"Aku dimana?"
Dia Azalea. Ntah bagaimana bisa ia terbagun di tubuh gadis asing. Dan yang lebih tidak masuk akal Adalah bagaimana bisa ia berada di dunia novel? Sebuah novel yang baru saja ia baca.
Tokoh-tokoh yang menyebalkan, perebutan hak waris dan tahta, penuh kontraversi. Itulah yang dihadapai Azalea. Belum lagi tokoh yang dimasukinya adalah seorang gadis yang dikenal antagonis oleh keluarganya.
"Kesialan macam apa ini?!"
Mampukah Azalea melangsungkan kehidupannya? Terlebih ia terjebak pernikahan kontrak dengan seorang tokoh yang namanya jarang disebut di dalam novel. Dimana ternyata tokoh itu adalah uncle sang protagonis pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queen_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMB! (26)
Selamat membaca
*****
Mobil yang dikendarai Aldrick akhirnya sampai di kediaman Alessandro. Aldrick menggendong Auris ala bridal style diikuti oleh Gracella dari belakang sambil membawa tas milik Auris di tangannya.
Yolanda yang melihat itu langsung berdiri menghampiri mereka dengan wajah khawatir. "Ada apa? Kenapa Auris sampai digendong seperti?"
Aldrick hanya menggeleng saja sebagai jawaban. Ia lanjut membawa Auris ke kamar mereka. Hal itu membuat Yolanda beralih pada Gracella yang diam sambil fokus dengan hp ditangannya. "Grace, ada apa dengan Auris?"
Gracella mendongak dan menatap Yolanda, "Ah, itu. Tidur. Bunda ketiduran oma."
"Benarkah? Dia bukan kenapa-kenapa kan? Apa dia marah saat kalian menceritakan semuanya? Apa dia-"
"Bunda tidak kenapa-napa oma. Dia hanya tertidur saat papa dan aku menceritakan semuanya. Ku rasa bunda kelelahan akibat ulah papa tadi malam," kata Gracella dengan kekehan diakhir ucapannya.
Yolanda ikut tersenyum mendengar ucapan Gracella barusan. "Syukurlah,"
Sementara di kamar, Aldrick meletakkan Auris dengan penuh hati-hati agar istrinya tidak terbangun. Ia terkekeh kecil mengingat Auris yang baru saja bangun tapi sekarang malah tidur lagi, apalagi melihat wajah Auris yang tampak lelah.
"Apa mas terlalu kasar sayang?" gumam Aldrick sambil menyingkirkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Auris. "Maaf karena membuatmu kelelahan." cup
Aldrick keluar dari kamar meninggalkan Auris di kamar. Ia turun menghampiri Yolandan dan Gracella yang terlihat berbicara. "Serius sekali, membicarakan apa?"
"Yolanda mengatakan jika kamu dan Auris akan kembali malam ini."
Aldrick mengangguk, "Mama keberatan? Kalau mama keberatan kami akan menunda kepulangannya."
Yolanda menggeleng. Dia menggenggam tangan Aldrick dan tersenyum lembut. "Mama tidak keberatan. Mama hanya berpesan, tolong jaga Auris. Apapun yang terjadi, tolong tetap berada di sampingnya Aldrick. Bantu dia melawan mereka yang selama ini menindasnya."
Aldrick tersenyum. Ia senang melihat Yolanda yang begitu menyayangi Auris seperti putri kandungnya sendiri. "Mama tidak perlu khawatir. Jika mama melihat Auris menangis dan itu karena aku, mama bisa membawa Auris pergi dari ku."
"Aku setuju. Bukan hanya oma. Tapi juga denganku. Jika aku mengetahui bunda terluka karena papa, Aku akan membawa bunda menjauh dari papa."
*****
Auris membereskan barang-barang miliknya dan Aldrick. Setelah bangun tadi, untungnya rasa lelah dan lemas pada tubuhnya sedikit menghilang.
"Sudah selesai sayang?"
Auris berbalik menatap Aldrick yang bersender pada pintu. Ia mengangguk kemudian mengambil tasnya dan mengkode Aldrick agar membawa koper milik mereka. Dengan senang hati Aldrick membawa koper milik mereka dan berjalan di belakang Auris.
Sesampainya di bawah, Auris langsung berpamitan pada Yolanda. Ia memeluk wanita itu dengan erat. "Kami pamit ma, aku berjanji akan sering berkunjung untuk melihat mama."
"Hati-hati sayang. Jika Aldrick menyakitimu, laporkan pada mama. Mama akan menghukum anak nakal ini!"
Auris terkekeh pelan kemudian mengangguk. Setelah itu mereka berkalan bersama-sama keluar dari kediaman Alessandro. Auris dan Gracella langsung masuk ke dalam mobil sementara Aldrick memeluk Yolanda sebentar. Setelah puas memeluk ibunya itu, barulah Aldrick ikut masuk ke mobil dan mobil mereka pun menjauhi kediaman Alessandro.
Selama di perjalanan, Aldrick menyandarkan kepalanya di bahu sang istri sambil memejamkan mata. Auris hanya membiarkan saja apapun yang dilakukan Aldrick selagi pria itu tidak macam-macam dengannya.
"Tega sekali bermeraaan di depanku," ucap Gracella dramatis. Gracella yang memang duduk paling belakang dam sendiri sungguh merasa bosan. Ia menyembulkan kepalanya ke kursi depan dimana Aldrick dan Auris berada. "Aaaaa,, tidak bisakah aku pindah ke depan?" rengek Gracella.
Auris tertawa pelan. "Pak, berhenti sebentar. Grace ingin pindah ke depan."
Mobil mereka berhenti dan Gracella langsung pindah ke depan. Akhirnya Auris duduk di antara Aldrick dan Gracella. Ayah dan anak itu kompak bermanja-manja padanya. Kadang-kadang keduanya bertengkar kecil memperebutkan Auris.
*****
Di bagian negara lain, Caramel mencak-mencak di kamarnya. Sehabis membersihkan ruang tempat ia tertidur, Ia segera masuk ke kamar dan terdiam diri tanpa mau keluar. Bahkan saat makan malam pun, ia beralasan tidak enak badan. Padahal ia sengaja tidak ingin melihat wajah Ariana yang membuatnya sakit hati tadi.
Caramel berjalan mondar-mandir sambil menggigit kukunya merasa cemas. Ariana pasti sudah menceritakan semuanya pada Reynold dan Satria. "Sial! Sial! Bagaimana aku menunjukkan wajahku di depan mereka?"
"Aku tidak bisa tinggal lebih lama di sini. Lama-kelamaan aku bisa gila menghadapi mertua seperti itu."
Cklek!
Caramel menoleh ke arah pintu terbuka dimana Reynold masuk dan berjalan melewatinya menuju kamar mandi. Sedikitpun Reynold tidak mendekatinya bahkan menyapanya atau bahkan sekedar menanyakan keadaannya.
"Rey, rey! Bisakah kita membicarakan sesuatu?"
"Ada hal penting yang ingin aku bicarakan."
"Bisakah kita bicara seben-"
"Diamlah Caramel! Kenapa kau berisik sekali?!"
Caramel terdiam mendapat bentakan dari Reynold yang tiba-tiba. Perlahan-lahan ia mundur dan menunduk tidak berani menatap Reynold. "Ma-maafkan aku. Aku cu-ma ingin bicara padamu."
"Bicara apa?! Bisa nanti saja kan?! Kenapa kau semakin susah di atur Car?! Kau bahkan membuat mamaku marah besar padamu!" Reynold melampiaskan seluruh amarahnya ke Caramel. Telinganya yang sudah panas akibat diceramahi Ariana semakin panas ketika Caramel sibuk dengan ocehannya. "Aku jadi memikirkan dua kali untuk pindah dari sini."
Spontan Caramel mendongak menatap terkejut ke arah Reynold yang perlahan menghilang di balik pintu kamar mandi. Pipinya sudah basah dengan air mata yang menetes. Caramel menghapus pelan air matanya dan berbaring di atas kasur. "A-aku rindu mama. Aku tidak bisa jika diperlakukan seperti ini." Isak-isakan kecil kembali terdengar. Caramel menangis lagi mengingat bagaimana menyedihkannya dia hari ini.
*****
Darren baru saja sampai di di kediaman Dirgantara setelah mengantarkan Zendra ke apartemennya. Ia langsung menaiki tangga tanpa memedulikan keluarganya yang berkumpul di ruang keluarga. Tubuh dan pikirannya terasa lelah bersamaan.
Darren membanting tubuhnya di atas kasur dan memejamkan matanya sejenak. Kilasan-kilasan dimana ia menghina bahkan menindas Auris muncul di benaknya. Paksaan Alex sedari kecil kepadanya dan Zendra untuk menindas Auris membuat Darren sering bermimpi buruk. Jika mereka menolak, maka Alex akan berbalik menyiksa dirinya dan Zendra. Lain halnya dengan Aron yang memang sangat disayangi oleh Alex karena adik keduanya itu selalu bisa membanggakan Alex sejak kecil hingga sekarang. Darren merubah posisinya menjadi duduk dan mengusap prustasi wajahnya. "Rasa bersalah itu terus menghantuiku."
Mengambil uang perusahaan secara diam-diam tanpa sepengetahuan Alex sudah Darren lakukan selama 2 tahun belakangan. Dengan penuh tekad ia berusaha agar Zendra sang adik sembuh daru obat-obatan yang dikonsumsinya. Darren juga menggunakan uang itu untuk menutupi kasus-kasus yang dilakukan Zendra tanpa sepengetahuan Alex.
"Auris maafkan kakak."
*****