Srikandi, gadis cantik yang selalu digilai oleh setiap laki laki yang mengenalnya. karena selain cantik dan berasal dari keluarga kaya, Srikandi juga baik hati.
Srikandi memiliki seorang kekasih bernama Arjun, tetapi tanpa sepengetahuan Srikandi ternyata Arjun hanya menganggap dirinya sebagai piala yang dia menangkan dari hasil taruhan saja. Arjun tidak pernah mencintai Srikandi yang dia anggap sebagai gadis manja, yang hanya bisa mengandalkan harta orang tua.
Padahal tanpa sepengetahuan Arjun, Srikandi juga memiliki sebuah bisnis tersembunyi, yang hanya ayahnya saja yang tahu.
Saat Srikandi tahu kebusukan Arjun, Srikandi tidak marah. Srikandi bersikap santai tapi memikirkan sesuatu untuk membalas sakit hatinya. Apalagi hadirnya pria tampan yang mencintai dirinya dengan tulus. menambah lengkap rencana Srikandi.
Arjun harus merasakan juga mencintai tapi tidak di anggap. Arjun harus tahu rasanya patah hati .
ikuti kisah selengkapnya dalam
BUKAN LELAKI CADANGAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13
Pagi hari di sebuah rumah yang bisa dibilang mewah. Matahari pagi masih belum terlalu terlihat, akan tetapi suasana di rumah itu sudah sangat riuh. Suara bel yang berbunyi di pagi buta, dimana belum waktunya jika seorang ingin bertamu, cukup mengejutkan para pelayan maupun pemilik rumah.
"Pelayan coba lihat ke depan siapa yang bertamu di pagi buta seperti ini." Perintah Nyonya Diana, Nyonya di rumah itu, kepada seorang pelayan yang sedang membersihkan meja.
Meninggalkan pekerjaan yang sedang ditanganinya, pelayan bergegas menuju ke arah pintu.
"Ya Tuhan, Den Arjun." pekik si pelayan. Wanita paruh baya yang telah bekerja di rumah itu selama delapan tahun itu menutup mulutnya tidak percaya melihat penampakan yang ada di hadapannya.
Putra majikannya datang dengan di papah oleh seorang security yang bekerja di gerbang depan.
Tidak memperdulikan teriakan seorang rekannya, security segera memapah tubuh Arjun untuk masuk dan dudukkan Di sebuah sofa.
"Ya Tuhan apa yang terjadi? Kenapa dia berada di sini, di pagi buta seperti ini dan dalam keadaan seperti ini?" Nyonya Diana bertanya kepada security. Nyonya Diana sedang menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya. Dan bergegas berlari ke depan saat mendengar suara heboh pelayannya.
"Sopir taksi yang ada di depan mengatakan kalau argo belum dibayar, Nyonya." Security melaporkan apa yang dia dengar dari sopir taksi.
"Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi?" Gumam nyonya Diana. Tetapi tak urung dia berlari ke atas menuju kamarnya untuk mengambil dompetnya.
*
"Berapa argo yang harus dibayar?" Tanya Nyonya Diana begitu dia berhadapan dengan sopir taksi. "Dan apa yang sebenarnya terjadi dengan Putra saya?"
"Semuanya Rp.230.000, Nyonya. Saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya baru saja pulang dari masjid setelah shalat subuh. Dan sebenarnya belum ingin mencari penumpang, tapi Tuan tadi menghentikan taksi saya di depan sebuah restoran." Sopir taksi memberikan keterangan sesuai yang dia tahu. "Dan dia mengatakan kalau argo akan dibayar di rumah," lanjutnya.
Tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, Nyonya Diana segera bergegas menuju kembali ke dalam rumah setelah mengucapkan terima kasih kepada sopir taksi
*
*
*
"Kau sudah bangun? Apa kau sudah bisa bicara sekarang?" Satu suara yang sangat dikenali oleh Arjun masuk ke dalam pendengarannya begitu dia mengerjapkan mata.
Arjun mengedarkan pandangannya, dan mendapati dirinya sudah berbaring di atas kasur empuk di rumah orang tuanya. Menoleh ke arah jam dinding, matanya terbelalak ketika mendapati waktu telah menunjukkan pukul 12.00 siang.
"Ya Tuhan. Apa aku tertidur selama itu?" Gumamnya sambil memijat pelipisnya yang masih terasa pening. Dia juga masih mengantuk sebenarnya, dan masih ingin melanjutkan tidur sampai sore kalau boleh. Badannya terasa sakit semua.
Dia teringat beberapa jam yang lalu ketika dia baru saja sampai di rumah orang tuanya. Dia bukan pingsan, dia hanya lelah dan mengantuk. Sehingga tidak memperdulikan suara-suara yang berdengung bersahutan di sekeliling telinganya. Dia tertidur begitu oleh security di baringkan di atas sofa.
Dia masih bisa merasakan ketika dua orang security diperintahkan oleh mamanya untuk mengangkat dirinya dan membawanya ke kamar. Bahkan ketika mamanya memerintahkan seorang pelayan untuk membersihkan tubuhnya. Dia tahu semuanya, dia merasakannya. Akan tetapi tubuhnya yang sudah terlalu lelah sekaligus mengantuk membuatnya tidak memperdulikan semua itu.
"Apa mulutmu itu sudah menjadi bisu, sehingga tidak lagi bisa berbicara? Ataukah telingamu yang sudah menjadi tuli hingga tidak mendengar orang tua berbicara?" Tuan Wardoyo berteriak karena putranya masih juga diam tak menjawab.
Arjun bergeming, sudah terbiasa baginya mendengar teriakan papanya. Itu seperti sudah menjadi lauk pauk sehari-hari. Jadi Arjun tak terlalu memusingkannya.
Menggerakkan tangannya perlahan meraih gelas yang berada di atas nakas. Dia ingin membasahi kerongkongannya yang kering lebih dulu.
Mengambil nafas dalam-dalam kemudian mengeluarkan kembali. Setelah itu Arjun menceritakan semuanya yang dia alami sejak kemarin sore hingga malam, dan sampai dini hari tadi.
Di mana dirinya sebenarnya hendak makan di restoran mewah dengan Srikandi, lalu datang kakaknya Srikandi dan membawa wanita itu pergi. Kemudian di mana saatnya dia membayar bill tetapi ternyata dompetnya tidak dia temukan berada di satu celana.
Dan terakhir di mana dia dalam waktu sekejap beralih profesi dari seorang manajer perusahaan besar, menjadi seorang tukang cuci piring dan bersih-bersih di restoran bintang lima. Tak ada yang luput dia ceritakan.
Mulut Tuan Wardoyo dan Nyonya Diana menganga, seakan ingin tidak mempercayai apa yang telah diceritakan oleh anaknya. Tetapi jika melihat penampakan anaknya saat baru saja tiba tadi pagi, mau tak mau mereka terpaksa harus mempercayainya.
"Kau benar-benar memalukan. Mau ditaruh di mana muka Papa, jika ada rekan papa yang mengenalimu di sana? Kapan kau bisa sekali saja membuat orang tuamu ini merasa bangga?" Tuan Wardoyo berteriak marah.
"Dasar bodoh. Kau memang benar-benar bodoh, kau benar-benar tidak bisa diandalkan. Padahal seharusnya kau bisa mengambil hati Nona Srikandi. Dengan begitu pamor keluarga kita akan naik jika kau berhasil menikah dengan Putri dari keluarga Wibisana itu."
Bukan prihatin atas kondisi anaknya, tetapi tuan Wardoyo malah memaki dan memarahinya.
Arjun terdiam mendengar ucapan papanya. Selama ini jangankan dia mencoba untuk mengambil hati Srikandi. Yang dia lakukan justru memanfaatkan wanita itu. Setiap kali mereka pergi berdua, selalu Srikandi yang mengeluarkan uang untuk apapun yang mereka nikmati.
Apa dia sedang salah strategi? Ah tidak. Toh itu keinginan Srikandi sendiri. Srikandi yang memang selalu memberikan dia ini dan itu. Kalau ada yang bisa dimanfaatkan, kenapa tidak? Begitu pikir Arjun.
"Dan hentikan kegilaanmu di luar sana! Jangan sampai Nona Srikandi tahu apa yang kamu lakukan, dan kemudian memutuskan hubungan kalian!" Tuan Wardoyo menekankan.
Mata Arjun memicing ke arah papanya, dan bertanya, "Apa maksud Papa?" Arjun bertanya seolah tak mengerti.
"Kau pikir selama ini papa buta sehingga tidak tahu apa yang kau lakukan di luar sana. Kau hanya menghambur-hamburkan uang untuk para jalang murahan." Hardik Tuan Wardoyo.
Arjun tersenyum sinis mendengarnya, sedangkan Nyonya Diana yang mendengar ucapan suaminya menggelengkan kepala seraya menutup mulutnya tidak percaya. Apa benar putranya seperti itu?
"Memangnya aku seperti apa, Pa? Aku seperti ini karena menurun dari sifat siapa? Ayo jawab, Pa!" Arjun berbicara dengan nada mengejek.
"Arjun, apa maksudmu?" Tanya Nyonya Diana.
"Dasar anak kurang ajar, dinasehati orang tua hanya bisa melawan!" Sambil menyembunyikan raut gugupnya, Tuan Wardoyo menyela sebelum istrinya bertanya lebih jauh. Arjun tersenyum sinis melihatnya.
"Lebih baik Papa dan Mama keluar sekarang, aku masih ingin melanjutkan tidurku! Atau Papa ingin aku bicara lebih banyak lagi?" Bukannya takut Arjun malah mengeluarkan ancaman.
Tidak ingin istrinya mendengar kata-kata Arjun selanjutnya, tuan Wardoyo segera membawa istrinya itu untuk keluar dari kamar Arjun.
"Hahhh, sudah sesiang ini. Mau pergi ke perusahaan juga percuma, ini bukan hanya terlambat, tapi sudah sangat terlambat." Arjun membaringkan kembali tubuhnya, ketika dia melirik jam yang bergantung di dinding dan ternyata sudah menunjukkan pukul 13.00.
Tidak pernah melakukan pekerjaan berat, membuat tubuhnya terasa sakit semua. Tak lama kemudian pria itu kembali terlelap, terlena, tersenyum mengarungi lautan mimpi. Tanpa sadar ada ombak dan badai yang menghadang di depan dan siap menggulung tubuhnya.
***
bnrn yudistira yg jd dktr.....
Duuhh....kl srikandi jdian sm dia,bruntung bgt....udh baik,kya rya,pduli sesama jg....d jmin bkln bhgia kl hdp sm dia....
Btw,tu nnek shir msh ngeyel aja....
tar mlah blik k dri sndri....
tapi sekarang mending, satu doang yg tembus. telkomsel. selain itu jangan harap ada jaringan.