Tidak pernah terbersit dibenaknya untuk menikah dalam waktu dekat, Namun karena kebodohan sang adik, yang ingin dirinya cepat menikah, Membuatnya terpaksa harus menikahi laki-laki yang bertubuh gemuk, berjenggot juga berkumis dan satu lagi berkacamata tebal.
"Apa ini karma?" ucap Julya saat dirinya melihat pantulan wajahnya dicermin, dengan riasan khas pengantin wanita.
"Iya benar ini karma bagiku, yang sering menyakiti hati pria." ucapnya lagi yang sadar sudah menolak banyak pria, yang datang melamarnya.
"Dan sepertinya kamu yang paling sakit hati. Riski. Maaf."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takut dibenci
Julya yang kini sudah merasa lebih baik setelah mandi. Langsung kearea dapur dan disana sudah terlihat sang suami Radit, yang tersenyum hangat padanya, dan entahlah melihat senyuman Radit kali ini membuat Hati Julya menghangat.
"Ada apa denganku, apa karena kejadian semalam." batin Julya sambil berjalan mendekati Radit.
Ya Julya merasa jika apa yang dilakukan Radit semalam membuatnya menggila, bahkan sampai detik ini pun Julya terus terngiang-ngiang akan semua sentuhan yang Radit berikan pada tubuhnya, bahkan saat melihat mulut Radit yang sedang mengunyah makanan Julya kembali mengingat kejadian semalam.
"Apa dia tidak Jijik." batin Julya dengan mata yang terfokus pada bibir Radit, yang semalam berhasil membuatnya seperti cacing kepanasan.
Junny yang telah ikut bergabung di meja makan, tidak sengaja melihat tatapan Julya pada Radit, dan detik itu juga dia langsung mengejek sang kakak.
"Cie, Cie, Wit WiW Wit." Seketika ucapan Junny menarik perhatian Radit dan Julya dan mereka memandang Junny dengan tatapan yang berbeda.
"Ada apa?" itu pertanyaan Radit, sementara Julya membalas ucapan Junny dengan sorot mata tajamnya.
"Kak July dari tadi natap kakak." jelas Junny, tak perduli dengan tatapan Julya yang kini semakin tajam.
Radit yang mendengar ucapan Junny langsung menatap Julya seolah mempertanyakan sesuatu pada Julya dan Julya yang ditatap tentu gelagapan bingung mau bilang apa, mau jujur. cek, mau ditaruh dimana mukanya.
"Kak tahu tidak, dari tadi kak July mandang kakak sampai gak berkedip. Entah karena apa?" ucap Junny yang berpura-pura heran, dengan kelakuan sang kakak, padahal dia sudah bisa menebak isi pikiran Julya dari tatapan mata kakaknya itu, terlebih dia juga pernah mengalami hal yang sama dengan Julya
"Masa sih, tapi kakak ngak ngerasa." ucap Radit yang kini berpura-pura, padahal dari awal Julya menatapnya secara intens dia menyadarinya. Hanya saja Radit memilih berpura-pura acuh, agar Julya puas memandang dirinya.
"Cek, masa gak kerasa." ucap Junny yang meragukan Radit. Karena rasanya tidak mungkin jika Radit tidak merasakan tatapan Kakaknya yang benar-benar dalam.
"Hem, sudahlah lebih baik cepat habiskan sarapanmu, dan jangan lupa minum obat." ucap Radit yang tidak mau membahas lebih lama pernyataan Junny, karena takut Julya marah.
Mereka kembali fokus pada makanan dan lagi Julya yang tidak sengaja melihat bibir Radit, kembali terngiang-ngiang kejadian semalam, dan kali ini Julya yang tidak mau larut dalam pikirannya, langsung menggelengkan kepalanya, dan tentu saja, hal yang dilakukan Julya terlihat oleh kedua orang yang ada dihadapannya juga disisinya.
Julya dengan cepat menghabiskan sarapannya dan beranjak dari tempat duduknya menuju wastafel untuk mencuci tangan, juga mencuci piring dan gelas bekas dirinya, dan tidak berselang lama Julya pamit untuk masuk kekamarnya.
Junny yang sejak tadi penasaran kenapa Sang kakak sampai terus memandang Radit, kini mempertanyakan pada Radit apa yang membuat kakaknya seperti itu, dan radit hanya mengangkat bahunya seolah tidak tahu.
Junny yang tahu kakak iparnya berbohong hanya bisa berdecak sebal.
"Kak." ucap Junny yang kini ingin membahas hal serius dengan Radit.
"Apa lagi??"
"Kakak kapan mau jujur pada kak July?" sebuah pertanyaan dari Junny yang langsung membuat Radit menaruh sendok yang tadi dia pegang kepiring.
"Kenapa diam?" tanya Junny lagi. Karena Radit malah diam tidak langsung menjawab pertanyaannya.
"Entahlah Kakak tidak tahu kapan kakak berani mengakui jika kakak adalah Riski temannya." jawab Radit yang memang belum siap untuk jujur.
"Kenapa?" tentu saja kata itu pasti keluar dari Junny bukan Julya hahaha.
"Kakak takut jika kakakmu mengetahui siapa kakak yang sebenarnya, dia akan membenci kakak."
"Aneh." ucap Junny, karena memang aneh dengan apa yang di ucapkan Radit "Kak, kakak takut kak July membenci kakak. Tapi bukankah sedari awal pernikahan kalian, kak July memang membenci kakak."
"Ya, itu benar. Tapi kebencian kakakmu bukan karena kecewa dibohongi, tapi benci karena aku memaksanya menikahiku, dan benci karena aku memanfaatkan skandal yang kau buat untuk kami." jelas Radit.
"Sumpah aku bingung." itulah jawaban yang keluar dari mulut Junny dan mau tidak mau Radit memperjelas ucapannya, Radit berkata jika Julya adalah tipe orang yang tidak suka dibohongi, dan akan sulit untuk memberi maaf jika sudah dibohongi, dan Radit takut jika Julya tahu identitas dirinya yang lama, Julya akan nekat pergi karena saking kecewa telah dibohongi.
"Apa sekarang sudah mengerti?? jika belum, aku ragu kamu adiknya?"
Sementara Junny dan Radit yang masih
ceritanya bagus
mampir kenovelku juga jika berkenan/Smile//Pray/
maaf, ya. keknya aku terlalu ikut campur sama dialog kamu🙏