SEKUEL dari Novel ENGKAU MILIKKU
Biar nyambung saat baca novel ini dan nggak bingung, baca dulu season 1 nya dan part khusus Fian Aznand.
Season 1 : Engkau Milikku
Lanjutan dari tokoh Fian : Satu Cinta Untuk Dua Wanita
Gadis manis yang memiliki riwayat penyakit leukemia, dia begitu manja dan polos. Mafia adalah satu kata yang sangat gadis itu takuti, karena baginya kehidupan seorang mafia sangatlah mengerikan, dia dibesarkan dengan kelembutan dan kasih sayang dan mustahil baginya akan hidup dalam dunia penuh dengan kekerasan.
Bagaimana jadinya ketika gadis itu menjadi incaran sang mafia? Sejauh mana seorang pemimpin mafia dari organisasi terbesar mengubah sang gadis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Maaf
“Zay, ini aku bawa makanan untukmu, Gaby mana?” Zoya memasuki kamar Zay, pria itu sibuk dengan komputernya dari tadi, Zay melanjutkan kuliahnya sama dengan Zoya di Amerika.
“Dia lagi keluar sama teman-temannya Zee.”
“Makan dulu yuk.”
“Oke.”
Mereka menuju ke arah dapur, Zoya menyiapkan makanan untuk mereka berdua.
“Gimana? Apa semua baik-baik saja?”
“Baik Zay, sampai detik ini aku belum bisa membuktikan kalau Gavino adalah Avram tapi aku sangat yakin kalau Gavino adalah pemimpin Quantum Syndicate.”
“Kamu harus hati-hati sama dia Zee, dia sangat berbahaya, aku tidak mau kamu kenapa-napa hanya untuk membalaskan dendam kita.”
“Iya Zay, kamu tenang aja, aku baik-baik aja kok.”
“Bagaimana dengan Haven? Dia begitu menyukaimu sejak dulu, apa kau tidak mau membuka hati untuknya?”
“Dia pria yang baik Zay, aku sedikit menyukainya, tapi aku tidak mau pikiranku terbagi pada apapun saat ini, aku hanya fokus untuk membalaskan dendam kita pada Quantum Syndicate.”
“Jangan sampai kau terjebak dengan rencanamu sendiri Zee, aku tidak mau dengar kalau kamu malah jatuh cinta sungguhan pada Gavino.”
“Itu tidak akan terjadi Zay.”
“Baguslah.”
“Aku jadi merindukan Hazi, apa kabar ya dia? Selama setahun ini kami udah nggak pernah kontakan lagi.”
“Dia sudah punya kekasih di Indonesia, kamu jangan ganggu dia lagi, kasian kan di kasih harapan mulu sama kamu.”
“Oh ya? Gaby kok nggak pernah cerita.”
“Aku taunya dari Zeline, karena Hazi jalin hubungan sama Zeline haha.”
“Hah? Serius kamu?”
“Iya, Zeline sendiri kok yang cerita sama aku.”
“Aku telfon mereka sekarang.”
Zeline mengangkat panggilan video dari Zoya, wajahnya begitu sumringah karena saat ini dia sedang bersama dengan Sean, Sonia dan Hazi.
“Cieee yang lagi kasmaran, kenapa kamu nggak bilang sama kakak kalau kamu jalin hubungan sama Hazi?”
“Pasti Zay yang ember itu bilang sama kakak ya?”
“Enak aja ember.” sahut Zay.
“Haha ini aku lagi sama dia, mama papa juga ada.”
Mereka saling melepas rindu, Sean dan Sonia sangat merindukan anak kembarnya itu, bagaimana tidak, sudah satu lima bulan ini mereka tidak bertemu, karena kesibukan Sean jadi mereka belum bisa ke New York. Terakhir kali bertemu dengan Zay dan Zoya ya waktu Zeline liburan.
Setelah panggilan terputus, Zay dan Zoya memasuki kamar milik Zay. Mereka menatap layar komputer yang berisi beberapa data dari Quantum Syndicate, Zoya juga memberikan satu flashdisk pada Zay.
“Aku mencuri semua data di komputer Robert tadi, aku berharap kalau kamu bisa menemukan bukti apapun yang memberatkan dugaan kita kalau memang Quantum Syndicate adalah organisasi yang kita cari.”
Zay melihat seluruh data di layar monitor, semua itu berisi mengenai transaksi jual beli ilegal, data anggota serta rencana penghancuran untuk organisasi Zen Zephyrs.
“Zee, semua perintah penyerangan di organisasi Zen Zephyrs memang atas perintah Gavino, coba lihat ini, semua transaksi juga atas persetujuan Gavino, organisasi ini bergerak atas perintah Gavino, ini sudah tidak diragukan lagi kalau memang Gavino adalah Avram, pemimpin Quantum Syndicate Zee.” Zoya terlihat begitu emosi, ingin sekali dia menempatkan timah panas ke kepala Gavino.
“Aku memiliki rencana bagus Zay.”
“Apa?” Zoya mengatakan sebuah rencana pada Zay dan itu disetujui oleh Zay.
“Kau yakin?”
“Aku yakin, sangat yakin.”
“Aku akan membantu sebisaku untuk kamu Zee.”
...***...
Haven menjemput Zoya, dia begitu bahagia ketika Zoya memang bergantung padanya.
“Mau makan dulu?” tanya Haven.
“Boleh, kita ke cafe biasa aja gimana?”
“Oke.”
Mereka pergi ke cafe tempat biasa mereka duduk, Haven memesan beberapa makanan dan minuman, mereka asik ngobrol dan saling tertawa lepas.
Dari tadi Zoya sama sekali tidak membalas pesan maupun panggilan dari Gavino, dia mengabaikan pria itu. Apalagi Haven saat ini sudah tinggal di apartemen dekat dengan Zoya, mereka satu lantai yang membuat mereka semakin dekat.
Kedekatan Zoya dengan Gavin hanyalah sekedar mencari informasi mengenai Gavin saja, tidak lebih, berbeda ketika dia dekat dengan Haven. Hubungan Zoya dengan Gavino pun tidak ada yang tahu, hanya Zay saja yang mengetahuinya.
“Aku pikir jika kamu menjadi kekasihku, itu akan sangat menyenangkan Zee.”
“Aku belum kepikiran soal itu Haven, aku masih ingin fokus pada tujuanku untuk datang ke negara ini.”
“Apa ada harapan untukku?”
“Akan aku pikirkan.”
Haven menemani Zoya untuk mengerjakan tugas kuliahnya di cafe tersebut, mereka duduk sampingan, terkadang Haven ikut membantu Zoya. Sudah dua jam mereka duduk di sana, tanpa Zoya sadari kalau Gavin tengah menatap mereka dari jarak yang begitu dekat.
Bukan Zoya tidak menyadarinya tapi memang gadis itu sengaja, dia tahu kalau Gavin sedang memperhatikan dirinya dan Haven.
“Ini bagaimana Haven? Aku sedikit tidak memahaminya.” Tanya Zoya dengan suara yang dia buat sedikit keras agar Gavin mendengar. Haven menjelaskan semuanya pada Zoya tanpa curiga sedikitpun.
Gavin yang sedari tadi tidak menerima balasan atas pesannya, berusaha untuk melacak keberadaan Zoya dari sinyal ponsel milik Zoya. Gadis itu memang sengaja mengaktifkan lokasinya sekarang agar Gavin menyusul dan melihat dia bersama dengan Haven.
Kedekatan Haven dan Zoya membuat emosi Gavin meluap, namun dia tahan karena tidak mungkin dia akan menyerang Haven sekarang.
“Zee, bagaimana kalau kita kerjakan di apartemen kamu saja? Ada Zay juga kan? Aku ada hal yang ingin dibahas dengannya.”
“Oke boleh, hm temani aku ke toko buku dulu ya, aku mau beli novel.”
“Oke princess.” Zoya mengemasi barang-barangnya dan memasukkan laptop miliknya ke dalam tas.
“Aku ke toilet dulu ya Haven.”
“Oke Zee.”
Zoya berjalan menuju toilet, dia sengaja agar Gavin menyusulnya dan benar saja, pria itu menerobos toilet wanita yang membuat dua orang wanita di dalam sana keluar dengan terpaksa, Gavin mengunci pintu toilet itu.
“Wah mesra sekali kalian ya.”
“Gavin.” Zoya berpura-pura terkejut.
“Pantas kamu tidak membalas pesan dariku dan beberapa kali menolak panggilanku, apa kau belajar untuk main api di belakang ku hah?” Zoya dapat melihat kilatan amarah dari sorotan mata Gavin.
“Aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya, aku dan dia memang dekat dari dulu Gavin, kami sudah berteman dari kecil.”
“Halah aku bukan pria bodoh Zee, aku dapat melihat kalau Haven bukan hanya sekedar teman untukmu.”
“Kau menuduh aku selingkuh begitu?”
“Ya apa lagi? Orang bodoh juga tau semua itu Zee.”
“Aku tidak selingkuh Gavin, aku hanya berteman dengan Haven, tidak lebih.”
“Aagghhrr.” Gavin meninju kaca toilet yang menyebabkan tangannya terluka, melihat hal itu Zoya ketakutan, dia menjauhi Gavin yang saat ini dipenuhi dengan emosi.
“Andai saja aku tidak mencintaimu Zee, aku sudah membunuhmu, asal kau tau, kau adalah wanita pertama yang menjalin hubungan denganku.” Gavin pergi begitu saja dari toilet meninggalkan Zoya yang saat ini tengah tersenyum puas.
“Aku berhasil membuat dia cemburu, aku akan menjadikan semua itu sebagai kelemahannya, Gavino, aku akan membunuhmu dengan caraku sendiri.” Gumam Zoya sambil menatap pecahan kaca yang berserakan di lantai.
...***...
Hari ini Zoya libur, dia memanfaatkan waktu libur dengan pergi ke apartemen Gavin. Dia membawakan beberapa makanan untuk Gavin, sekalian dia ingin minta maaf.
Zoya memiliki akses untuk memasuki apartemen itu, dia langsung saja masuk dan ingin memberikan kejutan untuk Gavin tapi pria itu tidak ada.
“Apa dia datang ke markasnya?” pikir Zoya, dia menghubungi Gavino namun tak ada jawaban.
Zoya memutuskan untuk menunggu Gavino di apartemen itu, dia tidak akan berbuat gegabah di dalam apartemen karena cctv ada dimana-mana.
Zoya duduk di sofa sambil menunggu Gavin 30 menit menunggu akhirnya Gavin datang dengan santai sambil membawa beberapa bahan makanan, pria itu ternyata ke supermarket untuk belanja, Gavin memang mafia kejam, tapi dia sangat ahli dalam memasak, semua masakannya sangat lezat dan Zoya begitu menyukai masakannya.
Zoya menyambut Gavin dengan senyum riangnya namun pria itu terlihat cuek dan mengabaikan Zoya, seakan gadis itu tidak ada di sana.
“Aku membawakan makanan untukmu Gavin, aku juga minta maaf atas kesalahanku kemarin.”
“Kau tidak salah, kenapa minta maaf?”
“Aku salah, tolong maafkan aku.”
“Pergilah Zee, saat ini aku butuh waktu untuk sendiri.”
“Aku merindukanmu, aku sengaja datang ke sini untuk bertemu denganmu.”
“Pergi dari sini atau—”
“Atau apa? Membunuhku?”
Zoya terus mengikuti Gavin kemana pun langkah pria itu, Gavin tetap mengabaikan Zoya, dia memasuki kamar dan Zoya mengikutinya, dia membuka baju kaos yang dia kenakan lalu meraih handuk.
“Sampai kapan kau akan mengikuti aku begitu?”
“Sampai kau memaafkan aku.” Gavin mendecih kesal.
“Aku mau mandi, kau juga mau ikut?”
“Iya.” Gavin melongo dengan jawaban Zoya.
“Terserah.” Gavin memasuki kamar mandi dan diikuti oleh Zoya, gadis itu benar-benar mengikuti Gavin kemana pun, Gavin tidak peduli, saat ini terpaksa dia mandi mengenakan boxer karena Zoya ada bersamanya.
Ketika air shower mengguyur tubuh tegap Gavin, pria itu tersenyum karena tingkah konyol Zoya yang sampai mengikuti dia untuk mandi. Gavin menarik Zoya ke dalam pelukannya dan menghirup aroma tubuh Zoya yang tercium sangat wangi.
“Maafkan aku Gavin, aku salah.” Ucap Zoya, dia membalas pelukan Gavin.
“Lupakan itu, aku sudah memaafkan mu.” Gavin yang memang tergoda dengan sikap manja Zoya, terus mengendus leher putih Zoya dan sesekali menjilatinya.
Gavin membawa Zoya ke bawah kucuran air shower hingga mereka berdua basah kuyup, Gavin melumat bibir Zoya dengan rakus, tangannya bergerak liar di punggung putih Zoya dan melepaskan tali tipis yang ada di kedua bahu Zoya.
Zoya mengenakan gaun pendek selutut tanpa lengan, hanya tali tipis dari gaun itu yang menggantung di bahunya.
Gavin terus menciumi leher Zoya lalu turun ke bahu gadis itu. Zoya menikmati semua itu, sensasi kali ini begitu berbeda, mereka bermesraan di dalam kamar mandi dengan kondisi basah dan air shower terus menyiram tubuh mereka.
“Aahhh.” Desahan lolos dari bibir Zoya membuat Gavin semakin semangat untuk mencumbu kekasihnya itu.
Kedua tangan Gavin kini tepat berada di lengan atas Zoya, mengelus lengan itu dengan lembut, Zoya kini sudah bisa mengimbangi permainan lidah Gavin, dia bukan amatiran lagi.
Walaupun begitu, Gavin dan Zoya sama sekali belum melakukan hal yang lebih jauh, Gavin sangat menjaga Zoya dengan tidak meniduri gadis itu, begitu juga dengan Zoya yang memang tidak akan pernah memberikan kehormatannya untuk Gavin.
Bagi Zoya, cinta bukan dibuktikan dengan berhubungan badan.
...***...