Dikhianati Suami Dapat Berondong

Setiap hari ada saja yang dilakukan Gavriel untuk meluluhkan hati Maura demi menerimanya sebagai seorang kekasih.

Maura memang tidak menolak pendekatan dari Gavriel namun ia masih berusaha tetap menjaga perasaannya karena ia memikirkan tentang omongan orang lain nantinya. Sebenarnya wajahnya tidak terlihat wanita berusia 40-an malah terlihat masih berusia 30-an, apalagi tubuhnya masih terlihat sempurna seperti seorang gadis karena dia melahirkan hanya satu kali dan sejak melahirkan Maura begitu pandai merawat tubuhnya.

Namun tetap saja, apa kata dunia?

Sementara pendekatan dari Daniel pun masih tetap gencar, akan tetapi Maura mampu menolak dengan ancaman ia akan mengundurkan diri dari perusahaan jika Daniel terus memaksa.

Dalam hal usia dan pikiran, sebenarnya Daniel lebih pantas dengan nya. Maura pun tau itu dan menyadarinya jika Daniel akan menjadi suami yang hebat padanya nanti jika mereka menikah.

Tapi apa yang kurang dari sosok Daniel? Satu yang kurang, Pria dewasa itu tidak bisa menggetarkan hati Maura seperti Gavriel. Aneh, bukan?

Bersama Gavriel, Maura merasa jiwa mudanya kembali. Seringnya tawa menyembur dari bibirnya, terkadang Gavriel melakukan hal konyol atau kekanak-kanakan dan anehnya Maura malah ikut-ikutan.

Se-berwarna itu hidup Maura akhir-akhir ini jika bersama Gavriel, wanita itu tidak hidup monoton.

Ddrrrrr...

Seperti biasa, saat waktunya makan siang ponselnya akan berbunyi.

“Ekhm!" Maura berdehem sebelum menerima panggilan dari Gavriel. “Ya, Gav."

“Siang Nona cantik, pagi tadi... bagaimana sarapan yang aku kirimkan, enak?“

“Um, lumayan untuk yang baru belajar masak.“

“Huff, sulit sekali tenyata ingin pintar masak. Tapi setidaknya, aku akan berusaha menjadi koki pribadimu... agar saat kita bersama nanti bukan hanya perutku yang di kenyangkan olehmu tapi perutmu juga bisa aku kenyangkan. By the way, mengenai hal mengenyangkan... untuk siang ini kita bertemu di tempat makan baru. Itu sebuah Brasserie dengan hidangan Prancis seperti steak, croissant, dan escargot dan juga yang lainnya. Kamu bersiap lah, Nona...“

Maura merasa dicintai dengan ugal-ugalan oleh Gavriel, dulu bahkan saat masih berpacaran dengan Raka mantan suaminya itu tidak pernah ada niatan ingin memasak untuknya apalagi setelah keduanya menikah.

Gavriel! Kamu terlalu memberikan effort besar padaku, bagaimana bisa hatiku tidak tersentuh? Aku harap bukan hanya karena ingin mendapatkan hatiku, kau begitu mengeluarkan segala cara padaku! Batin Maura ketakutan.

Hal wajar ia takut effort yang diberikan Gavriel hanya lah sementara, setelah pemuda itu mendapatkan hati Maura bisa jadi pemuda itu bersikap biasa saja.

“Halo, Nona? Kamu masih mendengarkan ku?“

“Gav, biasanya Brasserie itu tempat untuk orang kaya. Karena tempatnya formal dan megah, bahkan harga menu dan pelayanan yang ditawarkan di sana sering kali lebih tinggi.“

“Aku baru saja gajihan, makanya aku ajak kamu kesana. Tenanglah... kamu tau aku bukan Bartender lagi dan sudah bekerja di perusahaan Daddy-ku. Ini murni uang hasil kerja keras ku, bukan dari orang tua. Jangan khawatir kamu akan kelaparan jika nanti menikah dengan ku, Nona..."

Wajah Maura memerah, bahkan kini Gavriel sering mengatakan ingin menikahi nya bukan lagi ingin menjadi kekasih.

Apa Gavriel serius?

Maura akhirnya menerima ajakan Gavriel, lagipula pemuda itu menggunakan uangnya sendiri bukan uang orang tuanya.

Saat jam makan siang pun tiba, Maura bersolek merias diri dengan make up tipis. Dia tidak suka make up tebal karena wajah Maura masih terlihat kencang dan tidak perlu menutupi kerutan-kerutan di wajah nya.

Diluar pintu ruangan Maura, ternyata Daniel sudah menunggu.

“Kamu mau pergi lagi makan siang dengan Gavriel?“ tanya Daniel menilik penampilan Maura yang terlihat semakin cantik setiap harinya.

Damage Janda semakin meluber! Gimana Daniel bisa melupakan perasaan cintanya jika bertemu setiap hari?

“Anda sudah tau jawabannya, Pak.“ Jawab Maura.

“Maura, kamu memang sudah menjelaskan jika Gavriel lah orang yang tidur satu malam dengan mu. Tapi... haruskah kalian berdua meneruskan hubungan kalian? Kau harusnya sadar diri siapa kamu dan siapa Gavriel! Kamu lebih pantas menjadi tantenya daripada kekasihnya!"

PLAK

Maura tak sengaja menampar Daniel, bagi Maura ucapan Daniel serupa tussuk4n benda taj4m tepat m3nghunus jantungnya hingga kesakitan. Maura sudah was-was akan pandangan orang lain terhadap hubungan nya dengan Gavriel meski belum ada kejelasan, tapi sekarang ia malah mendengar tanggapan untuk pertama kalinya dari mulut Daniel. Orang yang selama ini selalu baik padanya dan orang yang ia hormati.

“Maura, maafkan aku...“

Bukan Maura yang meminta maaf karena sudah menampar Daniel namun pria itu. Daniel akui dia sudah berkata keterlaluan karena cemburu buta, ia tak rela Maura malah melabuhkan hatinya pada Gavriel. Baginya, pemuda itu tidak akan bisa mencintai Maura seperti dia mencintai wanita itu.

Tangan Maura yang menampar Daniel masih bergetar, “Sepertinya aku harus membuat keputusan! Besok aku akan mengajukan surat pengunduran diriku, karena Anda tidak bisa bersikap hanya sebatas Bos saja dan terlalu mencampuri urusan pribadiku. Maaf, Pak. Ini demi kewarasan kita berdua!“

Maura melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Daniel yang masih mematung mendengar ketegasan dari Maura.

Daniel memejamkan mata, akhirnya dia harus kehilangan pegawai kebanggaan Perusahaan bahkan mungkin cintanya pun akan kandas karena penolakan dari Maura.

.

.

Di Brasserie, Maura dan Gavriel sudah duduk di meja mereka. Benar saja pelayanan dan menu makanan di tempat itu sungguh luar biasa.

“Deva suka apa? Kamu pesankan juga untuknya dan bawa pulang, oke?“ Gavriel tak hanya perhatian pada Maura tapi juga pada Deva. Ia mencoba ber-cosplay menjadi calon Papa sambung yang baik.

Cieeee, calon Papa sambung kagak tuh!

“Gav, tidak__“ Maura ingin menolak, tapi seperti biasanya Gavriel selalu memaksa.

“Tidak ada penolakan, suatu hari nanti... Deva juga akan menjadi putriku. Dan Maura, sudah saatnya kamu memberiku jawaban, bukan?"

Maura menggigit bibirnya tidak percaya diri, apalagi saat tadi mendengar ucapan Daniel. Namun tak bisa ia pungkiri, hatinya sudah terlanjur jatuh hati pada sosok Gavriel.

“Aku... aku ingin mencoba bersama mu, Gavriel.“

Mata Gavriel sontak membulat sempurna, ia bangkit dari duduknya lalu memeluk tubuh Maura bahkan mengecup kening wanita itu padahal orang-orang disana melihat ke arah meja mereka. Gavriel tidak perduli pandangan orang lain pada mereka, pada hubungan keduanya. Baginya, Maura bersedia menerima perasaan nya itu sudah lebih dari cukup dan yang lain tidak lagi menjadi penting baginya.

Bagaimana saat Deva mendengar pria yang selama ini menjadi idaman nya malah mencoba menjadi Papa sambung nya dan sekarang sudah resmi menjadi Berondong sang Mama?