Kejadian tak terduga di pesta ulang tahun sahabatnya membuat seorang gadis yang bernama Recia Zavira harus mengandung seorang anak dari Aaron Sanzio Raxanvi.
Aaro yang paling anti wanita selain ibunya itu, tiba-tiba harus belajar menjaga seorang gadis manja yang takut dengan dirinya, seorang gadis yang mengubah seluruh dunia Aaro hanya berpusat padanya.
Apakah dia bisa menjadi ayah yang baik untuk anaknya?
Apakah dia bisa membuat Cia agar tidak takut dengannya?
Dapatkan dia dan Cia menyatu?
Dapatkah Cia menghilangkan semua rasa takutnya pada Aaro?
Ayo baca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZaranyaZayn12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Belas
"Mama! Cia telat! Huaaa!" Teriakan Cia menggema diseluruh rumah itu.
"Jangan lari-lari Cia! Ya ampun anak ini!" Ratih balas berteriak tak kalah kencangnya.
Bagaimana tidak berteriak coba? Jantungnya sekarang cenat-cenut karena melihat Cia yang menuruni tangga dengan berlari.
Hosh hosh hosh
"Cia capak lari-lari Ma," Lapornya setelah sampai di meja makan.
"Ngapain kamu lari-lari sih Ci? Kalau jatuh gimana coba?" Tanya Natan sabar. Anaknya ini memang luar biasa over aktifnya.
"Cia makan rotinya di mobil aja ya Ma, Pa! Dadah muah!" Pamit Cia kemudian berlalu pergi setelah mencium pipi kedua orang tuanya.
"Hati-hati sayang!" Teriak Ratih dan Natan bersamaan.
"Siap Ma, Pa! Love you!" Teriak Cia kemudian menghilang di balik pintu besar itu.
"Cia udah besar ya Pa? Kita bahkan udah mau punya cucu Pa," Lirih Ratih sendu. Masa depan anaknya masih panjang, tapi karena kecelakaan itu mengharuskannya menyemangati anaknya itu agar bisa menerima semuanya.
"Kamu yang sabar ya Ma. Kita harus bisa semangatin Cia. Kalau bukan kita siapa lagi?" Tanya Natan yang di angguki oleh Ratih.
"Semoga semuanya bakal baik-baik aja ya Pa? Mama takut Cia kenapa-napa!" Ujar Ratih.
"Amin... Kita doakan yang terbaik buat anak kita ya Ma!" Ujar Natan kemudian mengecup kening Ratih lembut.
"Iya Pa. Oh ya, Papa belum berangkat kerja?" Tanya Ratih heran. Pasalnya, suaminya ini biasanya sangat on time dan gila kerja. Telat sedikit saja akan fatal baginya.
"Papa boleh gak kerja aja gak sih Ma hari ini? Papa mau quality time sama Mama! Papa ngerasa Papa terlalu sibuk kerja beberapa bulan belakangan ini." Ujar Natan menatap Ratih dengan rasa bersalahnya.
"Kalau Papa mau kerja Mama ngerti kok, Papa pasti sibuk kan?" Tanya Ratih.
"Keputusan Papa udah bulat. Papa libur hari ini Ma!" Ujar Natan dengan pandangan menggodanya.
"Ayo! Kita berduaan sepuasnya!" Semangat Natan kemudian menggendong Ratih dan membawanya ke dalam kamar mereka.
"Papa ih!" Teriak Ratih ketika Natan menggodanya terang-terangan membuat tawa keduanya menggema di seluruh rumah itu.
\~\~\~
"Risa!!! Tadi Cia hampir telat tau!" Adu Cia ketika sampai di tempat duduknya.
"Tapi tadi lo gak telat kan?" Tanya Risa yang di balas gelengan kepala oleh Cia.
"Tadi Mang Ujang jago bawa mobilnya tau Ris! Meliyut-meliyut! Mantep banget!" Heboh Cia yang membuat Risa tertawa ketika melihat cara Cia mendeskripsikan kejadian itu dengan antusias.
"Udah Ci! Sakit perut gue!" Ujar Risa yang masih berusaha meredakan tawanya.
"Iya deh! Kasian Risa yang sakit perut!" Ujar Cia cemberut.
"Lo bawa baju olahraga kan?" Tanya Risa yang di jawab anggukan oleh Cia.
"Bawa dong!" Ujarnya dengan bangga.
"Gue gak mau lari keliling lapangan lagi gara-gara minjemin lo baju olahraga yang ujungnya buat gue sendiri yang gak punya!" Ujar Risa cemberut.
"Engga Ris, maafin Cia ya? Makasih Risa sayang!" Ujar Cia mencubit kedua pipi Risa geram membuat yang punya pipi berteriak sakit dan meminta lepas, namun, Cia ya Cia! Dia tidak akan melepaskan pipi Risa hingga dia merasa puas.
"Males gue sama lo! Pipi gue sakit Cia!" Ambek Risa yang membuat Cia terkekeh.
"Jangan sampai Cia cubit pipi Risa lagi ya!" Ujar Cia yang membuat Risa kembali menormalkan wajahnya dengan waspada.
"Jangan dong! Sakit tau!" Ujar Risa dengan kesal.
"Uluh... Uluh! Jangan cemberut gitu dong! Nanti Cia bilangin sama Rion loh!" Ujar Cia membuat kedua mata Risa membola.
"Lo gak takut sama Rion?" Tanya Risa yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Cia.
"Sama Rion Cia gak takut, tapi sama kakak itu Cia takut!" Ujar Cia dengan lirihan di akhir kalimatnya.
"Nanti malem gue mau jalan-jalan sama temen-temen. Lo mau ikut gak?" Tanya Risa yang di jawab Cia dengan gelengan.
"Cia lagi pengen di rumah Risa, mau bobok cantik. Males jadi kelelawar," Ujar Cia dengan senyum jahilnya.
"Lo ngejek gue?" Tanya Risa malas.
"Loh? Kok jadi Cia sih Ris? Kan tadi Cia diem aja tau... Cuma ngetawain Risa dikit aja tadi," Kikik Cia yang membuat Risa mendengus kesal.
"Iya deh Ci! Asal lo bahagia aja gue mah!" Ujar Risa.
"Cia bahagia kok Risa. Kenapa Cia gak bahagia?" Tanya Cia yang di jawab gelengan kepala oleh Risa.
"Jadi?" Tanya Risa dengan penasaran.
"Cia bahagia!" Teriak Cia membuat teman sekelasnya menoleh ke arah Cia dan Risa dengan pandangan kesal mereka karena baru saja mendengar teriakan cempreng Cia yang berisik.
"Sttt!!! Jangan berisik, bentar lagi kita pasti di suruh ke lapangan!" Ujar anak-anak berbisik namun dengan kencang. Bagaimana tidak kencang? Mereka kesal dengan Cia dan Risa karena terus berteriak menganggu mereka.
"Ayo! Kita ganti baju!" Ajak Risa kepada Cia yang sedang memakan yupinya.
"Ahhh! Cia males Risa! Cia males ke lapangan!" Keluh Cia meletakkan kepalanya di atas meja.
"Gak ada males-malesan! Ayo ganti baju sekarang, abis itu kita ke lapangan." Ajak Risa menggandeng tangan Cia membuat yang punya mau tidak mau mengikutinya berjalan menuju toilet untuk mengganti pakaiannya.
\~\~\~
"Piwwitt... Cewek! Sini dong! Main yuk sama abang!" Siulan dari para laki-laki yang berada di sana membuat Risa muak. Risa dan Cia memang ingin pergi ke kantin setelah pelajaran olahraga itu selesai. Tapi, saat mereka melewati kelas dua belas IPS, itu lah yang selalu membuat Risa malas ke kantin. Bacotan para buaya. Dasar lelaki! Mahluk yang hidupnya tidak ada gunanya sama sekali. Mahluk sampah! Anjing! Tai! Babi! Asu! Setan! Kalau ada yang lebih kasar lagi dari itu, maka itulah laki-laki! Binatang!
"Apa?" Sinis Risa.
"Main yok sama kita-kita," Ujar laki-laki yang paling ujung sambil mengedipkan matanya membuat Risa muak.
"Tampang jelek kaya binatang aja kalian sok-sok an mau godain cewek! Gimana kalau kalian Zayn malik? Habis semua wanita di bumi kalian perkosa!" Maki Risa kesal.
"Apa lo bilang?" Tanya salah satu dari mereka.
"Apa? Yang mana? Binatang? Jelek?" Tanya Risa dengan beraninya.
"Lo...!"
Lelaki itu mengayunkan tangannya ke arah Risa membuat Risa memejamkan matanya erat.
Eh? Kok gak nyampe-nyampe pukulannya? Bingung Risa.
"Lo kalo jadi cowok gantle dikit lah! Seriously lo mau main tangan sama cewek? Gila lo! Ganti aja kelamin lo?" Ujar Rion memutar tangan lelaki itu dengan kuat. Jeritan mereka terdengar di lorong itu.
"Sorry-sorry! Lepasin tangan gue gila!" Berontak laki-laki itu yang masih berusaha melepaskan tangannya.
"Sorry lo bilang? Enak banget lo bilang Sorry? Untung gue cepet datengnya! Kalo tadi kena gimana?" Tanya Rion masih memegang kedua tangan lelaki itu.
"Kalau lo berani godain ataupun gangguin cewek gue, kalian bakalan gue patahin tangannya satu-satu!" Ujar Rion dengan kejamnya.
"Atau? Lo mau gue patahin leher kalian semua kalo kalian masih berani gangguin mereka lagi?" Sambung Rion yang mendapatkan gelengan panik dari mereka semua.
"Enggak bang! Enggak bang! Kita gak bakalan gangguin mereka lagi bang! Sorry bang, gak bakal iseng lagi!" Ujar mereka dengan panik kemudian berlari dengan terbirit-birit setelah Rion melepaskan tangan laki-laki tadi.
"Kalian gak apa-apa?" Tanya Rion dengan menatap kedua orang gadis di depannya ini.
"Gak apa-apa Rion, makasih!" Ujar Cia.
"Ayo Ci! Kita pergi!" Ajak Risa menggandeng tangan Cia tanpa menghiraukan Rion.