Elowen, seorang wanita muda dari keluarga miskin, bekerja sebagai asisten pribadi untuk seorang model internasional terkenal. Hidupnya yang sederhana berubah drastis saat ia menarik perhatian dua pria misterius, Lucian dan Loreon. Keduanya adalah alpha dari dua kawanan serigala yang berkuasa, dan mereka langsung terobsesi dengan Elowen setelah pertama kali melihatnya. Namun, Elowen tidak tahu siapa mereka sebenarnya dan menolak perhatian mereka, merasa cemas dengan intensitasnya. Lucian dan Loreon tidak menerima penolakan begitu saja. Persaingan sengit antara keduanya dimulai, masing-masing bertekad untuk memenangkan hati Elowen. Saat Elowen mencoba menjaga jarak, ia menemukan dirinya terseret ke dalam dunia yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah ia bayangkan, dunia yang hanya dikenal oleh mereka yang terlahir dengan takdir tertentu. Di tengah kebingungannya, Elowen bertemu dengan seorang nenek tua yang memperingatkannya, “Kehidupanmu baru saja dimulai, nak. Pergilah dari sini secepatnya, nyawamu dalam bahaya.” Perkataan itu menggema di benaknya saat ia dibawa oleh kedua pria tersebut ke dunia mereka, sebuah alam yang penuh misteri, di mana rahasia tentang jati dirinya perlahan mulai terungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Two Alpha's And Mate
Valerie dan Elowen berjalan bersama menuju aula, dengan Loreon yang tidak jauh di belakang mereka, menatap setiap gerakan Elowen dengan penuh perhatian, meski berusaha untuk tetap terlihat santai.
Valerie tampil dengan anggun dalam gaun merah marun yang elegan. Gaun panjangnya terbuat dari bahan satin yang berkilau lembut saat dia melangkah, dengan potongan tubuh yang pas, namun tetap sopan. Lehernya dihiasi dengan kalung berlian kecil yang sederhana, memberi kesan mewah namun tidak berlebihan. Bagian bawah gaun menyentuh lantai, menambah kesan anggun dan feminin. Valerie mengenakan sepatu hak tinggi berwarna hitam yang sempurna dengan gaunnya. Penampilannya sangat elegan, namun dengan kesan yang lebih klasik.
Berbeda dengan Valerie yang memilih tampilan lebih klasik, Elowen memutuskan untuk mengenakan gaun yang lebih modern dan fit, meski tetap dalam batas-batas ketertutupan yang dipilihkan oleh Loreon. Gaun itu berwarna hitam pekat, dengan potongan yang membentuk lekuk tubuhnya dengan sempurna, menonjolkan sisi elegan dan sensualitasnya tanpa terlalu terbuka. Gaun itu memiliki detail renda halus di bagian pinggang dan dada yang memberikan sentuhan mewah, namun bagian punggungnya masih tertutup dengan desain yang halus, memberikan kesan elegan tanpa mengorbankan kenyamanan. Elowen memilih sepatu hak tinggi hitam yang menyatu dengan gaun tersebut.
Meski pakaian Elowen kini sudah tertutup dan tampak lebih anggun, tetap saja ada banyak mata pria yang tak bisa melepaskan pandangan dari sosoknya. Beberapa dari mereka memandangnya dengan penuh nafsu, seperti predator yang mengincar mangsanya. Mereka menatap dengan tajam, dan Elowen tahu persis apa yang mereka pikirkan, meskipun ia memilih untuk tidak terlalu memikirkannya. Namun, Loreon yang mengawasi segala sesuatu dengan penuh kecemasan, merasa semakin terbakar amarahnya melihat tatapan-tatapan itu. Ia merasakan dorongan kuat untuk menghampiri Elowen, melindunginya, bahkan membawanya pergi dari tempat itu.
Namun, meski sudah lebih tertutup, tetap saja mata-mata pria di sekitar mereka tidak bisa melepaskan pandangan dari tubuh Elowen.
Loreon, yang sejak tadi mengamati dengan hati yang menggelegak, tak bisa menahan rasa cemas dan marah.
Dalam hatinya, Loreon menggeram. "Siapa sih yang mendesain gaun seperti ini?!" pikirnya, kesal. Walaupun gaun itu tidak terbuka secara mencolok, tetap saja ia merasa marah setiap kali ada pria yang menatap Elowen dengan penuh gejolak. Loreon merasa seperti api yang menyala di dalam dirinya, berusaha menahan diri untuk tidak mengungkapkan amarahnya secara terbuka. Dia memerhatikan dengan seksama, merasakan keinginan yang kuat untuk menarik Elowen lebih dekat dan membawanya jauh dari kerumunan pria-pria itu.
"Kalian semua cuma bisa menatap seperti binatang, ya? Seolah-olah dia itu barang pajangan yang bisa kalian ambil sesuka hati." Matanya terus mengikuti Elowen, yang tampaknya tak sadar betapa banyak pasang mata yang terarah kepadanya.
Pria-pria itu menatapnya, bukan hanya sekali atau dua kali, tetapi terus-terusan, seolah-olah mereka tidak bisa menahan diri. Loreon merasa api di dalam dirinya semakin membara. "Dasar, jahanam," lanjutnya dalam batin, "Kalian pikir Elowen itu milik kalian? Kalian pikir cuma karena dia cantik kalian bisa menatapnya seperti itu? Sialan!"
Setiap tatapan nakal dari pria-pria yang melirik Elowen membuat hatinya semakin tertekan. "Kenapa harus ada mata-mata jelalatan seperti itu yang selalu menginginkan apa yang bukan milik mereka?" pikirnya, menahan amarah yang hampir tak terbendung.
Dia memandangi para pria yang terus saja memperhatikan Elowen, merasa seperti api yang membakar dirinya. Loreon tahu, dalam dirinya, ada perasaan cemas yang mendalam, takut jika pria-pria itu lebih dari sekadar pandangan. Itu bukan cuma soal pakaian yang dikenakan Elowen—meskipun dia sudah memilih gaun yang lebih tertutup—Loreon merasa tubuh Elowen adalah miliknya untuk dilindungi, bukan objek tatapan liar para pria itu.
Loreon berusaha keras menahan dirinya, meskipun dalam batinnya ia mengumpati segala hal yang berhubungan dengan para pria itu, bahkan pakaian yang dikenakan Elowen. Jika saja dia bisa, Loreon ingin membawa Elowen pergi, menyembunyikannya dari semua mata liar itu, dan memastikan tidak ada yang bisa mendekatinya lagi. Namun, dia tahu itu bukan solusi. Semua yang bisa dia lakukan adalah berusaha menahan emosi yang semakin meluap, sambil terus mengawasi setiap gerakan di sekitar Elowen dengan cemas.
Di tengah keramaian acara di aula hotel, seorang wanita mendekati Elowen dan Valerie dengan langkah ringan dan senyuman yang lebar. Rambutnya tergerai indah, dan ia tampak santai namun elegan dengan gaun hitam simpel yang membalut tubuhnya. Elowen langsung menyambutnya dengan hangat, kedua sahabat itu saling menyapa dengan tawa ringan yang menambah suasana ceria malam itu.
"Elowen, akhirnya kita bisa ketemu lagi! Aku kangen banget!" kata teman Elowen yang bernama Jessica, dengan suara ceria.
Elowen tersenyum ceria saat memperkenalkan Valerie kepada Jessica. "Jess, ini Valerie, teman kerja sekaligus sahabatku," ujar Elowen sambil mengedipkan mata, dengan wajah yang penuh kehangatan.
Jessica mengangguk, tersenyum lebar. "Senang akhirnya bisa ketemu, Valerie," kata Jessica, lalu matanya melirik ke arah Loreon yang berdiri tidak jauh dari mereka.
Jessica menatap Loreon dengan tatapan penasaran, dan tanpa ragu bertanya, "Elowen, siapa pria itu?" suaranya sedikit terkejut, mencoba mencari tahu lebih banyak.
Valerie yang menyadari arah pandangan Jessica langsung tersenyum dan menjawab dengan santai, "Oh, itu Loreon. Dia bodyguard-ku untuk malam ini." Dengan nada ringan, Valerie menambahkan, "Jadi, jangan heran kalau dia selalu mengawasi ke mana pun aku pergi."
Jessica mengangkat alis sedikit, menatap Loreon sejenak sebelum mengalihkan perhatian pada Elowen, "Wah, bodyguard ya? Baru tahu kamu butuh pengawalan," canda Jessica.
Valerie tertawa, "Ini cuma sementara kok, Jess. Gak usah dipikirin. Ayo, kita ke teman-teman lain ya!" Dengan semangat, Elowen mengajak Jessica pergi, meninggalkan Valerie dan Loreon di tempat mereka.
Valerie menatap keduanya yang mulai berjalan menjauh, sesekali tertawa ringan. "Pasti banyak yang dibahas nih, mereka sahabat lama," gumam Valerie pelan, sedikit memandang ke arah Loreon. Namun, ia sadar bahwa Loreon malam ini tampaknya lebih fokus pada Elowen daripada menjaga dirinya. Pandangan Loreon terus mengikuti langkah Elowen yang menjauh, matanya tetap tajam meski tubuh Elowen sudah tidak terlihat.
Valerie menarik napas dalam-dalam, mengamati sikap Loreon yang selalu waspada. Ia menyadari ada sesuatu yang berbeda dari sikap Loreon malam ini. Tidak hanya menjaga dirinya, Loreon sepertinya lebih fokus melindungi Elowen, dan itu membuatnya sedikit merasa aneh.
Namun, Valerie hanya menggelengkan kepala, mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya. Setidaknya Elowen bisa bebas menikmati waktu bersama teman-temannya, dan Loreon tentu saja akan menjaga Elowen tanpa gangguan apapun.
"Sepertinya malam ini akan panjang, ya?" kata Valerie sambil tersenyum tipis, mengalihkan perhatiannya ke arah Loreon yang masih terfokus pada Elowen yang semakin jauh.
Loreon hanya mendengus pelan, tanpa menjawab. Matanya tetap tertuju pada Elowen yang sedang berbicara dan tertawa dengan teman lamanya, namun di dalam hatinya, kekhawatirannya tentang Elowen terus tumbuh.
oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏