Seorang remaja benama Freis Greeya hari memikul takdirnya sebagai penerus dari WIND. Untuk menghentikan pertumpahan saran dan pemberontakan yang dilakukan Para Harimau.
Ini adalah kisah cerita perjalanan Freis Greeya dalam memenuhi takdirnya sebagai seorang WIND, Sang Pengendali Angin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MataKatra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertempuran di Ibukota Kerajaan Kokki’al
Bulan Ke 1, Tahun 1248
Terik matahari di siang hari itu terasa begitu panas, membakar hati mereka yang kala itu sedang jatuh dan tenggelam dalam pertumpahan darah. Mereka yang saat ini menyuarakan teriakan dan jeritan yang dipenuhi oleh amarah, kebencian, kekejian, nafsu, atau ketamakan. Entah itu hati yang di naungi oleh cahaya atau hati yang tenggelam dalam kegelapan, mereka tidak terlihat berbeda kala itu. Mereka semua mengangkat pedang dan tombaknya, mengayunkannya serta menghunuskan senjata mereka ke jantung musuh-musuh mereka tanpa ada sedikitpun keraguan ataupun belas kasih.
Semuanya demi kehormatan, demi cinta ataupun untuk memenuhi ketamakan dan rasa haus kekuasaan. Mereka tidak jauh dari seekor binatang buas yang saling menyombongkan taring dan cakar mereka. Mereka semua saling mengadu cakar-cakar serta taring-taring mereka. Darah mereka tertumpah membajiri seluruh permukaan tanah. Tapi, mereka terus menerjang dan menyerang dengan liarnya ke arah musuh mereka. Mereka yang saat ini telah tenggelam dalam emosi mereka masing-masing dan berusaha untuk melewati batasan diri mereka.
Mungkin saat ini, istri mereka sedang menangis dan berdoa di rumah mereka berharap akan keselamatan mereka. Mungkin anak mereka saat ini sedang duduk atau berdiri di samping ibunya agar dapat menenangkan kesedihan ibunya, dan berharap ayahnya untuk segera kembali ke rumahnya. Dan karena itu semualah, saat ini, di medan perang ini, mereka semua berusaha melewati segala batasan milik mereka. Agar mereka dapat berkumpul kembali dengan keluarga mereka, agar mereka dapat melindungi sesuatu yang berharga milik mereka ataupun agar mereka dapat memenuhi segala impian dan cita-cita yang mereka ingin raih.
Tetesan darah, suara dentuman senjata-senjata yang saling beradu. Suara-suara itu bagaikan nyanyian yang menjadi pengiring segala pertumpah darahan ini.
***
Raja Lorrias Eleor yang saat itu menjadi seorang jenderal perang yang memimpin para prajuritnya Kerajaan Kokki'al, menerjang kesana-kemari para prajurit harimau dengan gigihnya. Dia bertarung dengan sebuah pedang katana di kedua tangannya dan aura berbentuk ekor rubah berwarna merah menyala berjumlah lima di balik tubuhnya. Ekor-ekor di belakang tubuhnya membantunya untuk menjaga keseimbangannya saat bergerak. Baik saat ia berlari ataupun melompat. Kelima ekor itu juga membantunya untuk menyerang sekaligus bertahan.
Raja Lorrias terus menerjang para prajurit harimau dan membuat mereka berjatuhan satu demi satu. Ekor di balik tubuhnya dan sebuah pedang katana di kedua tangannya, membuat dirinya menjadi sosok yang mengerikan bagi lawan-lawannya.
Para prajurit yang menerjang dari segala penjuru arah tidaklah menjadi perkara yang besar baginya. Kelima ekor yang saat ini menyelimuti tubuhnya mampu menghempas mundur para prajurit harimau itu.
Terlihat salah satu kepala pasukan harimau yang akan menerjangn dengan tusukan tombak kamayari. Terlihat kepala pasukan itu telah menguasai tingkatan tertinggi dari Ras Harimau, yang dapat merubah dirinya menjadi sosok manusia setengah harimau. Tapi dengan sigapnya Raja Lorrias mendorong dirinya kesamping untuk menghindari tusukan tombak kepala pasukan itu menggunakan ekor di balik tubuhnya. Sesaat kemudian ia melompat menerjang dengan cepatnya, menggunakan ekornya pula, ke arah kepala pasukan yang menerjangnya. Mengayunkan pedang katana-nya dan kemudian kepala milik komandan pasukan itupun terlepas dan melayang di udara.
Melihat apa yang terjadi pada komandan mereka, para pasukan harimau yang berdiri mengitarinya menjadi gentar dan melangkah mundur. Tapi seolah-olah dirinya telah kehilangan belas-kasih, dengan buasnya ia kembali menerjang mereka yang ketakutan itu. Seolah-olah dirinya telah menjadi seekor rubah liar yang begitu haus dan kelaparan.
Melihat pemandangan itu, Jenderal Harse Greg dari The Tiger Kingdom terpicu amarahnya. Kemudian ia melompat dan berlari ke arah Raja Lorrias sambil mengayunkan tombaknya kesana kemari untuk menyingkirkan para pasukan dari Kerajaan Kokki’al yang menghadangnya.
Tepat saat berada di dekat Raja Lorrias berdiri, dia berteriak dengan lantang memanggil nama raja itu.
“Lorrias!”
Melihat hal itu Raja Lorrias langsung memalingkan kepalanya ke arah suara itu. Dan terlihatlah olehnya Harse Greg dalam wujud manusia harimau bersiap menerjangnya dengan tombak kamayari yang menjadi ciri khas Ras Harimau.
Pertempuran antara pemimpin dari kedua belak pihak ini pun terjadi dengan begitu sengitnya, Raja Lorrias Eleor yang mulai terdesak dengan serangan tombak yang membabi-buta milik Jenderal Harse Greg. Akhirnya ia mengeluarkan sembilan ekornya untuk mengimbangi kekuatan dan kecepatan dari Jenderal Harse.
Panggung telah dimulai dan kedua pemimpin itu telah menaikinya. Ayunan serta tusukan dari pedang katana dan tombak kamayari menjadi pertanda dimulainya pertarungan mereka untuk menentukan akhir dari peperangan ini. Untuk melindungi kedamaian dan tanah yang dicintai, atau untuk meraih impian dan cita-cita yang telah mendesak dan membutakan hati dan jiwa. Ayunan dan tusukan tombak serta pedang mereka memikul beratnya segala kecintaan dan impian yang memenuhi hati dan jiwa mereka.
***
Paul yang saat ini merupakan kepala pasukan dari Kerajaan Kokki’al sedang bertarung dengan pedang katana di tangannya dan aura ekor rubah yang berjumlah enam di balik tubuhnya. Dia hanya berada di tingkat ke enam dari sembilan tingkat kekuatan Ras Rubah. Dalam sejarah Ras Rubah sendiri hanya tercatat beberapa orang saja yang mampu menguasai tingkat sembilan yang merupakan tingkat tertinggi dari Ras Rubah, yang salah satunya adalah raja sekaligus jenderal yang memimpin Kokki’al saat ini, Raja Lorrias Eleor.
Tiba-tiba dua kepala pasukan dari The Tiger Kingdom menyerangnya secara bersamaan. Mereka berdua berlari sambil mengacungkan tombak kamayari milik mereka ke arahnya. Kedua kepala pasukan itu melompat ke arahnya sambil menusukkan tombak mereka ke dua arah yang berbeda, dan dengan sigapnya Paul melompat ke belakang untuk menghindari salah satu tusukan tombak tersebut, dan tusukan tombak dari arah lainnya di tepisnya oleh pedang katana miliknya. Lalu beberapa saat kemudian kedua kepala pasukan itu sudah mengepungnya dari dua arah yang berlawanan.
Paul bertarung dengan sengit melawan kedua kepala pasukan itu.
Dan salah satu kepala pasukan itu bersiap mengayunkan tombak tinggi menyamping ke arah lehernya. Tapi dengan sigap ia menghidarinya dengan mundur kebelakang, dan dari arah berlawanan tiba-tiba kepala pasukan yang lain mengayunkan tombaknya ke arah kedua kakinya. Kemudian dengan tangkasnya, dua ekor rubah di balik tubuhnya menepis serangan itu. Tapi kedua kepala pasukan itu bergerak seirama, mereka terlihat memiliki kerjasama begitu mengerikan. Sama sekali tidak ada celah ataupun gerakan sia-sia dari kedua kepala pasukan harimau itu.
Semakin lama, Paul mulai terdesak oleh kelihaian kedua kepala pasukan harimau itu. Tubuhnya pun perlahan-lahan mulai tersayat sedikit demi sedikit oleh ujung tombak mereka.
Tiba-tiba tubuhnya kehilangan keseimbangan akibat terdesak oleh tombak-tombak yang mengejarnya dengan membabi-buta itu, sehingga membuka celah bagi para kepala pasukan harimau itu untuk melepaskan serangan mematikan ke arahnya. Serangan itu menusuk dengan tajam ke arah lehernya saat dirinya lengah. Tapi disaat dirinya merasa telah mencapai akhir, tiba-tiba muncul akar-akar yang tumbuh menjulang dari permukaan tanah dan membelokkan arah dari tusukan tombak itu. Saat dirinya menoleh terlihatnya tidak jauh dari tempat pertempurannya Frank Reig yang sedang menancapkan pisau kerambit-nya, yang menyimpan Kristal Enichtis Nature di pangkal gagangnya. Pisau yang menyimpan kekuatan elemen alam yang merupakan senjata istimewa dari Kerajaan Aetoura, yang masuk dalam wilayah Elosy, yang merupakan tempat asal Frank Reig.
Melihat hal itu kedua kepala pasukan itu terkejut karenanya, mereka tidak menyangka seorang yang berasal dari Elosy dengan Kristal Enichtis Nature di pisaunya, ikut dalam pertempuran untuk membantu Kerajaan Kokki’al.
Terlihat Frank menoleh ke arahnya sejenak sambil tersenyum, seakan-akan memberi isyarat untuk membagi tugas melawan kedua kepala pasukan itu. Dan akhirnya Frank menerjang ke arah salah kepala pasukan harimau itu, dan Paul melawan kepala pasukan yang ujung tombaknya hampir saja melubangi lehernya. Sekarang giliran kepala pasukan harimau itu yang terdesak oleh serangan dahsyat dari Paul. Tanpa memakan waktu lama ekor-ekor yang ada dibalik tubuhnya berhasil menjerat kedua lengan milik kepala pasukan harimau itu, dan pedang katana-nya pun akhirnya berhasil menembus jantung kepala pasukan harimau di hadapannya itu.
***
Kali ini Frank Reig akan menghadapi salah seorang kepala pasukan dari The Tiger Kingdom. Terlihat olehnya kepala pasukan itu sedang mengamati dirinya dengan teliti dan awas. Untuk menilai kemampuan, cara bertarung, dan kekuatan serta kecepatan yang ia miliki. Dapat disimpulkan bahwa orang yang ada di hadapannya sekarang adalah seorang yang terlatih dan memiliki pengalaman yang cukup dalam peperangan. Sekalipun baginya ia, tetap terlihat terlalu belia untuk mencapai hal itu.
Tapi usia bukanlah batasan kemampuan seseorang. Yang menjadi dasar utama perbedaan kemampuan adalah ketekunan dan kesungguhan dalam berlatih, serta pengalaman bertarung mereka. Jadi jelaslah orang di hadapannya ini adalah seorang yang tekun dan bersungguh-sungguh.
Tanpa memberi kesempatan lawannya berpikir, Frank langsung menancapkan pisau kerambit-nya di tanah. Dan kemudian akar mencuat keluar dari tanah tempat kepala pasukan itu berpijak. Tapi dengan cepat orang itu melompat tinggi ke udara menggunakan tongkatnya, yang ujungnya telah ia tusukkan ke tanah untuk memberi daya lompat maksimal bagi dirinya. Saat kepala pasukan itu mendarat, dengan cepatnya ia melompat dan menerjang ke arah Frank meninggalkan tombaknya yang telah terjerat akar-akar. Dia menyerang Frank dengan aura berbentuk cakar harimau yang menyelimuti kedua tangannya.
Tapi dengan gesitnya Frank menghindari setiap ayunan cakar-cakar yang menerjangnya. Frank terus menghindari serangan bertubi-tubi milik kepala pasukan harimau itu. Hingga terlihat dengan jelas wajah kepala pasukan itu telah tenggelam ke dalam kemarahan akibat itu semua. Frank dapat melihat dengan jelas kemana serangan selanjutnya itu akan datang. Hingga beberapa saat kemudian dirinya meloncat, membuang tubuhnya ke kiri untuk menghindari ayunan cakaran tangan kanan milik kepala pasukan harimau itu. Frank meloncat cukup jauh sehingga tubuhnya berhasil membelakangi kepala pasukan itu dan membuka kesempatan yang tidak akan di sia-siakan olehnya. Akhirnya dengan cepat ia menusukkan pisau kerambit-nya tepat di tengkuk pria itu untuk mengakhiri pertarungan itu.
“Benar-benar sangat disayangkan,” gumamnya dari balik tubuh pria itu, “kenapa dirimu yang belia ini harus ikut dalam perang yang kejam ini. Dan kenapa takdir harus mempertemukan kita.”
Lalu kepala pasukan itu menengok ke arah Frank, dengan pandangan yang tidak dapat diterkanya. Dan dengan mengerikannya akar-akar keluar dari setiap lubang di tubuh pria itu. Menggerogoti dan menghancurkan tubuh kepala pasukan itu dari dalam dengan ganasnya.
****
“Langit terlihat mendung dan gelap,
Seolah matahari terlalu sakit untuk bersinar,
Dan tanah-tanah ini bergetar dalam duka,
Menyadari banyak darah-darah tertumpah di atasnya,
Dan pemuda itu berlari membawa tombaknya,
Memikul segala cita-cita dan harapan,
Kemudian jatuh tenggelam dalam gelap,
Mati dan hilang,
Menyisakan nama untuk dikenang dalam tangis.”
😂
😂