Aku tidak tahu bahwa cinta adalah sebuah kepalsuan semata. Kupikir kebebasan adalah kesenangan yang abadi. Faktanya, aku justru terjebak di sebuah lobang gelap gulita tanpa arah yang disebut cinta.
Aku gadis belia yang berusia 17 tahun dan harus menikah dengan orang dewasa berusia 23 tahun beralasan cinta. Cita-cita itu kukubur dalam-dalam hanya demi sebuah kehidupan fiksi yang kuimpikan namun tidak pernah terwujud.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ela W., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 13
Setelah kabar dariku ayah langsung menghubungi nomor Lia dan membuat janji untuk bertemu dengan papa-nya dan meminta info atau alamat orang yang dimaksud, sambutan Lia dan papa-nya pun sangat hangat, berkata bahwa mereka saja yang akan datang berkunjung sambil ingin kenal lebih dekat.
Tidak menunggu lama untuk saling melempar obrolan, ayah menceritakan semua kejadian dari awal meski pak Riyan, papa Lia sudah tahu sedikit banyak kisah keluarga kami dariku. Pak Riyan sangat menyayangkan atas kejadian ini. Awalnya hanya urusan sepele tapi membengkak hingga ke ranah yang tidak diinginkan, permasalahan yang harusnya selesai justru melebar luas. Pak Riyan sangat setuju bahwa keluarga Trio adalah keluarga Mpok manusia yang tidak tahu diri dan harus diberi pelajaran yang setimpal. Tidak ada kata maaf yang patut diberikan pada mereka, mereka tidak pantas diberi kerenggangan dan kehidupan yang layak setelah semuanya.
Usai basa-basi pak Riyan langsung menghubungi seseorang untuk membantu ayah dalam mengatasi masalahnya. Dari pembicaraan yang kudengar, pak Riyan bersama orang tersebut memang sudah sangat akrab, sepetinya memang sudah menjadi rekan kerja yang cukup lama. Aku hanya berharap dia bisa diandalkan oleh ayah.
*****
"Pak ada tamu tidak dikenal datang. Katanya mau bertemu pak Riyan dan pak Sanjaya." pak Ruri satpam rumah memberitahu.
"Suruh masuk, pak." timpal ayah. sambil menoleh ke arah pak Ruri.
Tak lama menunggu, sesosok pria ramah yang berperawakan culun namun sangat tampan juga berkarisma datang dan duduk di sofa sebelah ayah. Pak Riyan langsung membicarakan inti membuat orang tersebut mengerti.
"Oh iya, nama kamu siapa?" tanya ayah tiba-tiba.
"Oh, saya Antoni, pak." ia mengulurkan tangan sopan. Sedikit menganggukkan kepala tanda penghormatan.
Pagi buta semua sudah dimulai. Beberapa orang mungkin masih terlelap namun tidak dengan Antoni. Ia tekun dan seksama dalam mengerjakan tugas yang bukan main-main. Ia mungkin butuh waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Katanya, ia sengaja menggunakan waktu malam di mana hampir semua orang masih nyenyak dengan mimpinya, karena sistem keamanan internet sementara waktu akan berkurang. Lagi pula pemilik tidak akan sadar jika akun pribadi mereka sedang dibobol. Malam hingga pagi buta memiliki jangka wktu lama sehingga pengerjaan bisa dilakukan sangat hati-hati dan juga teliti.
Antoni mungkin juga termasuk orang yang biasa-biasa saja. Faktanya dalam semalaman hingga pagi buta ia sudah menyelesaikan keduanya. Data pribadi milik perusahaan untuk seluruh bentuk saham yang ada, juga uang di rekening kantor sudah kembali seutuhnya bahkan bertambah. Nomor rekening lawan juga sudah dibekukan sehingga lawan harus membuat rekening baru. Rekening lama miliknya tidak akan bisa dipulihkan meski mereka datang ke bank dan melakukan pengaduan untuk meminta bantuan. Keluarga Trio menemukan lawan yang sebanding. Mereka harus menghentikan tawa buatan yang menjijikkan yang pernah mereka lempar pada ayah. Aku puas mengetahui bahwa Antoni sangat lihai dan sat-set.
Keluarga Trio saat ini pasti sedang ketar ketir karena kehilangan uang hasil menipu. Mereka pikir mereka akan hidupmu tenang setelah mempermainkan keluargaku. Sekarang ini ayah mencari cara agar tidak lagi berhubungan atau mendapat gangguan dari keluarga Trio. Mungkin aku juga harus kembali bertemu dengan Trio untuk memintanya memohon pada om-nya untuk berhenti melanjutkan urusannya dengan keluargaku. Tapi saat ini aku harus selalu satu mobil dengan ayah, bagaimana mungkin bisa? Ah, untuk sekarang aku mungkin harus beristirahat sejenak agar tidak memikirkannya, aku tahu ayah bijak dan akan lebih tahu bagaimana caranya. Yang jelas aku bangga pada Antoni, ia bak berlian bagi ayah, bisa saja Antoni akan tetap menjadi rekan kerja bagi ayah guna menjadi perlindungan dalam bisnisnya. Memang tidak sia-sia jika ayah memberi bayaran tinggi mengingat pekerjaan yang beresiko dan tidak semua orang bisa melakukan dengan waktu yang sangat singkat.
Sejak melihatku, sorot mata Antoni memang berubah, lebih tajam dan sayu, ia sesekali memberi senyuman yang membuatku membeku. Bukan artinya jatuh cinta, barang kali aku hanya kagum karena ia memiliki nilai plus selain dari kelebihan fisik. Kecerdasan otak yang dimiliki juga membuat ia terlihat bernilai.
Ayah memperhatikan gelagat Antoni. Sebetulnya tidak apa jika Antoni menyukaiku, tapi ia sudah menekankan padaku untuk tidak lagi bercinta selama aku masih menempuh pendidikan. Ayah terlalu takut masa depanku akan berantakan karena aku tidak konsisten dalam membagi waktu dan pikiran. menurut ayah, aku akan tetap menjadi anak kecil yang labil dan sulit berpikir rasional. Padahal tidak mungkin, aku terjebak di lubang yang sama. Akan kupastikan aku sudah belajar banyak dari perjalanan menyesatkan kemrin. Tidak akan ada jilid kedua dalam kamus kehidupanku membuat kesalahan yang sama.
Hampir setiap hari ayah mengingatkan agar tidak terjebak oleh rayuan maut laki-laki. Menceritakan bagaimana wujud kepahitan dari cinta tanpa kesiapan mental dan finansial. Ayah meminta agar aku menjadi wanita yang berkualitas sehingga tidak ada lelaki yang berani meremehkan seperti Trio. Ayah menjunjung tinggi kesetaraan. Katanya jika aku memiliki nilai diri yang baik, maka pasangan akan mengikuti. Jika tidak, pun sebaliknya. Pasangan adalah cerminan perjuangan kita selama masih melajang. Itu lah sebabnya ayah cerewet soal pendidikan dan masa depanku kulak. Ia khawatir aku kembali menjadi pecundang dan tidak menjadi seperti yang ayah inginkan. Aku gagal menjadi sosok kuat seperti ibu. Wanita hebat versi ayah. Perempuan yang tidak terlihat rapuh meski sudah hancur.
*****
"Gimana, De?" di sekolah Lia sudah tidak sabar menunggu kabar bagaimana hasilnya. Aku.menaruk.napas panjang setelah menaruh tas di sandaran kursi siswa.
"Beres!" singkatku.
"Serius, cuma dalam semalam?!"
"Asli, aku juga tidak tau kenapa kak Antoni sejago itu."
"Mana ganteng lagi." sambung Lia tiba-tiba.
"Heh, ..." ia tertawa renyah, aku pun terkekeh geli. Tapi Lia memang benar, kak Antoni cukup ganteng.
Lia menatapku, ia seperti membaca sesuatu yang berada di kepalaku. Sebetulnya kami hanya sekedar teman dekat biasa, bukan sahabat. Aku juga jarang sekali curhat persoalan diriku. Sejak kejadian kembali dari rumah Trio dan sekolah lagi, Lia memang agak lain, dia lebih dekat dan banyak berinteraksi denganku, sepertinya ia tidak ingin aku merasa kesepian lagi. Entah atas kemauannya karena iba melihat tingkah lakuku kala itu, atau Ats permintaan ibu.
"Kenapa?" tanyaku merasa tidak nyaman.
"Apa yang kamu pikirkan?" tanyanya menyudutkan.
"Tidak ada."
"Sepertinya kamu sedang banyak pikiran. Yaaa i know, mungkin memang masalah keluargamu. Tapi jika ada sesuatu yang mengganjal di hatimu. Ceritanya, jangan sungkan." aku hanya mengangguk merespon setiap kalimatnya.