di udara sebelum akhirnya lenyap sepenuhnya.

Hutan di sekitar gua tiba-tiba terasa lebih hidup. Suara burung-burung kembali, dan cahaya matahari mulai menembus kanopi pohon.

Arga, yang terbaring lemah di lantai gua, merasa beban besar terangkat dari tubuhnya.

Ketika Arga akhirnya keluar dari gua, ia tahu bahwa Sang Penghisap Jiwa telah benar-benar pergi. Namun, ia juga tahu bahwa ia telah kehilangan sesuatu yang penting: sebagian dari dirinya sendiri.

Tubuhnya tidak lagi sama. Ia merasa lemah, tetapi hatinya penuh kedamaian. Hutan Giripati, untuk pertama kalinya dalam ratusan tahun, bebas dari kegelapan.

Penduduk desa melihat perubahan itu. Mereka tidak lagi takut pada hutan. Arga menjadi legenda—penjaga yang mengorbankan segalanya untuk melindungi dunia dari kegelapan.

Namun, di dalam hatinya, Arga merasa bahwa kisah ini belum benar-benar selesai.

“Kegelapan tidak pernah benar-benar hilang,” bisiknya pada dirinya sendiri. “Tapi aku akan selalu ada untuk melawannya.”

1
そして私
numpang lewat, jangan lupa mampir di after book bang
Novita Ledo: Yups, bentar yah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!