Mimpi yang terus terulang membwa Leora pergi ke dimensi berbeda serta merubah kehidupannya.
Dia yang hanya seorang pemilik toko kecil di pusat kota justru di sebut sebagai ELETTRA (Cahaya) di dimensi lain dan meminta bantuannya untuk melenyapkan kegelapan.
Secara kebetulan, begitulah menurutnya. dirinya pergi ke dimensi berbeda bersama Aron yang menjadi sahabatnya melalui mimpi, namun siapa sangka persahabatnnya bersama Aron justru membawa dirinya pada situasi yang tidak biasa.
Sihir yang semula hanya dia tahu melalui buku secara ajaib bisa dia lakukan.
Dan ketika cinta bersemi di hatinya serta tugas melenyapkan kegelapan telah selesai, apa yang akan dia lakukan?
Akankah dia kembali ke dimensi aslinya atau akan tetap bersama pria yang dia cintai?
Ikuti kisahnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. LD 13.
"Erebus kembali datang dan membakar Asra," ungkap Xavier.
Pria itu beralih pandang pada pria di samping Leora, menundukkan kepala sesaat sebelum kembali berkata,
"Padu_,, (memejamkan mata sesaat ketika ia hampir saja menyebutkan kata raja yang masih harus ia sembunyikan) Tuan, Anda harus meninggalkan tempat ini bersama, Nona,"
"Kami akan menahan Erebus semampu kami, tolong pergi dari tempat ini sebelum Erebus menemukan Anda," imbuhnya.
"Kenapa aku harus pergi?" tanya Leora dengan nada keberatan.
"Mereka mulai menyadari ramalan sudah terjadi, dan Erebus mencari Anda," jawab Xavier.
"Tapi dia belum mengetahui bahwa itu aku bukan?" sambut Leora.
"Itu_,,,"
"Aku tidak akan pergi," tegas Leora
"Bawa aku ke sana!" imbuhnya.
"Tidak bisa!" bantah Aron.
"Kamu tidak boleh ke sana, Lea. Berbahaya untukmu," imbuhnya.
"Apa yang membuatnya berbeda? Setelah menghancurkan tempat ini dan tidak menemukanku, dia akan menghancurkan tempat lain hanya untuk mencariku," ucap Leora.
"Bukankah itu sama saja kita membiarkan korban jatuh lebih banyak?" imbuhnya.
"Tapi_,,,"
"Aku tidak mungkin menghadapinya, itu satu hal yang sangat jelas, Aron," potong Leora cepat.
"Dia datang untuk mencariku, tapi dia tidak pernah melihatku dan tidak tahu akulah yang dia cari, dia hanya tahu manusia yang di ramalkan, benar bukan?"
"Kita kembali sekarang, kumohon,"
Aron mendesah panjang, menyadari apa yang baru saja Leora katakan adalah kebenaran yang tidak bisa ia sangkal. Ia juga tidak bisa memaksa wanita yang ada di hadapannya untuk mengikuti apa yang ia inginkan di saat dia tahu bagaimana karakter dari wanita yang ada di hadapanya, lalu mengangguk.
"Baiklah, tapi berjanjilah untuk tidak bertindak gegabah. Aku tidak bisa menghadapinya dengan keadaanku sekarang," harap Aron.
"Aku janji, sekarang kita kembali," sahut Leora.
"Saya akan membawa Anda ke sana," ucap Xavier.
Leora mengangguk, melihat untuk kesekian kalinya pria berambut coklat itu merubah wujudnya menjadi Griffin, lalu melipat keempat kakinya untuk memudahkan Leora naik.
Aron naik lebih dulu, mengulurkan tangannya pada Leora yang segera menyambutnya dan duduk dengan Aron yang berada di depan. Perlahan, Xavier berdiri, mengepakkan kedua sayapnya yang mambuat tubuhnya melayang dan terbang tinggi dalam hitungan detik.
Tanpa sadar, Leora melingkarkan kedua tangannya di pinggang Aron, merasakan kecepatan serta hembusan angin kuat yang menerpa wajahnya hingga membuat ia menyembunyikan wajah di punggung pria itu lantaran tidak bisa melihat ke depan.
Tubuh Aron menegang, merasakan desiran halus di dalam hatinya yang baru-baru ini ia rasakan. Perasaan aneh yang ia rasakan ketika berada di dekat wanita yang telah menjadi sahabatnya selama beberapa tahun, membuat dirinya tidak bisa memahami dirinya sendiri.
'Apa yang salah denganku? Sebelumnya aku tidak pernah merasakan seperti ini ketika bersamanya, kenapa sekarang_,,,, Ukh,,,,' batin Aron.
"ασπίδα (aspída)." Aron bergumam, lalu menjentikkan jarinya.
"Ehh,,,," Leora mengerjap bingung, tidak merasakan lagi hembusan angin kuat yang menerpa wajahnya seperti beberapa saat lalu, dan membuka mata untuk melihat sekeliling.
"Hembusan anginnya_,,, hilang," ucap Leora
"Maafkan saya, Nona. Saya lupa memasang pelindung pada Anda," Xavier berkata.
"Pelindung apa?" Leora bertanya bingung.
"Penjelasannya nanti saja," Aron menyela.
"Kita hampir sampai," imbuhnya.
Wanita itu melihat kepulan asap hitam menghiasi langit, namun bukan energi Erebus, melainkan asap hitam hasil dari puluhan rumah yang terbakar.
"Apa-apaan?" Leora mendesis lirih.
Kedua mata Leora melebar sempurna melihat kobaran api dari atas dan begitu banyak orang berada di sekitarnya.
Mereka mendarat dalam jarak beberapa meter dari lokasi kebakaran, memastikan kepakan sayap Xavier tidak memperbesar api yang telah berkobar, lalu berlari menuju titik kebakaran.
"Kenapa mereka tidak menggunakan sihir untuk memadamkan apinya?" tanya Leora di tengah larinya.
"Tidak ada yang bisa menggunakan sihir air di sini," jawab Aron.
"Sihir air?" ulang Leora dengan kening berkerut.
"Benar," sahut Aron.
"Erebus sudah pergi, aku akan membantu memadamkan api, tolong jangan bertindak gegabah dan berlindunglah bersama mereka di tempat aman," sambungnya dengan pengharapan.
"Aku akan membantu mereka yang terluka," ucap Leora.
"Baiklah, aku akan menemuimu sebentar lagi," sambut Aron.
"Uhm,,," Leora menganggukan kepala.
Keduanya berpencar untuk membantu semua orang, melakukan apa saja yang bisa mereka lakukan. Beberapa dari mereka membantu yang terluka, beberapa lagi berusaha untuk memadamkan api menggunakan air dengan peralatan seadanya, dan sisanya menggunakan sihir mereka untuk menahan api agar tidak menjalar.
'Mengapa tidak ada satupun dari mereka menggunakan sihir untuk memadamkan api?' batin Leora.
[[ "Karena api yang membakar rumah penduduk adalah api sihir," suara Alsneta menjawab dalam benak Leora.
"Api sihir memang bisa di padamkan menggunakan air biasa, namun tidak efektif dan memutuhkan waktu lama. Dan di tempat ini tidak ada yang bisa menggunakan sihir air," imbuhnya.
Leora mendengarkan sembari membantu beberapa orang yang terluka menyelamatkan diri, membawa mereka ke tempat aman dan kembali mencari korban lain yang membutuhkan bantuan.
"Apakah sihir seperti elemen?" tanya Leora.
"Hampir sama, perbedannya adalah air sihir bisa di ciptakan, jadi hal itu tidak terpusat pada pengendalian air," jawab Alsneta.
"Apakah Xavier juga tidak bisa menggunakan sihir air?" tanya Leora.
"Si Griffin itu? Dia tidak bisa sama sekali," jawab Alsneta.
"Bagaimana denganmu?" tanya Leora.
"Apakah kamu bisa menggunakan sihir air?"
"Kamu berkata padaku di tempat ini tidak ada seorangpun yang bisa menggunakan sihir air, sedangkan kamu berada di Eldon sebelumnya, itu artinya kamu bukan bagian dari Asra bukan?" lanjut Leora bertanya.
"Benar. Aku memang bisa menggunakan sihir air," jawab Alsneta.
"Kalau begitu, kenapa kamu tidak membantu?" tanya Leora tidak senang.
"Karena kamu tidak memanggilku, kamu juga tidak memberikan perintah apapun, aku tidak bisa bergerak sesuai keinginanku karena aku tidak berada dalam wujud sejatiku," jawab Alsneta.
"Aku akan meminta penjelasan itu nanti, sekarang lakukan sesuatu!" pinta Leora.
"Tapi, ini akan membebani fisikmu, energimu kemungkinan akan terkuras, apakah kamu akan tetap memintaku untuk melakukannya?" tanya Alsneta memastikan.
"Lakukan saja!" jawab Leora.
"Baik," sahut Alsneta.
"Ikutilah nalurimu, aku akan bergerak melalui itu. Rasakan energinya dan panggil aku,"
"Aku mengerti," sambut Leora.
# Pecakapan dalam benak Leora berakhir.#
Leora berjalan sedikit menjauh dari kerumunan orang yang baru saja ia bantu, mengikuti naluri yang ia rasakan dengan mengarahkan telapak tangannya ke bawah, lalu memejamkan mata.
"Keluarlah,,,, Alsneta,,,"
Leora bergumam pelan, detik berikutnya cahaya hijau berpendar dari telapak tangan kanannya, hingga ia bisa merasakan menggenggam sesuatu yang secara perlahan pendaran cahaya hijau di tangannya membentuk sebuah pedang transparan.
"Pinjamkan aku kekuatanmu,"
Leora berkata pelan, mengangkat pedang transparan di tangannya ke atas.
"κάνε να βρέξει (káne na vréxei),,,"
Wanita itu bergumam sekali lagi, mengucapkan satu kalimat yang bahkan tidak ia ketahui artinya. Bahkan, tubuhnya bergerak tanpa ia minta seolah telah berlatih dalam waktu lama.
Tepat setelah Leora mengucapkan kalimat yang aneh menurut dirinya, ia menembakkan pedang transparan di tangannya ke atas, menciptakan awan gelap di sertai hembusan angin sejuk, detik berikutnya hujan turun begitu deras yang mampu untuk memadamkan api dalam sekejap.
Dahi wanita itu mengernyit, merasakan sengatan listrik pada telapak tangan yang menjalar ke seluruh tubuh, namun tetap bertahan pada posisinya sembari memastikan api telah padam sepenuhnya.
Hingga, ketika ia menurunkan tangan setelah yakin semua api telah padam, seluruh tenaganya seolah pergi meninggalkan tubuhnya, membuat wanita itu terhuyung ke belakang. Namun, sebelum tubuhnya menyentuh tanah, sepasang tangan kokoh telah menangkap tubuh wanita lebih cepat.
"Dasar keras kepala,"
Suara dengusan kesal yang terdengar di telinga Leora cukup untuk membuat wanita itu mendongak hanya untuk melihat wajah khawatir Aron sebelum kegelapan menyambut dirinya.
Mereka bahkan tidak menyadari apa yang baru saja di lakukan Leora tak lepas dari pengawasan sepasang mata yang masih mengawasi mereka di sana.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
. . . . . .
. . . . . .
To be continued...
tanya leora ini 🧐
🤣🤭