Difiar Seamus seorang penyihir penyedia jasa pengabul permintaan dengan imbalan sesuka hatinya. Tidak segan-segan Difiar mengambil hal berharga dari pelanggannya. Sehingga manusia sadar jika mereka harus lebih berusaha lagi daripada menempuh jalan instan yang membuat mereka menyesal.
Malena Safira manusia yang tidak tahu identitasnya, pasalnya semua orang menganggap jika dirinya seorang penjelajah waktu. Bagi Safira, dia hanyalah orang yang setiap hari selalu sial dan bermimpi buruk. Anehnya, mimpi itu merupakan kisah masa lalu orang yang diambang kematian.
Jika kalian sedang putus asa lalu menemukan gubuk tua yang di kelilingi pepohonan, masuklah ke dalam penyihir akan mengabulkan permintaan kalian karena mereka pernah mencicipi rasanya ramuan pengubah nasib yang terbukti ampuh mengubah hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gaurika Jolie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sumpah Serapah
Safira merasa dirinya belum siap kehilangan pekerjaan, Sehingga dirinya harus berlutut di depan atasannya ketika hendak meninggalkan kantor. Sontak semua orang menutup mulutnya karena tidak percaya Safira bertindak sejauh itu.
“Kasih kesempatan kedua biar aku bisa belajar lagi, Bu. Aku janji akan memperbaiki kinerjaku dan lebih semangat bekerja lagi,” pinta Safira dengan menatap kedua mata wanita di depannya.
Wanita itu langsung membuang wajah lalu pergi menggandeng tangan suaminya yang sama sekali tidak mengatakan satu kata pun. Teman-teman Safira tidak ada yang membantunya, mereka hanya iba melihat usahanya datang ke sini sampai tidak memakai alas kaki.
Sementara istri Yohan kembali membahas perselingkuhan di kantor. Dia kembali menuntut Safira padahal dirinya sudah dipecat. “Bagaimana dengan perselingkuhan di keluargaku, Pak? Dia merebut suamiku dan harus diblacklist dari tempat kerja manapun!”
Akhirnya, Halim membuka suara ketika istri Yohan menghalangi jalannya. “Safira bukan lagi karyawanku sejak istriku mengambilnya. Jadi, aku nggak berhak ikut campur masalah kalian.”
Wanita lugu itu langsung marah. “Nggak bisa dibiarkan seorang pelakor masih bisa melamar pekerjaan di manapun! Kalau dia bekerja di tempat lain pasti mengulangi hal yang sama.”
“Sepertinya, masalah itu bukan tanggungjawab perusahaan, Bu. Sebaiknya, kalian membicarakan di rumah atau di pengadilan karena bukan wewenang perusahaan mengurusi masalah pribadi karyawannya. Kalau Ibu mau perusahaan ikut campur, suami Ibu ikut disiplinkan karena perselingkuhan nggak hanya melibatkan satu pihak aja,” terang Halim dengan tegas sehingga istri Yohan langsung bungkam.
Safira tidak habis pikir, dia langsung berdiri menghadap wanita yang mencari gara-gara dengannya. “Kenapa kamu menuduhku jadi pelakor terus! Padahal kamu juga seorang pelakor!”
“Hey, jaga bicara kamu!” teriak istri Yohan lalu menjambak rambut Safira.
Kali ini Safira tidak ingin diam saja. Tangannya berusaha menarik rambut pendek wanita itu setelah dapat Safira menariknya penuh tenaga. “Suami kamu udah bosan sama kamu, nggak tau, kan? Makanya kalau dipakai jangan setiap hari jadinya kendor!”
Atasan mereka langsung menyuruh satpam untuk mengusir pembuat onar itu. “Kembali bekerja atau hari ini potong gaji!” perintah Halim yang langsung membuat para karyawannya bersiap-siap bekerja.
Kedua satpam itu masih berusaha mengusir mereka yang masih saling menjambak, tidak ada yang mau mengalah karena yang melepaskan tangan lebih dulu yang kalah. Akhirnya, satpam memaksa menarik tangan mereka sehingga berteriak kesakitan.
“Hey, nggak sopan!” teriak istri Yohan ke arah satpam itu yang ternyata seumuran dengan suaminya. Tanpa banyak protes dia pergi setelah disuruh oleh dua satpam itu.
Safira kesal menunjuk semua orang yang hanya melihatnya. “Terserah kalian mau menganggap ku apa, kalau kalian percaya sama ucapan dia yang terbukti bohong, maka akan ada musibah yang menimpa kalian, kalau ternyata benar apa yang dituduh orang itu ke aku, biar aku menanggung musibah itu!” teriaknya dengan lantang seraya menunjuk mereka satu-persatu.
“Aku tau kalian diam-diam menyebar hoax tentangku ke semua orang, kan? Aku nggak terima kalian ikut menjelek-jelekkan ku tanpa tau kenyataannya!”
Seluruh orang yang mendengar jadi bergidik ngeri apa lagi tiba-tiba saja komputer yang menyala langsung mati. Ditambah sorot mata Safira yang menyala seakan sedang dikutuk oleh penyihir.
“Tarik nggak ucapan kamu! Jangan asal bicara, ya! Kita nggak ikut campur sama masalah kamu!” perintah Amira lalu berusaha menghidupkan komputer yang mati.
Safira menyunggingkan bibirnya. “Dasar muka dua! Kalian punya grup khusus untuk menyebar gosip tentangku, kan?”
Amira langsung mematung ketika menelepon seseorang, mereka saling melempar tatapan satu sama lain.
“Aku nggak bilang apa-apa!”
Lantas tawa Amira ke luar mengisi kesunyian. “Sehebat apa ucapan kamu? Ini hanya kebetulan nanti juga hidup lagi. Nggak usah dipikir, fokus kerja aja!”
Dari kejauhan, Yohan memainkan jari-jarinya karena ingat kejadian pagi buta tadi. Setelah berpikir panjang, Yohan menghampiri Safira dengan ketakutan. “Lebih baik aku minta maaf telah membuat cerita yang aku karang sendiri karena pagi buta tadi aku diganggu makhluk tak kasat mata!”
“Apa maksud kamu, Pak?”
“Tadi jam 4 pagi diganggu sama bayangan hitam, ada suara yang suruh minta maaf ke Safira dan mengakui kesalahanku. Apa yang aku katakan bohong dan aku lah yang mulai lebih dulu merayunya. Aku bilang ke istriku kalau Safira berusaha mau jadi istri ke-3. Maafin aku udah fitnah kamu karena nggak mau cerai sama istriku.” Yohan menjelaskan seraya berusaha memegang tangan Safira yang enggan disentuh.
“Kenapa sih kok hawanya jadi merinding gini? Sebenarnya, kamu siapa, Safira?”
“Hey, bukannya yang penting ucapan Safira? Dia terbukti nggak salah. Ini semua gara-gara Yohan, kalau ada apa-apa dia yang harus tanggung jawab!”
Safira memilih bungkam setelah mereka menuntut jawaban dan saling menyalahkan. Safira memilih ke luar setelah jam kerja di mulai. Dirinya berjalan dengan bahu menurun.
“Aku juga nggak tau siapa diriku sebenarnya.”