Setelah bertahun-tahun berpisah, hidup Alice yang dulu penuh harapan kini terjebak dalam rutinitas tanpa warna. Kenangan akan cinta pertamanya, Alvaro, selalu menghantui, meski dia sudah mencoba melupakannya. Namun, takdir punya rencana lain.
Dalam sebuah pertemuan tak terduga di sebuah kota asing, Alice dan Alvaro kembali dipertemukan. Bukan kebetulan semata, pertemuan itu menguak rahasia yang dulu memisahkan mereka. Di tengah semua keraguan dan penyesalan, mereka dihadapkan pada pilihan: melangkah maju bersama atau kembali berpisah, kali ini untuk selamanya.
Apakah takdir yang mempertemukan mereka akan memberi kesempatan kedua? Atau masa lalu yang menyakitkan akan menghancurkan segalanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alika zulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Detak jantung dan kerinduan
“bantuin cuciin rambut gue,” bisik Alvaro tepat di telinganya. suaranya begitu lembut, tapi cukup untuk membuat seluruh tubuh alice menegang.
tiba-tiba, suara lain memecah keheningan itu."permisi, pak, bu, ada yang bisa saya bantu?"
suara cleaning service membuat Alice tersentak dan buru-buru beranjak dari pangkuan Alvaro, wajahnya langsung memerah.
“o-oh, ini mas, tolong bersihin yang itu,” kata Alvaro sambil menunjuk sembarangan, matanya tak lepas dari Alice yang kini sibuk berpura-pura melihat ke arah lain.
“ya ampun, kenapa gue nggak bisa normal begini sih? tolong dong, jantung, jangan degup-degup terus! kompromi dikit, napa?” batin alice sambil menepuk dadanya yang seakan hendak meledak.
Alvaro tersenyum kecil, matanya penuh keisengan. melihat Alice seperti itu membuatnya gemas, ingin rasanya dia mengganggu cewek itu setiap saat.
"udah bersih, Pak. ada yang masih bisa saya bantu?" tanya CS itu dengan senyum ramah, seolah tak menyadari ketegangan yang baru saja terjadi.
"emm... udah, nggak ada lagi, Mas. makasih, ya. nih, buat tips." Alvaro mengeluarkan uang seratus ribuan dan menyerahkannya pada CS itu. senyumnya santai, seperti tidak ada yang terjadi barusan.
CS itu mengangguk penuh terima kasih sebelum melangkah pergi, sementara Alice diam-diam tersenyum. melihat sikap Alvaro yang tetap sama dari dulu—selalu perhatian, meski kadang menjengkelkan.
dia ingat betul, dulu waktu mereka kecil, Alvaro selalu jadi orang pertama yang mengulurkan tangan untuk membantu, meski dalam bentuk keusilan yang tak jarang membuatnya kesal.
Alice menoleh sekilas ke arah Alvaro, namun pandangan mereka kembali bertemu. seolah tanpa perlu kata-kata, ada sesuatu di sana—sebuah perasaan yang tak bisa ia definisikan, tapi selalu membuat hatinya bergetar.
°°°
FLASHBACK (2017)
"anak-anak, hari ini kita ganti posisi duduk, ya. kita bentuk huruf U. silakan kalian atur meja dan kursinya," kata Bu Hesty sambil menunjuk beberapa murid.
"baik, Bu," sahut mereka serentak.
"Alice, Alvaro, Ananta, kalian duduk di kursi tengah," lanjut Bu Hesty, memerintahkan.
Alice merasa sedikit canggung karena ini pertama kalinya ia duduk berdekatan dengan Alvaro dan Ananta sekaligus. Di satu sisi, Alvaro yang pendiam tapi sering membuatnya gugup, di sisi lain Ananta, si anak paling berisik di kelas.
"kamu kuat-kuat mental, ya, Al. Sekarang di samping kamu ada Nanta," Bu Hesty tersenyum, seolah tahu kekacauan yang akan terjadi.
Ananta dikenal sebagai si raja gaduh. Hobinya menyanyi sembarangan, asal-asalan, bahkan saat jam pelajaran. Tidak semua teman tahan duduk di dekatnya. Tapi bagi Alice, bukan Ananta yang jadi masalah hari ini. Justru Alvaro yang membuatnya salah tingkah.
Walau begitu, Alice dan Ananta punya sejarah panjang. Mereka sudah kenal sejak TK, bahkan hubungan ibu mereka juga sangat dekat. Dulu, saat Alice kesulitan bergaul di kelas 2, hanya Ananta yang setia menemani. Kini, situasi terasa aneh. Dulu mereka bagaikan sahabat karib, tapi sekarang ada rasa canggung di antara mereka.
"Al, kita tukar tempat," pinta Alvaro dengan nada penuh percaya diri, tanpa memberi kesempatan untuk menolak.
"Eh, kenapa? Kalau Ibu nanya kenapa kita pindah, gimana?" Alice menjawab dengan ragu.
"Udah, kamu nggak usah khawatirin itu. Nggak mungkin Ibu mempermasalahkan. Buruan, cepet!" Alvaro mendesak, matanya berbinar penuh semangat.
"Baik, paduka," sahut Alice dengan nada malas, merasakan ketidakberdayaan.
g pa" belajar dari yg udah berpengalaman biar bisa lebih baik lg, sayang lho kalo ceritanya udah bagus tp ada pengganggu nya di setiap part nya jd g konsen bacanya karna yg di perhatiin readers nya typo nya tanda petik koma titik tanda tanya selain alur cerita nya
bu, aku minjem ini, ya," dan masih bnyk kalimat yg tanda titik baca komanya g sesuai thor