NovelToon NovelToon
TOMO - SLICE OF LIFE

TOMO - SLICE OF LIFE

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Persahabatan / Slice of Life
Popularitas:370
Nilai: 5
Nama Author: J18

Tomo adalah seorang anak yang penuh dengan imajinasi liar dan semangat tinggi. Setiap hari baginya adalah petualangan yang seru, dari sekadar menjalankan tugas sederhana seperti membeli susu hingga bersaing dalam lomba makan yang konyol bersama teman-temannya di sekolah. Tomo sering kali terjebak dalam situasi yang penuh komedi, namun dari setiap kekacauan yang ia alami, selalu ada pelajaran kehidupan yang berharga. Di sekolah, Tomo bersama teman-temannya seperti Sari, Arif, dan Lina, terlibat dalam berbagai aktivitas yang mengundang tawa. Mulai dari pelajaran matematika yang membosankan hingga pelajaran seni yang penuh warna, mereka selalu berhasil membuat suasana kelas menjadi hidup dengan kekonyolan dan kreativitas yang absurd. Meski sering kali terlihat ceroboh dan kekanak-kanakan, Tomo dan teman-temannya selalu menunjukkan bagaimana persahabatan dan kebahagiaan kecil bisa membuat hidup lebih berwarna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lomba Jenius yang Kacau

Pagi yang Aneh

Pagi itu di sekolah SD Harapan Jaya, suasana ramai oleh kegaduhan khas anak-anak yang berlarian di halaman. Matahari bersinar cerah, menambah semangat pagi itu. Di antara kerumunan siswa yang sibuk bermain dan bercanda, Tomo, Arif, dan Lina berjalan perlahan menuju kelas. Namun, ada sesuatu yang berbeda pagi ini. Di pintu gerbang sekolah, terdapat banyak poster warna-warni bertuliskan “Lomba Jenius Teknologi!” dengan gambar robot yang tampak keren dan canggih.

Tomo berhenti, matanya berbinar melihat poster itu. “Wah, lihat ini!” serunya dengan semangat, menunjuk poster di depannya. “Lomba Jenius Teknologi! Ini kesempatanku buat jadi penemu terkenal!”

Arif memandang Tomo dengan tatapan skeptis. “Penemu terkenal? Kamu? Yang terakhir kali bikin 'inovasi' malah bikin listrik kelas mati setengah jam?”

Tomo mendengus sambil mengibaskan tangan. “Itu bukan salahku. Itu cuma eksperimen yang gagal karena... uh, kabelnya salah pasang.”

Lina menatap poster tersebut sambil tersenyum kecil. “Yah, sepertinya akan menarik. Tapi Tomo, yakin kamu bisa bikin sesuatu yang nggak berbahaya kali ini?”

Tomo tertawa percaya diri. “Tenang aja! Aku udah belajar dari kesalahan. Kali ini aku bakal bikin robot paling canggih yang pernah ada!”

Arif menghela napas panjang. “Kalau gitu, semoga nggak ada lagi insiden kelas kebakaran.”

Mereka bertiga melanjutkan perjalanan ke kelas sambil membahas lomba tersebut. Tomo tidak bisa berhenti berbicara tentang betapa jeniusnya ide-ide yang ada di kepalanya, sementara Arif dan Lina hanya bisa saling pandang dengan tatapan pasrah.

---

Persiapan yang Kacau

Di ruang kelas, Tomo sibuk dengan rencana besarnya. Dia mengeluarkan buku catatannya, yang penuh dengan sketsa-sketsa aneh. Dia menyebutnya sebagai "desain revolusioner" untuk robot yang akan dia buat. Sketsa-sketsa itu, sayangnya, lebih mirip coretan anak kecil daripada rancangan teknis yang serius.

Arif melirik catatan Tomo dengan alis terangkat. “Ini apa? Robot? Bentuknya kayak kotak dengan kaki aneh.”

Tomo dengan bangga menunjuk gambarnya. “Ini bukan sembarang robot, Arif! Ini adalah desain minimalis futuristik. Sederhana tapi fungsional.”

Lina tidak bisa menahan tawa. “Tunggu, Tomo. Kenapa robotmu kayak kardus yang dikasih kaki? Apakah ini trik baru supaya juri nggak mengerti apa yang kamu buat?”

Tomo tertawa kecil. “Kalian ini nggak paham seni. Desain minimalis itu justru yang paling efektif. Dengan bentuk sederhana, robotku bisa bergerak cepat dan efisien.”

Arif hanya bisa memandang dengan raut putus asa. “Tapi Tomo, lomba ini soal teknologi canggih, bukan soal bikin robot lari cepat. Harusnya robot bisa melakukan sesuatu yang keren.”

Tomo tersenyum misterius. “Kalian nggak akan ngerti sebelum kalian lihat hasil akhirnya. Tunggu aja.”

Lina mengangguk dengan senyum simpatik. “Yah, semoga saja robotmu bisa lebih dari sekadar lari cepat.”

Di sela-sela persiapan lomba, Tomo tampak semakin sibuk dengan eksperimennya. Di rumah, dia mengumpulkan barang-barang yang bisa dia temukan—kardus bekas, roda mainan, baterai, dan beberapa kabel yang dia ambil dari senter tua milik ayahnya. Bagi Tomo, semua ini adalah bahan-bahan penting untuk robotnya yang dia sebut sebagai "Masterbot 3000".

Saat Tomo menyelesaikan sentuhan terakhir pada Masterbot 3000 di garasi rumahnya, dia tersenyum bangga. “Ini dia! Robot terbaik yang pernah ada!” katanya sambil memukul bagian atas robot yang terbuat dari kardus. “Besok di sekolah, aku akan tunjukkan pada semua orang betapa hebatnya Masterbot 3000!”

---

Hari Lomba

Hari lomba tiba, aula sekolah dipenuhi oleh peserta yang membawa berbagai robot canggih. Ada robot yang bisa berjalan, robot yang bisa mengangkat benda, bahkan robot yang bisa berbicara. Semuanya terlihat modern dan rumit, dengan lampu-lampu yang berkedip serta berbagai komponen elektronik yang terlihat keren.

Di sudut aula, Tomo datang dengan Masterbot 3000 yang tampak... sederhana, untuk tidak mengatakan primitif. Masterbot 3000 terlihat seperti tumpukan kardus yang dipasang roda, dengan kabel-kabel yang menjulur keluar.

Arif dan Lina yang menemani Tomo berdiri di samping robotnya hanya bisa menatap dengan perasaan campur aduk.

“Kita benar-benar akan menunjukkan ini ke orang lain?” tanya Arif dengan nada skeptis.

Tomo mengangguk penuh semangat. “Tentu saja! Masterbot 3000 akan mengejutkan semua orang!”

Lina berusaha keras menahan tawa. “Tomo, aku tahu kamu optimis, tapi... ini kardus. Kamu yakin ini bakal menang?”

Tomo mengangkat bahu dengan santai. “Kadang yang paling sederhana adalah yang paling brilian. Orang-orang terlalu terjebak dengan hal-hal rumit. Tapi robotku ini simpel, efektif, dan... yah, dia bisa bergerak.”

Saat giliran Tomo tiba untuk mempresentasikan robotnya, semua mata tertuju padanya. Tomo berdiri dengan penuh percaya diri di depan para juri, sementara Masterbot 3000 berada di sampingnya.

“Perkenalkan, ini Masterbot 3000!” kata Tomo dengan suara lantang. “Robot minimalis yang revolusioner!”

Para juri menatap robot itu dengan tatapan bingung. Salah satu juri bertanya, “Apa yang bisa dilakukan robot ini, Tomo?”

Tomo tersenyum lebar. “Robot ini bisa... bergerak maju dan mundur!”

Semua orang di aula terdiam sesaat. Lalu, terdengar suara tawa dari beberapa peserta lainnya.

Arif menutup wajahnya dengan tangan. “Oh, Tomo...”

Lina hanya bisa menahan diri untuk tidak tertawa keras-keras. “Ayo, Tomo. Tunjukkan kehebatan robotmu.”

Tomo menekan tombol pada robotnya, dan Masterbot 3000 mulai bergerak maju... perlahan sekali. Namun, hanya beberapa detik setelah mulai bergerak, robot itu tiba-tiba berhenti, lalu mulai bergerak mundur dengan cepat, menabrak meja para juri dan menyebabkan beberapa barang di atas meja jatuh.

“Aduh!” salah satu juri berseru, berusaha menghindari robot yang terus bergerak tak terkendali.

Tomo panik dan berlari mengejar robotnya yang bergerak acak di seluruh aula. “Berhenti! Masterbot, berhenti!” katanya dengan cemas.

Suasana aula berubah kacau balau, dengan Tomo yang berlarian mencoba menangkap robot kardusnya yang berlari ke segala arah. Para peserta dan juri menatap adegan itu dengan heran, sementara beberapa siswa tertawa terbahak-bahak melihat kegagalan Tomo.

---

Hikmah di Balik Kekacauan

Setelah berhasil menangkap robotnya dan mematikannya, Tomo berdiri di depan juri dengan wajah memerah karena malu. Semua orang masih tertawa, tapi Tomo berusaha tersenyum.

“Yah, sepertinya ada sedikit... kerusakan teknis,” katanya dengan nada canggung.

Meskipun Masterbot 3000 tidak memenangkan lomba, Tomo merasa senang karena setidaknya dia berani mencoba. Sementara mereka berjalan pulang dari sekolah, Tomo, Arif, dan Lina merenungkan kejadian hari itu.

“Tomo,” kata Arif, “mungkin kamu harus mulai belajar cara bikin robot yang nggak terbuat dari kardus.”

Tomo tertawa kecil. “Yah, mungkin kau benar. Tapi setidaknya aku punya pengalaman buat lomba tahun depan!”

Lina tersenyum sambil menepuk bahu Tomo. “Yang penting kamu tetap berusaha dan nggak menyerah. Siapa tahu, tahun depan kamu bikin sesuatu yang benar-benar keren.”

Tomo mengangguk dengan semangat baru. “Iya, tahun depan aku bakal bikin robot yang lebih canggih dari Masterbot 3000!”

Arif menggelengkan kepala sambil tersenyum. “Kalau tahun depan kamu bawa kardus lagi, aku nggak akan ikut nemenin.”

Mereka tertawa bersama saat berjalan pulang, menyadari bahwa yang paling penting bukanlah kemenangan, tetapi kesenangan yang mereka dapatkan dari mencoba hal-hal baru.

1
shafia inaya
shaFIYah
SakiDino🍡😚.BTS ♡
Kejutan yang mengejutkan!
Enoch
Kepayang
Roxana
Gak sabar menunggu kisah selanjutnya. Aku ingin tahu apa yang terjadi berikutnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!