NovelToon NovelToon
Campur Tangan Mertuaku Di Keluarga Kecilku

Campur Tangan Mertuaku Di Keluarga Kecilku

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Selingkuh / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Tina Mehna 2

Menjadi ibu baru tidak lah mudah, kehamilan Yeni tidak ada masalah. Tetapi selamma kehamilan, dia terus mengalami tekanan fisik dan tekanan mental yang di sebabkan oleh mertua nya. Suami nya Ridwan selalu menuruti semua perkataan ibunya. Dia selalu mengagungkan ibunya. Dari awal sampai melahirkan dia seperti tak perduli akan istrinya. Dia selalu meminta Yeni agar bisa memahami ibunya. Yeni menuruti kemauan suaminya itu namun suatu masalah terjadi sehingga Yeni tak bisa lagi mentolerir semua campur tangan gan mertuanya.


Bagaimana akhir cerita ini? Apa yang akan yeni lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 13. CTMDKK

“Ayo mba. Dasar tak tau etika.” Ucap nya lalu semua orang yang ada di depan rumah ku juga mengikuti ku sampai ke depan rumah Nesa.

“Sana pergi kalian pergi.. pergi semua..” Usir mertua ku itu pada semua orang.

“Yen, yang sabar ya yen.” Ucap Nesa menyerahkan Reza padaku.

“Makasih ya Nes. Selama ini kamu selalu nolong, selalu nemenin. Ku sangat bersyukur, ku tak tau harus apa Nes. Tapi ku benar-benar terimakasih dan minta maaf karena sering merepotkan.”

“Yeni, udah nggak papa. Ku ikhlas dengan senang hati dan demi Allah tulus nolong kamu.”

“Yeni. Jadi kamu mau pulang ke kampung halaman kamu?” tanya pak Rt.

“Iya pak. Saya pribadi dan mewakili keluarga ingin meminta maaf pada bapak dan semua warga. Saya meminta maaf yang sebesar-besarnya jika saya seringkali menimbulkan masalah untuk warga sini.”

“Yeni, hidup bertetangga memang seharusnya begitu. Kamu tidak usah meminta maaf. Lagi pula bukan kamu yang salah.” Jawab Bu Fitri.

“Iya, bukan kamu yang salah,” Ucap warga lain.

“Iya yen. Yang salah ya nenek lampir itu.”

“Nenek lampir itu yang harusnya pergi.”

“Sudah. Sudah. Jangan ribut lagi. Kita semua warga sini yang seharusnya meminta maaf padamu Yen. Kami sama sekali tidak bisa membantu apapun. Kami akan berdoa semoga Ridwan bisa merubah sikapnya dan kalian bisa berdamai lagi. Bu Marni juga semoga insyaf akan semua dosa yang dia lakukan.” Ucap Pak Rt.

“Amiinn..” Sahut warga semua.

“Semoga saja pak. Terimakasih atas perhatian kalian.”

“Ya sudah, hati-hati ya Yen.” Ucap Pak Rt.

“Iya pak, saya pergi sekarang ya pak. Permisi.”

“Eh Yen, gimana kalau saya antar? Kasihan sudah malam. Kasihan juga Reza kan? Biar saya antar pakai mobil saya saja.” Ucap Bu Winda padaku.

Aku dan adikku saling menata karena tak enak juga harus merepotkan.

“Tenang aja Yen, nggak repot kok. Saya sama anak saya yang antar.” Ucap Bu Winda lagi.

“Hemm, Tapi bu..”

“Shut,,, sebentar ya saya ambil dulu mobilnya.”

Ku tersenyum tak enak hati namun ku juga tak enak kalau menolaknya.

“Bagus di antar sama Bu Winda Yen jadi aman.” Sahut Bu Rt.

“Iya bu, terima kasih.”

Beberapa saat kemudian, Mobil Bu Winda datang lalau kami pun naik kedalam mobilnya.

“Hati-hati bu, Yen.. semua nya..” Ucap Pak Rt.

Mobil pun mulai di kendarai oleh anaknya Bu Winda.

“Terima kasih ya bu. Terima kasih banyak.”

“Ya Yen sama-sama. Kalau boleh saran Yen, Jika si Ridwan tetap seperti itu lebih baik ya berpisah Yen. Tapi saya tak menyarankan perpisahan ya. Cuma menurut saya ini sudah keterlaluan. Kalau orang sepert Bu Marni itu susah buat berubah Yen. Udah melekat di jiwa dan raga tuh.”

“Kita coba lihat nanti saja Bu. Tapi saya harap dia akan berubah.”

“Amiinn..”

Sepanjang jalan kami saling berbincang hingga tak sadar perjalanan kami telah sampai di tujuan yaitu rumah ku. Suasana sepanjang jalan kampung ku masih sangat ramai. Depan rumah ku ada sebuah pos kamling yang ada banyak pemuda dan beberapa bapak-bapak duduk di sana.

Melihat aku dan adikku yang turun dari mobil, mereka dengan ramah dan sigap membantu kami membawa barang bawaan kami dan juga ada yang heboh memanggil Bapak dan Ibu ku yang ternyata ada di rumah.

“Bu.. Pak.. Anaknya pulang.”

Beberapa saat kemudian pintu terbuka dan kedua orang tua ku pun terkejut melihat kami.

“Yeni? Salma? Kalian kemari kenapa tak bilang?” Ucap Ibu ku.

Ketika ku melihat kedua orang tua ku, rasa nya aku ingin menangis namun ku tak boleh selemah ini. Ku harus kuat, ku tak mau sakit jantung Ibu jadi kambuh.

“Ma, mba Yeni…” Belum adikku bicara, ku mencubitnya.

“Mba,”

“Biar mba saja yang menjelaskan.”

“Bu, Pak.. Yeni kemari karena ingin memulihkan diri dan juga karena kangen sama kalian. Yeni boleh kan sementara tinggal di sini?”

“Ya boleh lah Yen, masa nggak boleh sih? Kamu ini. Tapi Ridwan mana? Kenapa nggak ikut? Malah sama kamu Sal? Bukannya kamu kuliah?”

“Mas Ridwan lagi sibuk banget bu. DIa Cuma titip salam saja sama Ibu dan bapak. Terus Salma katanya lagi nggak ada jadwal bu.”

“Iya bu. Salma gabut di kost jadi sekalian aja pulang. Besok Salma berangkat lagi.”

“Hmm ya udah.. Eh oh ya lupa kalau ada tamu. Ini Bu Winda kan ya?”

“Iya bu. Saya Winda.”

“Hehe maaf bu kami malah ngobrol sendiri. Mari masuk bu..”

“Maaf ya bu, pak. Bukannya saya tak mau masuk kedalam, tapi karena ini sudah malam dan nanti kalau saya masuk bisa sampai larut malah hehe. Anak saya juga masih ada pekerjaan di rumah, jadi kami langsung pamit saja ya bu, pak.”

“Oh begitu? Jadi nggak enak nih bu.”

“Di enakin saja lah bu… hehe kaya sama siapa. Hmm ya sudah, saya pamit sekarang ya? Kasihan tuh anak kamu Yen bawa masuk gih. Pamit ya semua.”

“Hati-hati bu,”

“Ya ya…”

Mobil yang mereka kendarai pun perlahan menjauh. Kami tak lupa berterimakasih pada bapak-bapak pos ronda juga. Setelah itu, baru kami semua masuk ke dalam rumah.

“Sini, sini biar cucu Ibu yang gendong. Aduh duh duh.. pasti kamu dingin ya. Duh cup, cup cup ayo ke kamar saja. Yen, Salma kalian makan dulu ya di meja makan sudah ada makanan nya tuh. Untung saja tadi Ibu masak banyak.”

“Iya bu.”

Aku dan Salma lalu bapak pun sama-sama ke dapur.

“Duduk lah makan yang banyak. Terutama kamu Yen, Kenapa bapak lihat kamu bertambah kurus. Ini, ini.. makan ini juga.” Bapak meletakan banyak lauk di piring ku dan hal Ini membuat ku ingin meneteskan air mata.

Ku memakan semua makanan yang bapak ambil untuk ku sambil menahan air mata ku. Apalagi ketika bapak pergi dengan menepuk pundakku, rasanya semakin ku ingin menangis.

“Mba, yang sabar mba.” Salma menepuk pundakku juga.

Ku tersenyum padanya dan melanjutkan makan ku.

Setelah ku selesai, Ibu mendekati ku. “Yen, kalau sudah makan kamu langsung istirahat saja ya. Kamar juga sudah Ibu bereskan.”

“Iya bu, makasih ya bu.”

“Iya, oh ya tapi Ibu mau tanya. Itu pakaian kamu banyak sekali bawaannya? Hampir semua baju kamu bawa kan itu?”

“Em nggak lah bu. Itu cuma sebagian saja bu. Baju Yeni masih banyak di rumah.”

“Oh gitu? Tapi kenapa kamu bawa kotak perhiasan juga?”

“Perhiasan?”

“Iya, Maaf tadi Ibu sempat buka. Nah di dalamnya ada kalung, cincin, gelang. Kayaknya itu mas kawin waktu dulu kamu nikah.”

Ku agak terkejut dengan itu. Apa Mas Ridwan yang meletakan nya? Kalau iya, apa dia serius ingin aku pergi selamanya dari sana?

Bersambung … 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!