Gadis manis berkulit putih, mata sipit dan hidung mancung Keynara maharani namanya, menjadi yatim piatu sejak kecil menjadikan sosok Key biasa dia sapa menjadi gadis yang tangguh dan pantang menyerah dalam segala hal, hingga kejadian disuatu malam yang mempertemukan nya dengan seorang CEO buta yang nyawanya tengah terancam. Key yang saat itu baru saja pulang dari bekerja menyaksikan seseorang yang tengah tidak berdaya dihajar habis habisan oleh beberapa oran berbadan besar berpakaian serba hitam, melihat orang itu tak berdaya dia memberanikan diri untuk menolong dengan sebuah ide terlintas dibenaknya dengan menyetel alarm sirine polisi diponselnya, dan berhasil orang orang berbadan besar itu langsung berlari meninggalkan orang yang tadi mereka keroyok.
bagaimana kelanjutan kisah Keynara dengan orang yang ditolongnya itu?
yuk ikuti kisah mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanswii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Hingga pukul 9 pagi key belum juga terbangun, mungkin efek dari obat bius dan juga badannya yang lelah jadi dia lebih lama.
orang orang yang berada diruang rawat itu pin jadi hawatir, apalagi key belum melakukan Rontgen untuk kepala key, mereka takut kalau ada yang parah dengan kepalanya.
didalam ruangan itu sudah ada mama Andin, papa Kendra dan Al yang menginap sejak semalam dan ada Noah yang pagi pagi sudah datang kesana karena dia terus kepikiran terhadap kondisi key dan juga Devon yang dikabari oleh Noah pagi pagi buta dan langsung bergegas kerumah sakit.
"kenapa dia belum sadarkan diri juga ma?", ucap Al hawatir.
"entahlah nak, mama juga hawatir", sahut mama Andin,
"kalian jangan terlalu panik, kata dokter key tidak apa apa, mungkin karena memang efek obat bius dan juga badannya yang lelah, makanya dia tidur lebih lama", ucap papa Kendra menenangkan.
Hingga beberapa menit kemudian terdengar lenguhan dari key yang membuat mereka semua segera menghampirinya.
"eunghhh".
perlahan key membuka matanya, mengerjapkan pelan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya, setelah terbuka sempurna dia melihat ke sekeliling mencoba mengingat dia dimana saat ini, hingga pandangannya bertemu dengan orang orang sejak tadi menungguinya.
"dimana ini, kenapa putih semua, apa aku udah di surga", ucapnya parau, belum bisa menguasai kesadaran sepenuhnya.
seketika orang orang itu pun terkekeh.
"key", panggil bunda Andin,
key pun meraih terus memperhatikan orang orang itu, dimana dia sebenarnya dan kenapa bisa orang orang itu ada disana, apa dia sudah tinggal dikediaman Bagaskara, tapi dia kan belum setuju, apa dia diculik paksa, segala pikiran absurd pun hadir dikepalanya yang masih terasa nyut nyutan itu.
"bunda, ini dimana?", tanya key,
"kamu dirumah sakit sayang", ucap bunda Andin.
seketika key melebarkan mata, dia pun segera bangun tapi sialnya kepalanya terasa begitu sakit, bahkan saat di memegang kepalanya dia merasakan ada perban dikepalanya, dan juga dilengan Kanannya.
"key jangan bangun dulu", ucap papa Kendra,.
"kepala kamu masih sakit, diem dulu", ucap Al berusaha lembut agar tidak menyakiti key,
"bunda key mau pulang, key gak suka rumah sakit, key takut bunda, key mau pulang", ucap key dengan nada bergetar terlihat sekali sendang ketakutan.
Mama Andin pun memeluk key dengan sayang, menenangkan gadis yang sudah terisak itu, sedang yang lain pun terkejut mendengar key yang ternyata takut rumah sakit, bahkan terlihat sekali key sangat ketakutan.
"hey, kanapa sayang?", tanya mama andin,
"key takut rumah sakit bunda,.key gak mau disini key mau pulang", ucap key sambil terisak dipelukan mama Andin.
"tapi kamu belum sembuh nak kamu masih harus menjalani perawatan", kata papa Kendra,
"disini semakin membuat key semakin sakit om, key mau pulang key gak apa apa kok om", kata key.
mereka pun terdiam, sepertinya key memiliki trauma terhadap rumah sakit, dilihat dari ekspresi wajahnya yang terlihat sangat ketakutan.
"baiklah, kamu akan pulang tapi pulang kerumah kami, biar kamu ada yang merawat", ucap Al,
"iya key, loe masih perlu pengobatan, dirumah loe sendirian, jadi lebih baik loe ikutin pulang kerumah Bagaskara", ucap Devon ikut membujuk,
key terdiam, semua yang dikatakan Al dan Devon memang benar, dirinya masih perlu diobati, badannya juga masih terasa sakit semua, dan kepalanya pun masih sangat pusing tidak mungkin juga dia pulang kerumahnya, tidak ada yang akan membantunya.
"baiklah", ucap key pada akhirnya.
"tapi apa dokter memperbolehkan key pulang, keadaannya masih belum pulih", kata mama Andin,
"biar papa yang bicara sama dokter ma, kita bisa kan menyuruh dokter pribadi keluarga untuk rutin memeriksa keadaan key di rumah, atau kalau perlu kita akan sewa suster dari rumah sakit ini untuk merawat key", kata papa kendra,
"gak perlu om, key cuma butuh istirahat aja, gak perlu pake suster segala", tolak halus key.
"udah kamu nurut aja, ini semua demi kebaikan kamu,", ucap Al yang membuat key terdiam seketika.
entahlah, meskipun nada bicara Al sudah terdengar lembut tapi bagi key tetap saja aura Al itu menakutkan.
"tapi apa nona key sudah benar benar baik baik saja?", tanya Noah,
"panggil key aja kak, key baik kok kak cuma butuh istirahat saja", jawab key.
Papa Kendra sudah keluar dari ruangan menuju keruangan dokter, dia akan mengurus kepulangan key dan meminta pendapat pada dokter perihal keadaan key yang ngotot minta pulang.
Didalam ruangan Al duduk dikursi samping ranjang key, dan key masih dengan posisi tiduran karena kepalanya masih terasa sakit.
"kanapa takut rumahan sakit nak?", tanya mama Andin,
Key mengelap nafas dalam mendengar pertanyaan mama Andin, kenangan masa lalu seketika berputar di kepalanya,
"dulu waktu ayah kecelakaan, key menunggu papa sendirian diruang ruang rawat ayah karena mama harus pergi mencari pinjaman uang untuk biaya rumah sakit, saat itu usia key masih 7th sampai akhirnya papa ditanyakan meninggal dan mama belum juga kembali karena mama belum mendapat pinjaman uang dari tempat kerjanya, dan saat mama kembali papa udah meninggal, sejak saat itu key takut rumah sakit, dan gak mau lagi kerumah sakit, tapi keadaan seolah tak mengizinkan key untuk lama lama tenggelam dalam rasa takut itu, hingga ketika ibu dinyatakan menderita kanker dan diharuskan melakukan kemo terapi, key selalu menemani ibu kerumah sakit, hingga akhirnya ibu dinyatakan meninggal dan key kembali sendiri menemani ibu dirumah sakit", ucap key sambil melihat kelangit langit ruangan itu, dan air mata mengalir deras.
semua terdiam mendengar cerita pilu key, bahkan ada rasa sesak didada mereka, gadis tangguh itu ternyata hidupnya begitu berat.
"key, sayang maafin bunda ya nak maaf bikin key sedih", ucap mama Andin yang air matanya sudah mengalir juga sedari tadi.
"gak apa apa Bun, key gak pa pa kok, yang terpenting key segera keluar dari tempat ini", ucap key dengan senyum manisnya.
",tapi sebelum pulang kamu harus melakukan rongent untuk memastikan kepala kamu baik baik saja atau tidak", ucap Al,
"hah, di rongent, apa key kena gegar otak Bun, wah kalau sampai key gegar otak apa key akan bodoh Bun, wah kalau sampai key bodoh key gak bisa dapat beasiswa lagi donk Bun, terus nanti key sekolahnya harus bayar donk, haduh gimana ini", cerocos key,
Devon pun menggeplak tangan key yang bebas dari infus.
plaak...
"aush,, sakit von, kok digeplak sih", sungut key kesal yang membuat yang lain terkekeh pelan,
"lagian pikiran loe tu kejauhan key, kebiasaan terlalu banyak nonton sinetron sih, makanya isi otak loe aneh aneh Mulu", ucap Devon jengah,
"gue mah gak pernah punya waktu ya buat nonton sinetron, gue mah bukan pengangguran, gue sibuk kerja", ucap key tak mau kalah.
Mama Andin dan Noah pun tertawa melihat interaksi kedua remaja tanggung itu, sedang Al dia hanya mengulas senyum yang sangat tipis, lucu juga gadis penolongnya itu.