Karina tak pernah menyangka liburan mewahnya di kapal pesiar akan mengubah hidupnya selamanya. Malam yang diawali dengan angin laut yang menenangkan berubah menjadi malam penuh gairah bersama seorang pria misterius bernama Demian.
pertemuan pertemuan tidak sengaja membuatnya semakin tenggelam dalam gelombang gairah yang tidak bisa padam.
Namun, semuanya berubah menjadi rumit ketika pria itu terus mengejarnya padahal pria itu tahu bawa dirinya telah menikah.
Lebih mengejutkan lagi Demian adalah seorang mafia yang berkedok sebagai pengusaha sukses.
Kehidupan Karina semakin jungkir balik saat
Demian terus mengejar Karina, dan pria itu tahu rahasia besar dibalik pernikahan Karina dan Malvin yang selama ini di sembunyikan dari banyak orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon umnai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 15
Karina bangun tanpa Demian di sisinya, semalam setelah mereka melakukan itu, Demian segera keluar setelah mengecup keningnya dengan lembut. takut Dean memergoki mereka, ia masih tidak tahu mengapa Demian dan kakaknya ternyata sudah saling kenal.
Karina mengingat saat tiba tiba ia membuka mata tiba tiba sudah ada Demian di hadapannya, kehampaan yang tengah ia rasakan membuatnya frustasi dan nekat menginginkan sentuhan Demian, ia sangat kecewa terhadap Malvin yang sampai sekarang tidak menatap ke arahnya sebagai seorang istri.
Hanya Demian lah yang setia memanggil namanya di tengah pergulatan mereka, dan Demian juga tidak henti memuja tubuhnya bak dewi, setiap sentuhan dan sentuhan yang Demian berikan, membuat dirinya merasa sangat diinginkan, Demian selalu pandai membuatnya puas, mencapai tingkat kepuasan yang selama ini tidak bisa Malvin berikan. Karina tahu ini hubungan yang salah, namun ia tidak bisa memungkiri bahwa ia selalu terkesan dan ingin mengulang malam panasnya dengan Demian.
Setelah selesai mandi ia keluar kamar, betapa terkejutnya Karina melihat ruang TV yang sangat berantakan, kaleng dan botol minuman dan juga makanan ringan berserak dimana mana, namun tidak ada satupun orang yang ia temui disana. Ia menoleh ke kamar Dean, pintunya masih tertutup rapat.
Menghela nafas, karina mulai membereskan kekacauan itu, ruangan itu bak kapal pecah.
"aku rasa kak Dean harus mulai serius menjalin hubungan dengan wanita, agar ada yang lebih perduli dan memperhatikannya" gunam Karina sambil mengepel lantai
Cukup memakan waktu akhirnya selesai juga, Karina berjalan menuju dapur untuk menbuatkan sarapan Dean.
Sebuah tangan memeluknya dari belakang membuat Karina terkejut.
"good morning baby" sapa suara dengan suara serak, membuat tubuh Karina membeku.
"Demian,.??" ujar Karina terkejut
"hmmm" gunam Demian menelungkupkan wajahnya pada ceruk leher Karina, menghirup aroma tubuh yang sudah wangi itu.
"kau masih disini, kau mengenal kak Dean?" tanya Karina dengan susah payah karna merasa bibir dan lidah hangat Demian bergerak di tengkuknya.
"ya, dia sahabatku" balas Demian hidungnya menyesap aroma leher Karina begitu dalam membuat Karina merinding.
"kau membuat apa?" tanya Demian.
"sarapan untuk ku dan kak Dean, aku tidak tahu jika kau masih disini, aku akan membuat lagi" ucap Karina dengan gugup.
"aku rasa kau harus membuat 5 porsi" ucap Demian, ia menyukai posisi saat ini, memeluk Karina dari belakang membuat hidungnya dapat menghirup aroma shampo yang mungkin saat ini salah satu aroma favorite nya.
"5?, banyak sekali?" gunam Karina dengan heran.
"Sean dan Daniel juga masih disini" ucap Demian.
Dan benar saja karina mendengar langkah seseorang, buru buru ia melepas tangan Demian yang memeluk tubuhnya.
Karina berbalik badan, ingin melihat siapa yang datang, namun seketika pandanganya tertutup oleh badan atletis Demian, pria itu ternyata tidak memakai baju. Wajah Karina mendongak ke atas, membuat Demian tersenyum tipis melihat wajah polos Karina yang masih terlihat gugup.
"kau sedang apa Demian?" tanya Sean membuka kulkas untuk mengambil air minum.
Demian tidak menjawab, pria itu bergeser kesamping membuat tubuh Karina terlihat.
"oh ada kau Karina" ujar Sean menyandarkan tubuhnya pada lemari es tersebut, selang sebentar Dean dan Daniel datang.
"duduklah, aku akan membuatkan kalian sarapan" ucap Karina kembali berkutat dengan spatula di tanganya.
"kau sedang buat apa princess?" tanya Dean menarik kursi meja makan. Demian kemudian berjalan ikut bergabung di meja makan tersebut.
"aku melihat sirup maple dan blueberry di kulkas jadi aku putuskan untuk membuat pancake saja" jawab Karina.
Tak lama makana siap, Karina menyajikan pancake buatan nya di atas meja.
"Semoga kalian menyukainya" ucap Karina dengan senyum. Karina merasa salah tingkah saat matanya tidak sengaja bertemu dengan mata Demian pria itu menatapnya dengan sangat intens.
"oh ini enak sekali, jika kau belum menikah sudah pasti aku akan menikahimu Karina" gurau Sean.
"sayangnya jika aku masih single sepertinya aku juga tidak akan tertarik pada mu" balas Karina membuat tawa
"ck baru kali ini wajah tampanku terasa sia sia" balas Sean dengan berdecak.
"hhh lama tidak bertemu ternyata tingkat percaya dirinya semakin tinggi" gunam Dean.
"ya setinggi brujh khalifa" Canda Daniel membuat Tawa sementara Sean mendengus sebal.
"kau akan kembali kerumah sakit?" tanya Dean menatap sang adik yang tengah sibuk mengecek jadwal pada ponselnya.
"hmm,.,." jawab Karina mengangguk.
"kau baru saja sembuh, bisakah untuk berdiam diri dirumah dahulu" ucap Dean saat Karina mengangguk sebagai jawaban.
"aku sudah sembuh kak, dan pasien pasienku sudah merindukanku, aku tidak ingin membuat mereka kecewa" Jawab Karina menatap Dean, ia tidak tahan sejak tadi Demian terus menatapnya dalam diam, aura dingin pria itu sangat kuat baginya.
"baiklah terserah kau saja, nanti sore aku akan pulang ke rumah mamah, kau mau ikut?" tanya Dean membuat gerakan tangan Karina terhenti.
"lain kali saja, aku hati ini ada jadwal operasi besar" jawab Karina menggeleng dengan senyum tipis.
Dan Dean menyadari perubahan wajah Karina saat dirinya menanyakan pertanyaan itu.
"baiklah, tapi.,.
"aku akan berangkat sekarang, bye semua" ucap Karina beranjak berdiri, saat ia akan melangkah cekalan seseorang menbuatnya berhenti.
Jantung Karina berdebar kencang pelakunya adalah Demian, tangan pria itu mencekal lenganya, dan tetap sama wajahnya tenang dan dingin.
"habiskan sarapanmu dahulu" ucap Demian dengan wajah datarnya.
Karina merasa canggung, ia segera mengangguk dan kembali duduk, menghabiskan pancake yang masih setengah itu, hal itu membuat sudut bibir Demian terangkat memperhatikan Karina yang telihat menggemaskan saat tengah gugup di tatap olehnya.
Demian lalu mendorong gelas berisi air putih ke hadapan Karina, wanita itu seketika menoleh menatap Demian, dan mengangguk.
"terimakasih" ucap Karina dengan suara lirih hampir berbisik, tentu saja ia gugup karna semua orang berada disini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Karina telah tiba di rumahsakit, saat membuka ruang kerjanya ia terkejut Malvin sudah berada disana.
"Malvin,.
"hai sayang, selamat pagi" sapa Malvin dengan senyum.
"mengapa kau ada disini?" tanya Karina dengan bingung.
"aku menghawatirkanmu karina setelah makan malam itu kau tidak pulang, selama tiga hari" ucap Malvin Khawatir.
"bukankah sudah aku bilang bahwa aku ada jadwal operasi, aku sudah mengirimkan pesan padamu" ucap Karina.
"Dan semalam aku tidak pulang karna aku menginap di apartement Kak Dean, aku ingin melepas kangen dengan nya" lanjutnya, entah mengapa ada rasa bersalah pada hati Karina saat membohongi Malvin, meskipun ia berbohong karna ia tidak mau Malvin maupun ibunya tahu bahwa kemarin ia sakit.
"Dean pulang??" tanya Malvin terkejut.
"ya, saat ini dia di apartement, mungkin nanti dia akan pulang ke ruamh mamah" ucap Karina.
"apa kau sudah sarapan, aku membawakanmu sarapan" ucap Malvin dengan senyum.
"aku akan memakanya nanti, Terimakasih" ucap Karina.
"karina besok ada pesta kak Anne, aku harap kau bisa datang dan mengosongkan jadwalmu" pinta Malvin
"kak Anne?, ada acara apa?
"pembukaan perusahaan baru, aku mengatakan nya sekarang agar kau bisa mengosongkan jadwalmu" jawab Malvin.
"baiklah akan aku usahakan" ucap Karina membuat Malvin senang.
"baiklah jika begitu aku akan berangkat ke kantor" Malvin segera memeluk Karina, Karina meembalas pelukan tersebut meski terasa hambar dan hampa, tidak ada kehangatan dalam pelukan tersebut, membuat Karina tersenyum miris.