Pata hati terbesar seorang Ayana, ketika dirinya masih pertama kali mengenal cinta dengan seorang pria dewasa yang begitu membuatnya bahagia dan berasa menjadi wanita yang paling dicintai. Tapi sayang kisah cinta yang sudah berjalan lama harus berhenti karena sang kekasih yang merupakan anak dari keluarga berada, harus menerima perjodohan dengan wanita yang setara dengannya. Hal itulah yang membuat Ayana menjadi pata hati dan sulit membuka hati untuk pria lain. Tapi? Enam tahun setelah kejadian itu Ayana yang berprofesi sebagai seorang guru, harus dihadapkan dengan seorang murid yang pendiam dan murung tidak seperti murid lainnya, sejak saat itu pula Ayana mulai mendekati anak tersebut dan tanpa di sadari anak perempuan itu merupakan anak dari sang mantan. Apakah kisah cinta mereka akan bersemi kembali??? Temukan jawabannya hanya Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Nadia begitu geram melihat pemandangan di depan matanya, alih-alih datang ke Jakarta ingin menarik simpati dari dari Andre, tapi yang ia dapat malah pemandangan yang membuat hatinya menjadi panas seperti ini.
"Aku akan membuatmu hancur Andre!" geram Nadia sambil melajukan mobilnya.
Mobil pun mulai melaju dengan kecepatan tinggi, perempuan itu seakan frustasi hingga sekarang nekat untuk menemui Ibu Retno di kediamannya.
"Ting tong!" deru suara bel berbunyi.
"Eh non Nadia, silahkan masuk," ucap Jumi dengan begitu ramah.
"Ibu Tante Retno nya ada?" tanya Nadia.
"Kebetulan beliau baru datang, ayo silahkan duduk dulu," ucap Jumi mempersilahkan tamu majikannya itu.
"Iya sudah," sahutnya.
"Tap ... Tap ... Tap." Deru kaki Gista berlarian.
"Tante!" seru anak itu ketika tahu kalau Nadia balik lagi.
"Sayang, kau sudah mandi?" tanya Nadia.
"Sudah dong! Nih lihat udah wangi kan," sahut Gista.
"Oh ya, tolong panggilkan nenek dong Sayang, bilangin kalau di sini ada Tante Nadia," titah Nadia, sedang Gista masih berpikir, pasalnya selama ini tidak ada yang berani mengetuk pintu kamarnya.
"Emmmp ... Gimana ya," sahut bocah itu.
"Sayang, ayo! Cepetan panggil nenekmu bilangin di sini ada Tante Nadia," titah Nadia sekali lagi.
"Baiklah kalau begitu," sahut Gista dengan langkah yang sedikit ragu.
Saat ini kaki kecil itu mulai melangkahkan perlahan, setibanya di kamar sang nenek, Gista mulai mengetuk pintu dengan pelan.
"Tok ... Tok ... Tok ...," suara pintu di ketuk.
Sedang wanita paruh baya yang ada di dalam kamar baru saja mengistirahatkan tubuhnya sejenak. "Siapa sih, yang ketuk pintu itu, sudah tahu ada orang istirahat," gerutu Retno.
"Siapa?" tanya Retno dengan sedikit nada tinggi
"Aku Nek," sahut cucunya itu.
"Gista, kamu kenapa Sayang?" tanya Retno khawatir.
"Gak apa-apa Nek, oh ya Gista ganggu Nenek gak?" tanya balik bocah itu.
"Gista tahu kan, kalau nenek pulang kerja, itu tandanya Nenek tidak boleh di ganggu," ucap Retno dengan pelan.
"Iya, Gista tahu tapi? di bawah ada Tante Nadia ingin bertemu dengan Nenek," sahut bocah itu.
"Ya sudah bilang sama Tantemu, habis ini nenek menemuinya," ucap Retno yang diangguki oleh Gista.
Gista pun mulai turun ke bawah dan menyampaikan pesan sang nenek kepada Nadia.
"Tante, kata nenek sebentar lagi akan turun," ucap anak tersebut.
"Oh baiklah," sahut Nadia.
'Astaga sudah nunggu lama, ini malah di suruh nunggu lagi, ih dasar nenek tua sialan untung saja kau punya kedudukan yang cukup besar kalau tidak, pasti sudah habis duluan di tanganku,' gerutunya di dalam hati.
Nadia begitu geram hampir saja dirinya tidak tahan menunggu Ibu Retno yang sepertinya tidak memperdulikan dirinya sama sekali.
"Gista, sini Nak," panggil Nadia.
"Bilang sama Nenek kalau Tante Nadia mau pulang," ucapnya, agar sang tuan rumah tahu, kalau di bawah ada tamu yang sedang menunggu.
"Eh kenapa Nadia, kau mau pulang?" tanya Retno yang tiba-tiba datang menuruni anak tangga.
"Iya Tan, habisnya Tante lama, soalnya aku juga ada urusan di luar sana," sahut Nadia yang memang dari dulu suka ceplas-ceplos.
"Kalau kau tidak ingin menunggu datanglah di waktu yang tepat Nadia," tegur Retno.
"Ya siapa tahu, aku saja gak kepikiran mau datang ke sini," ucapnya dengan begitu enteng
'Heeemb anak ini memang beda sekali dengan Maria yang masih mempunyai sopan santun dan tutur kata yang lembut,' gumam Retno di dalam hatinya.
"Kau mau apa, datang kemari bukannya tadi siang kau sudah kesini?" tanya Retno.
"Aku hanya ingin memberi tahu saja Tante, kalau Mas Andreas sekarang sudah memiliki wanita baru, dan sungguh aku sangat kecewa dengan semua ini, bukannya dulu Papa dan Tante sudah sepakat ingin menjodohkan aku dengan Mas Andreas," ucap Nadia.
"Itu kan dulu, lagian Andreas menolak keras kepada papa mu waktu itu, jadi aku harap kamu harus menerimanya, karena biar bagaimanapun anakku berhak melanjutkan hidupnya dengan wanita pilihannya," sahut Retno yang membuat Nadia semakin tersulut emosi.
"Apa! Jadi Tante setuju dengan semua ini, asal Tante tahu ya! Kedatangan ku kali ini ingin menagih janji Tante yang ingin menjodohkan aku dengan Mas Andreas!" tegas Nadia.
"Apa janji! Kau jangan mengada-ada Nadia, perjanjian itu sudah selesai," tegas Retno.
"Oh sekarang Tante bisa bilang begitu, dulu saja waktu perusahaan Andreas belum sebesar sekarang, Tante mengemis agar Andreas di jodohkan denganku," tandas Nadia.
"Kau dengar ya Nadia! Bukankah sudah aku jelaskan kalau anakku dulu yang menolak rencana kita berdua dan papa mu sudah menerima itu," jelas Retno.
"Mungkin Papa sudah menerima tapi tidak denganku, bagiku perjodohan itu masih berjalan sampai sekarang, dan kalaupun Andreas menentang, aku tidak segan-segan untuk menghancurkannya," ancam Nadia.
"Kau bodoh Nadia, di dunia ini masih banyak pria di luaran sana yang mau sama kamu, kau jangan mengejar-ngejar cinta seorang pria yang tidak mencintai mu," ungkap Retno.
"Terserah! Aku tidak peduli, dan ingat! Cepat atau lambat anakmu akan hancur," sarkas Nadia.
"Kurang ngajar! Memangnya kau siapa berani mengancamku seperti ini, ingat ya! Anakku berjuang membesarkan perusahaannya sendiri dengan kemampuan yang ia miliki, dan kau di sini! Janganlah bertingkah kalau anakku bisa seperti ini gara-gara keluargamu ya! Itu salah besar!" kecam Retno.
"Oh sekarang tanggapan anda seperti itu," sahut Nadia.
"Sudah jangan memperkeruh keadaan, lebih baik kau pergi dari rumah ini, atau aku panggil satpam untuk menyeret mu," ancam Retno.
******
Andreas sudah selesai membicarakan perihal lusa acara lamarannya itu, meskipun Ayana meminta acara di selenggarakan dengan sederhana saja, namun pria itu tetap memberikan surprise yang tidak terlupakan untuk Ayana, seperti barang-barang yang sudah di kirimnya hari ini.
Barang-barang tersebut merupakan pengganti dari seserahan, yang memang Ayana tidak menginginkan itu namun Andreas tetap bersih keras untuk memberikan itu terhadap wanita pilihannya itu.
"Mas, sudah mau magrib mending pulang saja," ucap Ayana.
"Astaga Ay, sama calon suami saja kau begitu, tega benar ya," sahut Andreas.
"bukan seperti itu, tapi ini sudah hampir magrib, aku tidak ingin tetangga mikir yang enggak-enggak," papar Ayana.
"Ya biarin saja, biar sekalian langsung di nikahkan," sahut Andreas sedikit menggoda.
"Ih apaan sih! Gak lucu tahu," dengus Ayana.
"Jangan cemberut seperti itu, baiklah kalau begitu aku pulang dulu ya," ucapnya.
"Ya sudah hati-hati," sahut Ayana.
Saat ini Ayana memang masih belum sepenuhnya menerima semuanya dan hal itu sangat di sadari oleh Andre. dan sekarang pria itu mulai berusaha untuk mendapatkan hati Ayana kembali meskipun tidak mudah baginya untuk menaklukkan kembali hati perempuan itu.
"Aku tahu Ay, kamu masih sulit untuk menerima semua ini, tapi aku yakin suatu saat nanti pasti akan mendapatkan cintamu kembali," gumam Andre sambil memperhatikan jalanan di depannya.
Catatan penulis:
Malam ini tak kasih double up lagi ya!
Selamat Membaca semoga suka dengan kelanjutan bab ini 🥰🥰🥰🙏🙏🙏
siapa ya yg coba memeras Bu Retno