Seorang wanita bernama Puteri mempunyai masa lalu yang kelam, membuatnya berubah semenjak kematian sang ayah, membuat dirinya berkamuflase. Seperti seseorang yang mempunyai dua kepribadian, plot twist dalam setiap kehidupannya membuat kisah yang semakin seru
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3
Tanpa terasa hubungan Puteri dan Rahman sudah di bulan ke 3 usia pacaran mereka.. Tapi Puteri sudah terlihat jenuh, ia baru menyadari bahwa hubungannya tidak ada perkembangan karena Rahman tak kunjung mencari pekerjaan juga..
Ayah Puteri adalah tipe orang tua yang tidak gegabah dalam menegur anak gadisnya itu, terlebih setelah kejadian malam itu ia pun semakin menyadari bahwa anak gadisnya kini sudah tumbuh menjadi seorang wanita muda.
Kemudian Puteri memutuskan hubungannya dengan Rahman karena suatu kejadian, kala itu Rahman membuat Puteri harus menunggu satu jam lewat dari waktu ia pulang kerja karena lembur.
Puteri hampir-hampiran tidak bisa pulang, karena melewatkan angkot terakhirnya, yang menuju ke arah rumah Puteri.
Saat itu belum ada ojek online, sedangkan uang Puteri tidak cukup untuk naik taxi karena sisa gajinya sudah habis oleh Rahman. Sehingga tidak ada opsi lain selain meminta tolong kepada ayahnya untuk menjemputnya pulang.
"Halo Ayah, teteh masih ditempat kerja, Rahman belum datang jemput, disini udah mulai sepi teteh takut yah, hiks hiks hiks", isak Puteri kala menelpon ayahnya.
Sang ayah yang kala itu sedang berada ditempat kerja karena shift malam merasakan dadanya bergemuruh kala mendengar putri semata wayangnya menangis terisak-isak ditelpon karena kekasihnya tak kunjung menjemput.
Dengan perasaan panik sang ayah mencoba menenangkannya, " Teh, coba teteh liat dulu angkot terakhir masih ada atau engga, kebetulan ayah sekarang lagi sibuk, nanti ayah hubungi lagi ya."
Puteri pun mengikuti saran sang ayah, ia berjalan menyusuri pangkalan angkot terakhir yang menuju ke daerah rumahnya.
"Alhamdulillah yah masih ada satu angkot, tapi disini gelap dan sepi gak ada penumpang lainnya", suara Puteri gemetar saat bercerita ditelpon kepada ayahnya tentang kondisi di area tersebut, pasalnya angkot terakhir itu hanya diisi sopir dan satu penumpang pria dibelakang, sehingga sang ayah pun semakin merasa panik.
"Teh, teteh duduk didepan aja dekat supir, ayah akan izin dulu untuk jemput teteh, nanti teteh turun didepan gang saja, biar ayah yang antar teteh sampai rumah", bujuk sang ayah..untuk menenangkan putrinya.
Sebenarnya ayah begitu panik tetapi sebisa mungkin menyembunyikan kepanikannya kala berbicara dengan putrinya itu.
Memang ayah bekerja dikota sebelah yang jaraknya kurang dari 1 jam jika ditempuh dengan motor, sedangkan jarak dari gang pinggir jalan menuju rumah pun cukup jauh bila ditempuh jalan kaki sekitar 15-20 menit, kecuali dengan motor 10 menit pun sudah sampai.
Puteri pun mengikuti saran ayahnya duduk disamping pak sopir, angkot terakhir itupun lumayan lama ngetem dikarenakan masih menunggu penumpang yang lain.
Disisi lain karena panik memikirkan sang putri, Ayah lalu bergegas menyelesaikan pekerjaannya dengan pikiran yang kacau tanpa ia sadari ia telah melakukan kesalahan yang fatal dengan pekerjaannya.
Angkot yang ditumpangi Puteri pun pergi. 20 menit kemudian angkot sudah tiba di sisi jalan tepat dengan gang rumah Puteri, lalu Puteri pun menelpon ayahnya dan mengatakan bila ia sudah sampai didepan gang.
Tibalah ayah digang tersebut,kemudian mengantarkan Puteri sampai kerumah.. TOK TOK TOK, Puteri mengetuk pintu.. "Assalamualaikum mah".. dan tak lama pintu pun terbuka..
"Waalaikumsalam, kenapa teteh baru pulang?", tanya sang mamah..
" Ia tadi Rah..." belum selesai Puteri menjawab sang ayah sudah menimpali kata-katanya.
"Tadi si Rahman gak jemput Puteri bu, jadi ayah yang jemput Puteri dari gang depan".. Ayah memang memanggil mamaku dengan sebutan ibu, berbeda dengan kedua anaknya yang memanggil mama dengan sebutan mamah.
" Loh kok bisa, memang Rahman kemana?? terus kerjaan ayah gimana??", tanya mamah kepada kami.
"Rahman bilang mau jemput tapi setelah ditunggu-tunggu gak datang juga, ditelpon dirijek terus", jawabku.
" Bu, ayah langsung balik ke tempat kerja ya, tadi kerjaan ayah belum selesai", kemudian ayah pamit menyalakan kembali motor nya.
"Hati-hati yah jangan ngebut bawa motornya", pesan mamah pada ayah, kemudian motor pun berlalu sambil dijawab ayah, " Iya bu".
Setelah selesai berganti baju kembali kedepan menemui mamah, " Ayah udah pergi lagi mah??", tanyaku pada mamah.
"Sudah teh", jawab mama sambil mengunci pintu dan duduk disebelahku. Kemudian beliau bertanya, " Kamu dan Rahman kenapa?? belakangan ini Rahman sering sekali ingkar janji untuk menjemput dan membiarkan kamu menunggu, dan parahnya malam ini sampai kamu pulang selarut ini???", tanya mamaku dengan wajah panik dan bertanya-tanya.
Aku hanya menarik nafas dan menjawab pertanyaan mamaku dengan mengangkat kedua bahuku sebagai jawaban tidak tahu..
Belakangan ini Rahman memang sering mengingkari janjinya, setelah ku tanyakan alasan kepadanya, dia hanya menjawab dengan alasan yang tidak masuk akal..
Entah mengapa kata-katanya belakangan ini tidak bisa dipercaya dan itu membuatku sangat kesal, bukan karena dia tidak menepati janjinya, hanya saja membuatku hampir tidak bisa pulang, hingga aku harus meminta ayahku yang sedang bekerja sampai meninggalkan pekerjaannya demi menjemputku..
"Teh, semoga kedepannya ini tidak terjadi lagi, apa kamu tidak melihat begitu paniknya ayah kamu sampai meninggalkan pekerjaannya?? bergegas menjemputmu karena khawatir putri semata wayangnya belum pulang kerumah hingga larut malam, bagaimana bila terjadi sesuatu padamu atau pada ayahmu karena ia panik??", kemudian mamah mengusap kepalaku sebelum aku menjawab pertanyaannya beliau kembali bertanya," Kamu sudah makan malam?? bila belum makanlah dulu lalu istirahat, jangan begadang, jaga kesehatanmu, kita bahas nanti lagi saja, mamah tidur duluan ya", kemudian mama beranjak dari tempat duduk menuju kamarnya.
Hal yang tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya, ternyata begitu besar rasa cinta ayah kepadaku sampai melakukan apapun untuk putrinya, dia tidak memperdulikan yang lain, sungguh merasa bersalah aku pada ayah, hanya agar tidak diolok-olok lagi oleh temanku, dan agar ayah tidak terlalu protective padaku, aku harus berpacaran dengan orang yang salah.
Iya benar, orang yang salah, sebenarnya sejak awal pun Puteri menyadarinya jika ia memacari pria yang salah, pasalnya selain pengeretan lelaki itu pun begitu sombong, padahal ia hanya seorang pengangguran, tetapi gayanya begitu tinggi, tak jarang barang yang dipamerkan pun adalah hasil dari ia meminta sampai mengemis-ngemis untuk dibelikan oleh Puteri.
Bahkan disaat ia membuat Puteri menunggu 1jam ditempat kerja, ia sedang berkumpul bersama saudari dan teman nya yang hedon, dengan memamerkan hp apel terbaru yang ia dapat hasil dari kredit tentu saja menggunakan uang Puteri sebagai dp nya.
Puteri memang baik, teramat baik malah, sampai ia sering diperalat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan memanfaatkan kebaikan serta kepolosannya, ia orang yang mudah merasa iba, karena pikirannya yang selalu positif kepada orang lain.
Dan hari ini ia mulai tersadar dengan semua yang terjadi, ternyata ini semua hanya akal-akalan Rahman yang sengaja memanfaatkan perasaan Puteri untuk menopang hidupnya dan memenuhi keinginannya, karena ia seorang pengangguran, Puteri yang buta akan cinta Rahman pun tak pernah menyadari maksud dari pria itu sebelumnya.
Selama ini ia mengabaikan perhatian serta kasih sayang ayah tercintanya dan menganggap semua yang dilakukan beliau adalah pengekangan yang membuatnya risih karena terus diolok-olok oleh temannya dan lebih memilih pria modus yang jelas-jelas tidak tulus padanya.
Puteri merenung diatas tempat tidurnya mengingat kembali semua yang telah terjadi belakangan ini dan tanpa sadar telah membuatnya meneteskan air mata. Larut dalam kenangan itu membuat Puteri pun tertidur.
Keesokan harinya Puteri bangun siang karena kebetulan itu adalah hari libur kerja, sehingga mamah tidak membangunkannya pagi-pagi seperti biasa,
Dengan mata sembabnya, ia pun segera mandi dan bersiap-siap membantu sang mamah untuk memasak hingga terdengar suara pintu diketuk.. TOK TOK TOK.
Mamah yang sedang mengiris bawang hendak membukakan pintu namun dicegah oleh Puteri, ia beranjak dari dapur menuju ruang depan untuk membuka kan puntu.
CEKLEEEK dan pintu pun terbuka
"Ayah baru pulang??".. tanya Puteri ketika melihat ayahnya didepan pintu tetapi tidak mendengar suara motornya.
" Iya teh", kemudian ayah membuka sepatu lalu masuk kedalam.
Ayah berlalu menuju kamar, setelah mengganti baju ayah duduk didepan tv sambil mengeluarkan rokok nya.
"Yah sebentar ibu buat kan kopi dulu ya," Kata mamaku sedikit berteriak dari arah dapur,dan hanya dijawab anggukan oleh ayah sembari berkata "Ya".
Puteri pun kembali kedapur bermasuk untuk membantu mamah membuatkan kopi untuk ayah karena mamah sedang sibuk memasak di dapur.
"Yah ini kopinya, ayah tadi matiin motornya dimana kok teteh gak denger ada suara motor datang?", tanyaku kepada ayah sambil menyodorkan secangkir kopi kepada beliau.
" Tadi didepan ketemu ua kamu, jadi ayah matikan motornya, ngobrol sebentar lalu pulang, kalo harus dinyalakan lagi tanggung, jadi ayah dorong motornya", Jawab ayahku kemudian.
Aku memandangi ayah terlihat guratan lelah diwajahnya, dan sepertinya ayahku sedang ada masalah. Aku enggan bertanya dan membiarkan beliau menyeruput kopi hitam kesukaannya dan sebatang rokok favoritnya, lalu akupun kembali ke dapur membantu mamah bersih-bersih karena setelah makanan yang ia masak selesai waktunya makan siang untuk kami.