Mayang terpaksa harus menikah dengan Randi. Ia di jodohkan oleh ibu tiri nya pada pria arogan dan tempramen itu, demi bisa melunasi hutang kakak tiri nya bernama Sonya pada Randi.
Mayang menempati rumah orang tua Randi dan satu rumah dengan mertua juga kakak ipar nya yang sudah menikah.
Selama ini Mayang selalu di perlakukan semena-mena oleh suami dan keluarga suaminya. Kecuali Rion yang merupakan suami Lia, kakak ipar Randi.
"Mayang, kenapa kamu tidur di teras? Ayo masuk, disini dingin. Apa Randi yang melakukan ini?" ajak Rion, yang baru pulang dari bekerja. Ia terkejut melihat Mayang yang tidur meringkuk diatas lantai teras.
Mayang yang kaget mendengar suara bariton milik kakak iparnya langsung duduk dan menunduk malu. "Nggak papa mas! Aku takut mas Randi akan memarahiku, jika aku memaksa masuk dan tidur di dalam."
"Keterlaluan sekali Randi, bisa-bisa nya menyuruh istrinya tidur di luar, padahal di luar hujan deras." Rion menggertakkan rahangnya hingga menegas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Mobil berhenti di tepi jalan. Asisten Rebecca dan supir keluar atas perintah Lutfi sebelumnya.
"Pindah ke depan." ucap Lutfi pada Sonya. Lalu ia keluar dan duduk di belakang kemudi. Ia menunda keberangkatannya ke Panorama Corporation, karena ingin membawa Sonya ke apartemennya.
"Kita mau kemana tuan?" tanya Sonya dengan perasaan girang. Ia ingin sekali berteriak saat ini karena sangking senangnya. Hanya mereka berdua di dalam mobil, membuat Sonya membayangkan hal-hal kotor.
"Aku ingin melihat apartemen sewaanmu. Boleh kan!" jawab Lutfi sambil menoleh kesamping. Lalu menghidupkan mesin mobil dan tancap gas.
Sementara Sonya gelagapan dan meneguk ludahnya dengan susah payah. Karena ia selama ini masih tinggal di rumah ibunya. Rumah yang di berikan ayah tirinya sebagai hadiah pernikahan dengan ibunya.
Rumah sederhana hanya satu lantai.
"Eeh! Ta-pi. Saya tinggal bersama ibu saya tuan." ucap Sonya.
"Kenapa tidak ke rumah tuan saja, saya bisa langsung bekerja jika tuan menginginkannya." lanjutnya. Kemudian merangkul bahu Lutfi tanpa perasaan takut dan malu. Karena sudah biasa baginya menggoda seorang pria.
Lutfi langsung melepaskannya dan memberikan Sonya tatapan tajam. "Jangan sembarangan menyentuhku." kata Lutfi dengan suara datar. Lalu kembali fokus menyetir.
Sonya melepaskan tangannya dari lengan Lutfi, menggenggam kuat telapak tangannya karena kesal, baru kali ini ada pria yang berani menolaknya. Benar-benar melukai harga dirinya.
"Maaf saya pikir anda senang." kata Sonya.
Sementara di dalam mall, Mayang sedang berjalan menuju restoran untuk makan, ia sangat kelaparan setelah berbelanja.
Mayang bersama dengan 2 orang bodyguard yang berjalan di belakangnya membawakan paperbag belanjaan Mayang, memasuki sebuah restoran jepang.
"Pak, duduk di sebelah sana saja ya." ucap Mayang pada pengawalnya, dengan telunjuk yang menunjuk ke sebuah meja di sampingnya.
"Baik non," ucap salah seorang pengawal bernama Bandi. Mereka duduk di meja sebelah meja Mayang, dan meletakkan paperbag belanjaan dilantai.
Mayang langsung menyantap ramen kesukaannya setelah pesanannya datang.
Saat sedang meniup-niup ramennya, tiba-tiba seseorang memanggilnya.
"Mayang!" sapa seorang pria.
Mayang mendongakkan kepalanya dan membeku melihat pria di depannya. Ia terdiam beberapa saat hingga akhirnya kembali tersadar.
"Kamu Mayang kan!" tanya pria itu lagi.
Mayang hanya mengangguk, sama sekali tak ada raut wajah ramah yang Mayang berikan.
Tanpa permisi pria itu langsung duduk di kursi depan Mayang. Membuat Mayang langsung melayangkan protes melalui sorot matanya yang tajam. Pria itu adalah Deon, mantan kekasih Mayang.
"Hahaha! Kenapa matamu seperti itu, aku hanya duduk. Makanlah. Aku tidak akan mengganggu." ucap pria tersebut.
"Sebaiknya kamu duduk di tempat lain De." pinta Mayang dengan suara dingin.
2 orang bodyguard Mayang langsung berdiri dari tempat nya duduk dan menyergap tubuh Deon, agar Deon pergi dari hadapan Mayang.
Deon yang di sergap oleh 2 orang pria berbadan besar merasa terkejut.
"Apa ini May, siapa mereka?" tanya Deon penasaran dan sedikit cemas.
"Mereka pengawalku." jawab Mayang singkat.
"Pengawal?" beo Deon dengan kening berkerut.
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu May, tolong beri aku kesempatan sekali saja untuk menjelaskannya, setelah itu aku akan pergi dari sini." pinta Deon dengan wajah memohon.
Mayang memerintahkan ke dua pengawalnya untuk melepaskan Deon dengan gerakan matanya. Setelah mereka melepaskan Deon, mereka kembali duduk di mejanya semula.
"Sejak kapan kau memiliki pengawal May?" tanya Deon penasaran.
"Nggak perlu basa-basi De, sekarang katakan, apa yang ingin kau katakan." Cecar Mayang dengan wajah tak bersahabat.
"Oke baiklah! Eghem!" Deon berdehem dan memijit tengkuknya sebelum mengatakan sesuatu pada Mayang. Kemudian kedua tangannya dia lipat diatas meja. Menatap serius mata Mayang. Wanita yang sampai saat ini masih ia harapkan.
"May, malam itu kamu salah paham! Aku dan temanku saat itu baru pulang menghadiri acara ulang tahun kantor tempatku bekerja. Aku terpaksa mengantarkannya pulang karena motornya mogok ketika akan pulang."
"Coba kau bayangkan bagaimana jika di posisiku saat itu, aku dan Anna berteman baik, saat itu dia sedang hamil besar, dan motor nya mogok. Apa aku harus membiarkannya pulang sendirian?" jelas Deon. Ia mengingat pertengkarannya dengan Mayang beberapa tahun lalu, dan membuat Mayang memutuskan hubungannya dengan Deon.
Ketika itu Mayang di ajak sang ayah menghadiri acara ulang tahun sebuah perusahaan. Namun saat ia keluar gedung untuk mengejar Deon, malah melihat Deon sedang membukakan pintu mobilnya untuk wanita hamil.
Dan mulai malam itu, Deon tak lagi bisa menghubungi dan menemui Mayang. Padahal Mayang memutuskan untuk tinggal di asrama kampusnya. Ia merasa dikhianati oleh Deon.
"Aku menitipkan surat pada kakak mu, dan memintanya menyampaikannya padamu." Ucap Deon penuh penyesalan.
